Nasional

Menag Nasaruddin Umar Dukung Kiai Anwar Musaddad Jadi Pahlawan Nasional

Rabu, 7 Mei 2025 | 07:00 WIB

Menag Nasaruddin Umar Dukung Kiai Anwar Musaddad Jadi Pahlawan Nasional

Menteri Agama RI H Nasaruddin Umar saat memberikan sambutan di Dies Natalis UIN SGD Bandung ke-57, Kamis (17/4/2025) lalu. (Foto: NU Online Jabar/Istimewa).

Kota Bandung, NU Online Jabar
Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia (RI) H Nasaruddin Umar mengatakan bahwa KH Anwar Musaddad layak diperjuangkan agar mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional. Menurutnya, tidak banyak tokoh seperti almarhum yang bukan hanya tampil sebagai ilmuwan, tetapi juga sebagai pejuang dalam memperjuangkan gagasan-gagasan besar.


Menag Nasar menilai, sosok KH Anwar Musaddad tidak hanya dikenal di Bandung, tetapi juga sangat dihormati di tanah air, khususnya di Yogyakarta sebagai induk UIN. Ia mengungkapkan bahwa KH Anwar Musadad sangat disegani di UIN Sunan Kalijaga dan merupakan pendiri UIN di Bandung, sekaligus tokoh nasional.


"Karena itu, saya kira Pak Rektor perlu terus memperjuangkan, meskipun tahun-tahun sebelumnya belum berhasil. Tahun ini kita bersama-sama mendukung agar beliau layak tampil sebagai pahlawan nasional. Jangan hanya para jenderal yang mendapat gelar tersebut, profesor, ilmuwan, dan ulama pun harus bisa menjadi pahlawan nasional," ungkapnya saat menghadiri Dies Natalis ke-57 UIN Sunan Gunung Djati dan Halal Bihalal di kampus UIN SGD Bandung, Kamis (17/4/2025) lalu. 


Dalam kesempatan tersebut, Menag Nasar terkesan dengan topik yang diambil dalam Dies Natalis ke-57 UIN Bandung yakni Menapaki Glokalisasi, Mewujudkan Impian Bersama. Menurutnya, konsep tersebut relevan bagi Indonesia, mencerminkan keseimbangan tradisional dan modern, dan UIN Bandung mengembangkan pendekatan seperti psikologi tasawuf dan ekoteologi sebagai wujud harmonisasi antara nilai-nilai lokal dan pemikiran global.


Ia menuturkan, tradisionalisme mengandalkan intuisi, cinta, dan keberkahan, serta melihat Tuhan sebagai dekat. Sebaliknya, modernisme menekankan logika, rasionalitas, dan kemuliaan berbasis jabatan, dengan Tuhan yang transenden. Sebab, tradisi bersumber dari ilmu laduni, sedangkan modernisme dari ilmu usuli yang memisahkan subjek dan objek dalam pengetahuan.


"Karena itu, saya ingin agar UIN Bandung mampu mengembangkan konsep ekoteologi yang khas Indonesia. Di Barat, konsep ini sudah muncul dalam bentuk green theology dan ecofeminism. Namun tujuannya sama: membangun kualitas manusia yang ramah terhadap alam. Bagaimana kita bisa mensakralkan kembali alam semesta ini? Masyarakat tradisional tidak melihat alam sebagai benda mati, tetapi sebagai partisipan yang aktif. Semua bertasbih kepada Allah, hanya saja kita tidak mengerti tasbih mereka. Karena itu, memahami alam sebagai sesuatu yang hidup dan suci adalah bagian dari tugas manusia," tandasnya.


Sebagai informasi, hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM Kemenag RI H Muhammad Ali Ramdhani, Kepala Kemenag Jawa Barat H Ajam Mustajam, Ketua MUI Jawa Barat KH Rahmat Syafei, Rektor UIN SGD Bandung H Rosihon Anwar dan jajaran pejabat dilingkungan UIN SGD Bandung.