• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Nasional

Tips Ciptakan Keluarga Bahagia di Tengah Pandemi (Bagian II-Habis)

Tips Ciptakan Keluarga Bahagia di Tengah Pandemi (Bagian II-Habis)
ilustrasi keluarga (NU Online)
ilustrasi keluarga (NU Online)

Kiai Luqman kemudian menjelaskan kalimat per kalimat yang ada di Surat Ar-Rum ayat 21 itu. Terdapat ayat yang berbunyi 'litaskunuu'. Kalimat itu, kini menjadi populer dengan sebutan sakinah.

"Menurut saya perlu kita kritisi ini (kalimat litaskunuu). Litaskunuu itu bukan sakinah. Bunyinya litaskunuu, bukan antakunu sakinatan. Litaskunuu itu adalah awal proses manusia mengeram atau membangun satu proses reproduksi," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat ini.

Jadi, kata Kiai Luqman, litaskunuu adalah proses menyinggahi dengan keadaan tenteram dan tanpa ada sebuah konflik, karena telah sah di mata Allah menjadi pasangan suami-istri.

Artinya, relasi suami dan istri itu merupakan hubungan yang tanpa didasari rasa bersalah. Berbeda halnya dengan yang bukan suami istri.    

Dari situ kita akan menemukan bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah di dalam sebuah pernikahan akan tumbuh dan tampak sekali. 

Secara spiritual, Kiai Luqman pun mencoba menafsirkan ayat ini. Terdapat kalimat yang berbunyi, An khalaqa lakum min anfusikum di situ. "Anfusikum itu (artinya) nafsumu. Nafsu ini (proses) pertama kali yang membuat manusia memiliki hubungan interaktif laki-laki dan perempuan yang kemudian disahkan Allah. Kalau tanpa nafsu nggak bakal itu terjadi proses," jelas Kiai Luqman.

Setelah kalimat min anfusikum terdapat kata 'azwaja' yang berarti pasangan. Jadi, nafsu itu hadir ketika ada pasangannya. Secara sufistik, pasangan dari nafsu adalah ruh. Kelak antara nafsu dan ruh akan melahirkan qalbu atau hati.  

Apabila nafsunya bersih dan bagus maka akan memiliki hubungan yang disebut dalam ayat tersebut adalah litaskunuu ilaihaa. Di sinilah, tutur Kiai Luqman, ruh itu akan bertemu dengan nafsu yang bersih atau disebut sebagai nafsu muthmainnah (tenang). 

"Tujuannya adalah radhiyah mardhiyah atau ridha dan diridhai. (Sehingga) itu akan melahirkan qalbu (hati) dan melahirkan keluarga yang berakhlak. Karena keluarga adalah inti sosial," imbuhnya. 

Di ayat-ayat sebelumnya disebutkan juga bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah. Allah pun menjelaskan tentang asal-usul manusia. Setelah hidup, dibentuklah sebuah hubungan sosial yang tentu saja memiliki kondisi yang pasang-surut atau konflik-damai.  

Kemudian, Kiai Luqman juga menjelaskan bahwa setelah kalimat litaskunuu ilaihaa muncul kalimat berikutnya yakni wa ja'ala bainakum mawaddatan wa rahmah

"Mawaddah adalah satu bentuk cinta dan kasih sayang, tetapi dari nafsu yang sudah dirahmati Allah. Mawaddah tumbuh dari seluruh ikhtiar kita. Tapi rahmah langsung dari Allah," jelas Kiai Luqman.  

"Jadi ayat ini sebenarnya memadukan antara syariat (kasih sayang) di dalam keluarga yang disebut mawaddah dan hakikat kasih sayang yang berada dalam wilayah rahmah," lanjutnya.

Tetapi Kiai Luqman meminta agar umat Islam tidak serta-merta membayangkan, litaskunuu ilaihaa itu bermakna bahwa keluarga berisi ketenteraman semata. "Makna sesungguhnya tidak demikian," katanya.

Pewarta: Agum Gumilar
Editor: Abdullah Alawi 

 


Nasional Terbaru