Tradisi dan Kehidupan Pesantren dalam Karya Sastra Sunda
Ahad, 10 November 2024 | 07:00 WIB

Buku Dongeng Enteng ti Pasantren karya Rahmatullah Ading Affandi (RAF), karya sastra Sunda yang sarat dengan gambaran tradisi dan kehidupan pesantren di Tatar Parahyangan. (Foto: Istimewa)
Rameli Agam
Penulis
Sebagai lembaga pendidikan agama, pesantren sangat akrab dengan budaya tradisional di Jawa Barat. Keberadaan pesantren mempunyai posisi yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat di Tatar Sunda.
Pesantren tradisional (salafiyah) telah menjadi bagian tak terpisahkan dan melengkapi di lingkungan pedesaan atau kampung yang tersebar di berbagai pelosok Tanah Sunda.
Ajaran nilai-nilai agama diajarkan di pesantren dengan penuh kegembiraan. Para santri dilatih melakukan kegiatan ibadah dengan cara membiasakan diri.
Mengutip ajaran yang bersumber dari kitab kuning, menghafal rukun iman dan rukun Islam, serta puji-pujian terhadap Kanjeng Nabi, seringkali dilakukan dengan cara kidung nadoman.
Dari kalangan pesantren telah lahir pula cerita yang bersumber dari budaya lokal. Dalam hal cerita tradisional Sunda yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, pesantren memegang peranan penting sebagai lembaga penghasil beragam karya tradisi tulis.
Berkategori naskah Sunda lama, naskah-naskah Sunda yang dilahirkan dari tradisi eksplorasi intelektual pesantren di antaranya Babad Godog, Wawacan Gagak Lumayung, Wawacan Kean Santang, Babad Banten, Wawacan Walangsungsang, Babad Cirebon, serta Sajarah Para Wali Kabeh.
Catatan penelitian Endang Supriatna dalam Jurnal Patanjala BPSNT Bandung (September 2009) mengungkapkan, pada karya-karya sastra Sunda klasik banyak dijumpai unsur-unsur dakwah yang bersifat langsung. Selain bersifat formal seperti uraian tentang fikih, ahlak, tasawuf, tauhid, dan sejarah, pesan-pesan yang diajarkan di pesantren juga berisi ungkapan simbolis di antaranya kisah-kisah para wali.
Dalam karya sastra modern masa sebelum kemerdekaan, unsur dakwah disajikan dengan lebih halus dan tersamar, bersentuhan dengan berbagai persoalan keseharian masyarakat Sunda.
Terdapat banyak pengarang Sunda kahot yang kerap mengambil tradisi kehidupan pesantren sebagai inti tema cerita. Mereka itu di antaranya Moh Amri, Samsoedi, Tjaraka, Ki Umbara, Ahmad Bakri, Rahmatullah Ading Affandi (RAF), serta HM Usep Romli.
Karya-karya mereka menghadirkan tokoh-tokoh seperti kiai, nyai, haji, ustadz, santri, penghulu, merebot, lurah, petani, paraji, tukang cukur, juga pemuda kampung. Gambaran kondisi pesantren sederhana di perkampungan yang dikelilingi sawah, kolam, gunung dan sungai, seakan menjadi ikon keberadaan pesantren tradisional di Tatar Parahyangan.
Bersama SA Hikmat, Ki Umbara yang piawai menggambarkan suasana batin masyarakat Sunda, menulis roman Pahlawan-Pahlawan Ti Pasantren. Dia juga banyak menulis saduran dari khazanah pesantren seperti yang terkumpul dalam Nu Tareuneung dan Hamzah Singa Allah.
Adapun kisah-kisah perjuangan mempertahankan tauhid tersaji dalam karya Sempalan Tina Tareh. Ki Umbara juga mengungkap gambaran sosok anak kiai dan merebot dalam rangkaian cerita Teu Tulus Paeh Nundutan.
