Ngalogat

Sekilas Pandang tentang Pertubuhan Nahdlatul Ulama Malaysia

Ahad, 27 Agustus 2023 | 10:00 WIB

Sekilas Pandang tentang Pertubuhan Nahdlatul Ulama Malaysia

Sekilas Pandang tentang Pertubuhan Nahdlatul Ulama Malaysia. (Foto: Istimewa)

Oleh Dodo Widarda

Pengurus serta jamaah dari Pertubuhan Nahdlatul Ulama Malaysia (NA'AM) adalah orang-orang Malaysia asli. NA'AM sangat berbeda dengan Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Malaysia. Struktur pengurus serta jamaah PCINU Malaysia adalah orang-orang Indonesia yang berada di Malaysia.


Demikian disampaikan Rais 'Aam NA'AM yakni Tuan Guru Baba Ahmad Ridoudin di sela-sela Program Kota Sufi se-Nusantara 2023 di Masjid Sri Sendayan, Seremban, Negeri Sembilan Malaysia. 


Baba Ahmad Ridoudin merupakan lulusan pesantren di Thailand serta belajar juga di Siria adalah Rais Syuriyah NA'AM, organisasi sosial kemasyarakatan serta keagamaan di Malaysia yang dibangun atas prinsip dan nilai-nilai dasar yang terinspirasi dari Nahdlatul Ulama di Indonesia yang didirikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.


Setelah sempat mengalami masa vakum yang cukup lama, NA’AM kembali dihidupkan pada tahun 2018. NA’AM mulai dirintis dan didirikan pada tahun 1951 oleh Tuan Guru Haji Abdullah Fahim, sempat berkembang menjadi partai politik tanpa peran dari Tuan Guru Haji Abdullah Fahim, eksistensi NA'AM kemudian terhenti. 


"Jadi baru lima tahun inilah NA'AM kembali aktif lagi," demikian ujar Baba Ahmad yang berada pada hirarki tertinggi pengambilan keputusan di NA'AM ini.


Hal ini menunjukkan bahwa gaung dari gerakan KH Hasyim Asy'ari tidak hanya di Indonesia. Tapi juga sampai negara luar seperti Malaysia, bahkan Afganistan. Untuk Malaysia sendiri, pendiri NA'AM seperti Tuan Guru Abdullah Fahim adalah seseorang yang terinspirasi oleh KH Hasyim Asy'ari untuk menjadi tameng ideologi Ahlussunnah wal Jama'ah di Malaysia. 


Dari berbagai literatur yang ada, bahkan kedua orang tokoh besar ini adalah dua orang sahabat yang sama-sama menimba ilmu di Makkah.


Semangat untuk menjadikan NA'AM lebih tertata secara organisasilah yang membuat sejumlah ustadz dari Malaysia berangkat ke Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta bersama sejumlah orang dari PCINU Malaysia serta PCI Ansor Malaysia. Salah satu tokoh penting yang berangkat ke Jakarta itu adalah Tuan Guru Ahmad Ridoudin. 


"Dari Malaysia, kami menghadap KH Said Aqil Siradj," ungkap Tuan Guru Ahmad Ridoudin dengan menyebut nama Kang Said untuk kejadian sekitar tahun 2019, saat Kang Said masih menjabat sebagai Ketua PBNU. 


Maka, Prof. Dr Said Aqil Siradj saat itu telah memberi restu berdirinya NA'AM dengan mempergunakan logo NU di bawahnya dan segala hal terkait struktur organisasi NU bisa dipergunakan NA'AM. 


Bahkan, kedudukan NA'AM lebih kokoh lagi karena pada Rabu, 13 Maret 2019, Perdana Menteri kelima Malaysia Tuan Haji Abdullah Ahmad Badawi, memberi izin serta restu NA'AM dihidupkan kembali dan menjadikannya sebagai institusi masyarakat sipil berbentuk NGO, serta mengangkat Tuan Guru Abdullah Fahim sebagai Rais Akbar NA'AM.


Antara KH Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar NU di Indonesia dengan Tuan Guru Abdullah Fahim sebagai Rais Akbar NA'AM di Malaysia memiliki kesamaan sebagai penyokong wawasan nasionalisme dengan bersendikan semangat keagamaan. 


Kalau Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari terkenal dengan konsep Resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah dicapai 17 Agustus 1945, Tuan Guru Abdullah Fahim merupakan seorang ahli Ilmu Falak yang sangat dihormati serta telah menentukan hari kemerdekaan Malaysia, 31 Agustus 1957.


Prinsip NU yang berpegang pada Al-Mukhafdlatu 'ala qadîmis shâlih, al-Akhdu bil jadîd al-Aslah serta ungkapan Hadratussykeh KH Hasyim Asy'ari ‘Hubbul Wathon minal Îmân’ menjadi semboyan yang tegas di NA'AM.


"Meneruskan Kesinambungan Yang Ditinggalkan Ulama Terdahulu" berkonsepkan "Cinta Negara Sebahagian daripada Iman". Makanya, bagi Rais 'Am NA'AM yang dilantik sejak 2019, Tuan Guru Baba Ahmad Ridoudin, konsep "Hubbul Wathon minal Îmân" sangat berpengaruh terhadap penguatan kecintaan terhadap Negara Malaysia, walaupun secara keorganisasian bersifat mandiri dan tidak menginduk kepada NU di Indonesia.


Pandangan NU sangat menyokong pelaksanaan Syariat Islam di Malaysia. Walaupun dari sisi jamaah masih belum besar, tetapi Tuan Guru meminta doa dari semua Jamaah NU di Indonesia agar NA'AM semakin tumbuh besar dan menjadi pilar Ahlussunnah wal Jama'ah yang kuat di Malaysia.


Penulis adalah staf pengajar UIN Bandung