• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 17 Mei 2024

Ngalogat

Raden Saleh Syarif Bustaman dan Tradisi Selapan 

Raden Saleh Syarif Bustaman dan Tradisi Selapan 
Raden Saleh Syarif Bustaman dan Tradisi Selapan (Foto: Hakim/NUJO)
Raden Saleh Syarif Bustaman dan Tradisi Selapan (Foto: Hakim/NUJO)

Oleh Abdul Hakim Hasan 
Sayyid Sholeh bin Husein bin Awudh bin Hasan bin Awudh bin Hasan bin Idrus bin Muhammad bin Hasan bin Yahya atau lebih dikenal dengan nama Raden Saleh Syarif Bustaman Semarang adalah seorang waliyullah yang sangat mencitai semasa hidupnya. 

Joglo makam Raden Saleh Syarif Bustaman beralamat di Jl. Pahlawan No.60, RT 02 RW 06, Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat yang bernasabkan zurriyah Rasulullah SAW.

Setelah prasasti makamnya ditandatangani oleh Habib Luthfi bin Yahya, hingga kini kegiatan Jumat Legi atau dikenal dengan tradirisi selapan dan ziarah lainnya tidak pernah sepi dari para peziarah yang kebanyakan dari kalangan kiai dan santri.

Selapan merupakan istilah Jawa yang berarti tiga puluh lima hari. Angka 35 ini merupakan hasil perkalian dari 5 hari Jawa (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi) dan 7 hari Masehi (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu). Setiap 35 hari sekali.

"Berkat kehadiran Abah Habib Lutfi bin Yahya saat peresmian makbaroh ini, terasa sekali keberkahan makam Sayyid Raden Saleh hingga detik ini," kata kuncen maqbaroh tersebut.

Habib Luthfi selalu mengajarkan kepada para muridnya agar tak lepas dari ziarah ke makam. Apalagi ke makbaroh para wali. Wali merupakan seorang yang dicintai oleh Sang Maha Penyayang. Walau mereka sudah berbeda alam tetapi keberkahan mereka meluber, tumpah ruah untuk mereka yang memiliki hubungan dengan cara menziarahi makbaroh tersebut.

Penulis adalah Kontributor NU Online Jabar asal Bogor


Ngalogat Terbaru