Lalu, Ahmad Bakri yang semasa mudanya pernah mondok di pesantren, terampil mengangkat tema berkultur kehidupan pesantren dalam sejumlah karyanya. Dikenal sebagai pengarang produktif yang sangat digemari, karya-karyanya antara lain Payung Butut, Rajapati di Pananjung, Sudagar Batik, Dukun Lepus, Mayit Dina Dahan Jengkol, Dina Kalangkang Panjara, serta Ki Merebot.
Tema-tema keagamaan seperti puasa, taraweh, zakat, lebaran, mengaji di masjid, juga prosesi akad nikah, disajikan dengan cara perilaku dan jalan pikiran orang banyak.
Wajah pesantren yang akrab dengan lingkungan sekitarnya pun tergambar dalam Dongeng Enteng ti Pasantren karya RAF. Ditulis pada dekade 1960-an dan berseting jaman pendudukan Jepang, 40 cerita seputar kehidupan pesantren ini memiliki kekuatan tersendiri.
Dia menuturkan ceritanya itu sebagai orang dalam yang tinggal di pesantren. Detail kehidupan santri dan suasana pesantren terungkap dengan gamblang. Bagi yang pernah mondok di pesantren tradisional, membaca karya RAF itu seperti mengurai kembali kenangan lama.
Pengarang lainnya yang sering mengangkat tema cerita kehidupan pesantren, yakni HM Usep Romli. Karya-karya pengarang asal Limbangan, Garut ini, di antaranya Jiad Ajengan, Ceurik Santri, Bentang Pasantren, Dulag Nalaktak, Angin Janari, serta Paguneman jeung Fir’aun.
Dengan gayanya yang santai, kadang serius, dia sering mengutip dalil-dalil Al Qur’an dan hadits. Dalam karyanya itu, dia juga suka menyelipkan istilah-istilah bahasa Arab, sehingga cerita menjadi lebih hidup. Tak terlalu heran, karena HM Usep Romli selain dikenal sebagai pengarang, juga seorang mubalig dan pembimbing jemaah haji.
Sebagai sebuah subkultur dari kultur-kultur yang ada, kedudukan pesantren memang terbilang unik. Dari satu kesempatan obrolan dengan sastrawan teureuh Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Acep Zamzam Noor, terungkap bahwa pesantren mempunyai sistem kehidupan tersendiri yang dijalankan kiai dengan keterlibatan masyarakat sekitar.
Pesantren memiliki pertautan dengan kehidupan masyarakat dan melahirkan hubungan timbal balik. Demikian pula, ketokohan kiai panutan tidaklah muncul begitu saja, namun ikut terlibat dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas sosial masyarakat.
Acap kali kiai tak hanya dimintai pendapat tentang keagamaan, tetapi juga dalam hal pertanian, kesehatan, ekonomi, kesenian, dan sebagainya.
Nah, beragam keunikan, ciri kemandirian, serta kultur kehidupan pesantren itu telah menginspirasi lahirnya berbagai karya sastra Sunda yang menceritakan tradisi kehidupan pesantren dan memperkaya khazanah sastra Sunda.
Terpopuler
1
Haul ke-96 Eyang Santri, Ulama dan Negarawan dari Trah Mangkunegaran, Digelar di Puncak Gunung Salak
2
Doa Perjalanan Pulang Usai Menunaikan Ibadah Haji
3
Dari Hafal Alfiyah hingga Mendirikan Pesantren Cipasung, Keteladanan Abah Ruhiat Diharapkan Jadi Inspirasi
4
Inilah Daftar Kandidat sekaligus Nomor Urut Calon Ketua PKC dan Kopri PMII Jawa Barat Masa Khidmat 2025-2027
5
Jelang Konkoorcab XXI, PMII Jabar Gelar Pengambilan Nomor Urut hingga Pemaparan Visi-Misi Kandidat
6
Menag Tegaskan Tak Ada Pembahasan Resmi dengan Arab Saudi soal Pengurangan Kuota Haji 50 Persen
Terkini
Lihat Semua