• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 15 Mei 2024

Ngalogat

Ibuku yang Kini Berusia 99 Tahun

Ibuku yang Kini Berusia 99 Tahun
KH Muhtar Gandaatmaja dan ibunya (Foto: dokumentasi pribadi)
KH Muhtar Gandaatmaja dan ibunya (Foto: dokumentasi pribadi)

Oleh KH Muhtar Gandaatmaja

Selasa hari ini, 22 Desember 2020, adalah hari Peringatan Hari Ibu yang ke-92 tahun. Peringatan itu lebih muda dari usia Ibuku. Tahun depan, 2021, emak, begitu kami memanggilnya, insyaallah genap berusia 100 tahun. 

Emak melakukan shalat dalam dua tahun ini dengan duduk. Baru setahun atau dua tahunan puasa wajibnya diganti fidyah

Di usia 99 tahun menjelang 100 tahun, alhamdulillah sehat lahir batin. Pancainderanya baik. Sedikit gangguan topangan kaki yang melemah hingga tidak tahan lama berdiri.

Dari rahimnya lahir 11 anak. Laki-laki 8, perempuan 3. Saya anak ke-9. Jumlah keseluruhan putra-putrinya, dari satu Ayah dan hanya satu ibu adalah 17. Yang 6 anak wafat waktu balita. Dari 11 bersaudara, yang 5 sudah mendahului emak dan kami. Cucu beliau mungkin lebih dari 50-an. Tak tahulah berapa persisnya. Cucunya sudah punya cucu pula.

Emak tak pernah cerita tentang rahasia panjang usianya. Yang kami perhatikan dari emak, mungkin juga ibu-ibu yang lain, makannya sedikit. Rajin puasa. Bila anak-anaknya minta izin dan doanya karena mau ujian, emak tak menampakkan apakah beliau berdoa atau tidak, yang kami tahu emak puasa. Tahajud dan Duha kebiasaannya. Membaca Al-Qur’an dan shalawat hiburan hariannya. Bersedekah dan berbagi sambil bersilaturahmi adalah rekreasinya. Tak membiarkan anak saudara atau tetangga tidak sekolah karena nunggak SPP karena emak hadir di situ. 

Emak pernah membantu ibu muda yang blooding hebat habis bersalin. Ia tidak minta tolong kepada anak-anaknya, tapi kalung mas kebanggaannya, pemberian bapak almarhum, ia lepas. Emak merasakan bagaimana payahnya melahirkan.

Anak-anak emak tahu makanan kesukaannya. Kami kirim untuk sebulan. Pulang dari masjid, semuanya sudah habis, dikasih ke tetangga. Buat emak cukup satu, katanya, ketika ditanya. 

Duh, Emak.., kami juga ikhlas kok. Yang kami sedihkan bukan perbuatan emak yang mulia, sedih karena di tempat lain makanan dibuang ke tempat sampah, beberapa lemari pakaian pintunya jebol karena sudah tidak muat. 

Kami, maklum kebiasaan emak. Mandi, ganti baju, sarapan pagi, pasang mukena, dibantu adik kami yang perempuan, Shalat Duha dan baca Al-Qur’an. Ujung-ujungnya emak tidur pulas tanpa beban di kursi dengan Al-Qur’an masih di tangan. Kami biarkan, emak menikmati istirahat sementara menanti waktu dhuhur tiba. 

Selamat Hari Ibu untuk emak dan semua yang berstatus ibu. Semoga sehat walafiat. Budi jasamu tak mungkin terbalaskan. 

Rabbigh firlii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shaghiiraa.

Penulis adalah Ketua DKM Masjid Raya Bandung Jabar, Ketua Yayasan Al-Hijaz Aswaja Bandung, Pembinan Lembaga Dakwah PWNU Jawa Barat
 


Ngalogat Terbaru