Ada beberapa etika bisnis yang berkaitan dengan keluarga yang harus dipegang. Beberapa hal ini saya dapatkan dalam perbincangan dengan para senior di bidangnya. Sembilan prinsip tersebut di antaranya:
1. Beberapa orang yang mengalami beberapa kali penipuan dalam berbisnis, biasanya pelit kepada ayah-ibunya, atau kepada anak istrinya.
2. Kalau lagi marah-marah kepada anak istri, atau sebaliknya, omzet malah turun. (Ini ilmu yang saya dapat setelah membaca statemen pengusaha sukses asal Bali yang ditemui oleh Mas Muhammad A Nasir)
3. Semakin royal kepada orang tua dan anak istri, semakin lancar rezeki.
4. Kalau hutang kepada orang lain untuk urusan bisnis tapi merahasiakannya dari pasangannya--dengan beberapa pertimbangan--biasanya malah kesulitan melunasinya.
5. Suami yang bisnisnya berkembang biasanya mendapatkan dukungan dari istri. Sebaliknya demikian. Saling meminta doa. Beberapa bisnis yang dijalankan istri berkembang di awal lantas ambruk dan sulit bangkit karena tidak mendapatkan izin dari suaminya sejak awal. Sebaliknya juga sama. Suami butuh dukungan dari ridlo dari istri. Komunikasi menjadi kunci. Suami dan istri masing-masing punya "tuah".
6. Ketika kita kesulitan menagih hak kita yang ada di orang lain, biasanya ada hak orang lain yang sengaja atau tidak, kita tahan dan tidak segera kita serahkan.
7. Porsi rezeki yang kita siapkan untuk membantu orangtua meraih harapannya (berangkat haji, umrah, qurban maupun memperbaiki rumah) tidak usah diotak-atik. Sekali anggaran itu "kita pinjam" untuk diputar di bisnis, akan sulit kita kumpulkan lagi.
8. Setelah zakat dikeluarkan, atau--jika belum mencapai nishab--sedekah diberikan kepada yang membutuhkan, bisnis semakin stabil. Kalau sudah mencapai nishab dan haul, tapi kok zakat belum juga dikeluarkan, Allah "memaksa" kita mengeluarkan harta yang senilai dengan zakat yang seharusnya dikeluarkan.
Misalnya, sudah nyetir mobil hati-hati, eh ditabrak pengendara motor/mobil ugal-ugalan yang langsung bablas lari. Ongkos benerin mobil penyok jika dikalkulasi lhakok nyaris setara dengan jumlah nominal zakat yang seharusnya ditunaikan. Dan, kasus-kasus "apes" lainnya...
9. Beberapa pebisnis pemula hingga bisa berkembang punya amalan rutin yang dikerjakan secara istiqamah. Bukan soal ibadah, melainkan misi sosial. Ada yang rutin memberi beasiswa santri, ada yang merawat anak yatim, ada juga yang nyemplungi kotak amal masjid. Walaupun nominal tidak banyak, keistimewaannya terletak pada sisi istiqomahnya.
Gus Rijal Mumazziq Z , rektor INAIFAS Jember
Terpopuler
1
Pererat Ukhuwah, PCNU Kabupaten Bogor Gelar Istighotsah dan Silaturahmi Pendekar Pagar Nusa
2
DPR RI Setujui Usulan Kemenag soal Tambahan Anggaran untuk BOS Madrasah dan Tunjangan Profesi Guru
3
Dikukuhkan Rais 'Aam PBNU, Inilah Susunan Struktur Idaroh Aliyah JATMAN 2025-2030
4
Ketika 14 Siswa Tak Diakui Negara: Kebijakan Tambah Rombel 50 Siswa Mengandung Bom Waktu
5
Perkuat Ukhuwah dan Semangat Dakwah di Masyarakat, GP Ansor Cigerenem Gandeng Latansa 2 Gelar Pengajian Syahriahan
6
Aklamasi, Nyai Hj Minyatul Ummah Terpilih Pimpin Fatayat NU Jawa Barat 2025–2030
Terkini
Lihat Semua