• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 28 Maret 2024

Nasional

Tips Ciptakan Keluarga Bahagia di Tengah Pandemi (Bagian I)

Tips Ciptakan Keluarga Bahagia di Tengah Pandemi (Bagian I)
Ilustrasi keluarga (NU Online)
Ilustrasi keluarga (NU Online)

Jakarta, NU Online Jabar
Adanya pandemi menyebabkan masa-masa sulit bagi kebanyakan orang. Masyarakat diimbau untuk tetap tinggal dirumah karena adanya pandemi virus corona, segala aktivitas dilakukan dari rumah. Seperti bekerja, belajar, dan beribadah. 

Jika kondisi tersebut dibiarkan, tidak dapat dipungkiri konflik rumah tangga bisa saja terjadi. Untuk itu, menciptakan kehidupan yang bahagia di era pandemi memerlukan sebuah ikhtiar untuk mampu bertahan. 
Pakar Tasawuf KH M Luqman Hakim membeberkan cara agar keluarga, terutama pasangan suami dan istri, untuk mampu bertahan meskipun dalam keadaan yang sulit akibat pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan. 

Dalam Diskusi Merasakan Peran Keluarga di Era Pandemi, Kiai Luqman menjelaskan Surat Ar-Rum ayat 21 sebagai bekal untuk menciptakan keluarga bahagia di tengah pandemi. Hal ini bisa dijadikan landasan bagi pasangan suami istri supaya tetap bisa menjalani hubungan dengan baik. 

Ayat itu berbunyi, "Wa min aayaatihi an khalaqa lakum min anfusikum azwaajan litaskunuu ilaihaa waja’ala bainakum mawaddatan warahmatan inna fii dzaalika la-aayaatin liqawmin yatafakkaruun,"

Artinya, "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

Menurut Kiai Luqman, ayat yang kerap dibawakan oleh kebanyakan penceramah di Indonesia dalam momentum pernikahan ini serupa penegasan bahwa keluarga (suami-istri) merupakan salah satu di antara ayat-ayat (tanda kekuasaan) Allah.  

"Apakah ayat-ayat Allah itu? Ayat-ayat Allah itu sesungguhnya adalah tajalli af’al dan sifatnya Allah. Maujudnya adalah ayat-ayat Allah. Tajalli itu adalah ekspresi tampilan. Jadi kalau Tuhan tampil dengan kinerja dan sifatnya, itu bukan kemudian kita membayangkan bahwa Tuhan bergerak ke sana ke mari," jelas Kiai Luqman sebagaimana dilansir situs resmi PBNU, NU Online.

Oleh karena itu, sebagaimana yang disiratkan ayat tersebut, tugas manusia adalah apabila mampu memandang pasangannya sebagai bagian dari tanda kekuasaan Allah yang hidup, maka akan senantiasa mampu membalikkan keadaan yang sulit menjadi lebih baik.

"Keadaan apa pun. Soal ekonomi, sosial, politik, atau bahkan keadaan keluarga yang sedang dilanda kesulitan. Kalau ada sesuatu yang nggak enak, kita sadari bahwa itu adalah kekuasaan dari Allah," tutur Kiai Luqman dengan pembawaannya yang khas.

Itulah mengapa semua nabi dan rasul, kecuali Nabi Isa, melangsungkan atau menjalani pernikahan. Sebab, sesungguhnya pernikahan adalah bentuk dari upaya manusia untuk mewujudkan tanda-tanda kekuasaan Allah ke dalam kehidupan. 

Jika demikian, tentu saja tujuannya agar manusia tidak tertutup oleh sejumlah persoalan di dunia dari Allah itu sendiri. Kiai Luqman kemudian meminta kita untuk mampu meneladani Rasulullah dalam menjalani bahtera keluarga.

"Rasulullah itu semakin beliau meraih puncak keparipurnaan manusia maka justru semakin manusiawi beliau. Antara lain dengan berkeluarga itu," ungkap Kiai Luqman.

Dalam upaya mengarungi kehidupan, kata Kiai Luqman, Rasulullah sendiri menitipkan kepada umat Islam tiga hal yakni aroma wangi, bahagia ketika shalat, dan menikah. Sebab ketiga hal tersebut terdapat ayat-ayat atau tanda kekuasaan Allah yang dapat dijadikan pelajaran sehingga hidup menjadi bahagia. Bersambung.


Pewarta: Agum Gumilar
Editor: Abdullah Alawi 

 


Nasional Terbaru