Nasional

R20 ISORA Tegaskan Eksistensi NU di Arena Internasional sebagai Poros Islam di Asia

Senin, 27 November 2023 | 07:00 WIB

R20 ISORA Tegaskan Eksistensi NU di Arena Internasional sebagai Poros Islam di Asia

Logo ISORA (Foto: NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus mengukuhkan peran strategis Indonesia sebagai poros Islam di Asia melalui serangkaian forum internasional. Salah satu acara puncak dalam rangkaian ini adalah R20 International Summit of Religious Authorities (R20 ISORA) yang dijadwalkan berlangsung pada Senin (27/11/2023).


Sebelumnya, PBNU telah sukses menyelenggarakan sejumlah forum berskala internasional, seperti R20 di Bali dan Yogyakarta pada November 2023, Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Surabaya pada Februari 2023, dan ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) di Jakarta pada Juli 2023.


Ketua Pelaksana R20 ISORA, Ahmad Ginanjar Sya’ban, menyampaikan bahwa forum-forum internasional yang digelar oleh PBNU terus memperkuat posisi Indonesia di antara negara-negara Islam lainnya. Dalam dinamika percaturan dunia Islam global, Indonesia semakin diakui sebagai kekuatan besar dan penting yang mengukuhkan eksistensi Nahdlatul Ulama (NU) di dunia internasional.


Ginanjar menjelaskan bahwa perbandingan dengan negara-negara Islam lainnya seperti Mesir dengan Al Azhar dan Arab Saudi dengan Liga Muslim Dunia (MWL) menegaskan relevansi Indonesia dalam dinamika percaturan dunia Islam.


“Hal ini semakin menarik, karena semakin mengukuhkan eksistensi NU di dunia internasional, setidaknya di dunia Islam,” ujar Ginanjar dikutip NU Online


“Indonesia saat ini diperhitungkan sebagai salah satu poros besar dan penting dalam dinamika percaturan dunia Islam global. Mesir memiliki Al-Azhar, Arab Saudi memiliki Muslim World League (MWL), dan di Asia, Indonesia memiliki Nahdlatul Ulama,” tambahnya.


Menurut Ginanjar, kekuatan NU sebagai poros Islam di Asia tidak hanya berdasarkan peran kelembagaannya, tetapi juga pada kontribusi intelektualnya dalam membentuk wacana keislaman. Keberadaan NU sebagai bagian dari masyarakat telah tertanam dalam sejarah dan kearifan lokal, menjadikannya kekuatan yang tidak hanya mengandalkan kelembagaan, tetapi juga pengalaman jangka panjang.


“NU menarik karena bukan hanya sebagai lembaga, tetapi juga memiliki sejarah panjang, keilmuan, keulamaan, dinamika sosial keagamaan, dan kebudayaan,” terang Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU. 


Dengan keberlanjutan serangkaian forum internasional, PBNU berkomitmen untuk terus memperkokoh peran Indonesia sebagai poros Islam di Asia dan menyumbangkan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan dalam dunia Islam global.


Pengajar di Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu menyebut bahwa melalui forum internasional yang terus digelar oleh PBNU. Ia berharap dapat menjadikan Indonesia sebagai poros Islam dan juga menjadi motor penggerak bagi kemajuan dunia Islam. 


Rencananya, kegiatan R20 ISORA yang akan dibuka secara langsung oleh Presiden Joko Widodo ini akan diikuti 150 partisipan dengan 40 di antaranya dari luar negeri. Kegiatan ini akan mengangkat tema "Peran Agama dalam Mengatasi Kekerasan di Timur Tengah dan Ancaman terhadap Tatanan Internasional Berbasis Aturan. 


Kegiatan ini bakal menghadirkan empat narasumber kunci, yakni (1) Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, (2) Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad al-Thayyeb, (3) Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (MWL) Syekh Mohammed bin Abdul Karim al-Issa, dan (4) Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gueterres (dalam konfirmasi).