• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Ngalogat

Kesan dan Pesan Gus Mus Berkenalan dengan Gus Dur untuk Pertama Kalinya

Kesan dan Pesan Gus Mus Berkenalan dengan Gus Dur untuk Pertama Kalinya
Gus Dur dan Gus Mus. (Foto: FB Ahmad Mustofa Bisri)
Gus Dur dan Gus Mus. (Foto: FB Ahmad Mustofa Bisri)

KH Ahmad Mustofa Bisri atau lebih akrab disapa Gus Mus adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah. Sosoknya yang ramah dan santun membuat dirinya dikagumi oleh banyak orang. 

 

Selain itu sosoknya juga kerap dikaitkan dengan almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) karena kedekatannya. Keduanya pernah menimba ilmu bersama di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. 

 

Gus Mus mengungkapkan kisah perkenalannya dengan Gus Dur untuk pertama kalinya. Ketika itu, pada tahun 1964 Gus Mus dikirim ke Mesir untuk menimba ilmu di sana. Ia berangkat ke Mesir melalui jalur laut dengan menggunakan sebuah kapal. Setibanya di pelabuhan Port Said, ia disambut oleh Gus Dur yang pada saat itu sudah berada di Mesir setengah tahun lebih dulu. 

 

Gus Mus pada saat itu terheran sekaligus merasa kaget karena disambut layaknya seorang kawan lama yang sudah lama tidak bertemu. Padahal, waktu itu dirinya belum pernah sama sekali berkenalan dengan Gus Dur. Tetapi Gus Mus merasa bahwa Gus Dur seperti menganggap dirinya kawan lama yang sudah ia kenal. 

 

Pernah suatu waktu ketika Gus Mus belum mendapatkan beasiswa, Gus Dur sering datang ke asramanya dengan membawa peralatan masak, kemudian Gus Dur memasak hidangan untuk mereka berdua. 

 

Gus Dur juga sering mengajaknya pergi jalan-jalan untuk sekedar makan di restoran atau nonton film. Ciri khasnya adalah ia selalu membawa buku kemanapun dirinya pergi. Pernah juga suatu ketika Gus Dur berada dalam sebuah bus tidak mendapatkan tempat duduk. Ia kemudian mengambil bukunya dan membacanya dalam keadaan berdiri. Dan ketika sedang membaca buku, Gus Dur seolah menganggap bahwa ia tidak sedang pergi bersama kawannya itu. Ia hanya akan berbicara katakanlah ketika sudah sampai titik. Kegiatan tersebut terus berulang. Sehingga Gus Mus merasa keberadaanya seolah tidak dianggap oleh Gus Dur.

 

Akhirnya ia mengakali hal ini dengan ikut membawa buku ketika hendak pergi bersama Gus Dur. Bedanya adalah Gus Dur membawa buku dengan literatur berbahasa Inggris sedang ia membawa buku dengan literatur bahasa Arab. Ketika bacaanya belum sampai pada titik, ia tidak akan menoleh kepada Gus Dur karena dengan hal ini ia bisa membalas perbuatan yang Gus Dur lakukan. 

 

Menurutnya, itu kesan pertama kali yang paling berkesan, ada orang yang belum pernah kenal sama sekali tapi memperlakukan dirinya seolah-olah sudah kenal lama sekali bahkan seperti kawan lama yang baru berjumpa kembali.

 

Penulis: Agung Gumelar 
Editor: Abdul Manap


Ngalogat Terbaru