• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 12 Mei 2024

Opini

Antara Isu Viral dan Isu Penting

Antara Isu Viral dan Isu Penting
Antara Isu Viral dan Isu Penting (Ilustrasi: freepik)
Antara Isu Viral dan Isu Penting (Ilustrasi: freepik)

Oleh A Khorul Anam
Semua pengelola media massa pasti membidik isu yang ramai, entah penting atau tidak. Beberapa isu yang berpotensi ramai malahan bisa dipersiapkan jauh-jauh hari. Seringkali juga, ada saja sponsor yang berbelanja isu viral tertentu dan ini menguntungkan mengelola media. Isu viral ini mudah diproduksi. Massa atau manusia yang dibidik oleh pengelola media memang punya kecenderungan untuk sama dg yang lain.

Media sosial milik perorangan juga begitu. Banyak di antara kita sudah cukup bahagia jika postingannya mendapatkan respon banyak orang, dan itu pasti terkait isu atau tren yang diperhatikan orang. Sekali lagi, entah penting atau tidak. Biasanya malah tidak penting. 

Kadang-kadang kita justru bahagia dg sesuatu yg tidak penting. Membahas yang jelas-jelas hoaks itu terkadang lebih membuat kita bahagia dari pada kenyataan penting di hadapan kita. Seorang guru honorer, petani bawang, pedagang pasar bisa jadi menikmati berita viral soal benih lobster dari pada berita-berita yang berkaitan dengan profesi mereka. Bisa jadi berita-berita terkait kepentingan mereka malah tidak ada di layar, dan orang orang tidak berusaha mencarinya.

Namun selalu ada media massa yang secara konsisten menyiapkan divisi khusus untuk menggarap konten-konten yang penting. Ini terkait idealisme media tersebut. Ini juga terkait dengan spesialisasi dan keunggulannya, dibandingkan dengan media massa lainnya.

Banyak juga akun media sosial yang secara konsisten mengunggah soal itu-itu saja: Naskah-naskah kuno, publikasi ilmiah, ternak lele, aneka pisang, mancing, klub bola favorit, keris, batik, umroh plus, advokasi tambang, pengajian ustaz idola, ziarah kubur, sampai aneka makanan di hotel-hotel tempat negara sedang menyelenggarakan rapat-rapat penting. Ini tentu berkaitan dengan hobi. 

Dalam hobi kita belajar mengenai keikhlasan. Orang rela mengeluarkan effort besar untuk menuruti hobinya, meskipun tak populer atau tdk ditiru n tdk disukai orang. Berbeda dg isu viral yg selalu identik dengan kerumunan, para pehobi justru tidak ingin keunggulannya di satu bidang, sama persis dg orang lain. Harus ada yang beda dengan orang lain.

Kadang-kadang kita perlu melibatkan diri dalam kerumunan, biar eksis. Tapi perlulah waktu kita untuk menyendiri! Bukankah pertemuan kita berdua dengan atasan lebih jelas dampaknya dari pada saat beramai-ramai? Lailatul qadar juga mungkin akan menjumpai hamba-hamba Allah yang menyepi di tengah malam, bukan hamba yang kecapean pulang malam selepas acara bukber dan ketiduran sambil memegang smartphone di tangan.

Penulis adalah Dosen UNUSIA Jakarta

Sumber: Facebook/A Khoirul Anam 


Opini Terbaru