Nasional

Ketum PBNU Masuk 20 Besar dari 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia 2025

Kamis, 10 Oktober 2024 | 13:00 WIB

Ketum PBNU Masuk 20 Besar dari 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia 2025

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Foto: NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), meraih prestasi luar biasa dengan masuk dalam daftar 20 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia untuk tahun 2025. 


Gus Yahya menduduki peringkat ke-19 dalam daftar yang dirilis oleh Lembaga Riset Independen The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC), yang mencakup 500 tokoh Muslim global. Dalam peringkat tersebut, Gus Yahya bersama dengan tokoh-tokoh Indonesia lainnya, seperti Presiden Prabowo Subianto di urutan ke-18 dan Habib Luthfi bin Yahya di urutan ke-31. 


Publikasi berjudul The Muslim 500: The World’s 500 Most Influential Muslims, 2025 menyebutkan bahwa 50 tokoh teratas memiliki pengaruh yang luas, mencakup kategori penguasa, ulama, serta isu sosial, ilmu pengetahuan, seni, budaya, media, dan olahraga.


Gus Yahya ditempatkan dalam kategori ulama, pemimpin otoritas agama, dan khatib. Dalam perannya sebagai Ketua Umum Nahdlatul Ulama, Gus Yahya dianggap memberikan dampak signifikan di bidang administrasi, politik, dan pendidikan. Dalam publikasi tersebut, ia dikutip menyatakan, “Agama sering digunakan sebagai pembenaran dan bahkan senjata konflik.”


Di bawah kepemimpinannya, Nahdlatul Ulama terus mempromosikan dialog sebagai solusi untuk mengatasi konflik global yang berkaitan dengan agama. Hal ini menarik perhatian berbagai pihak, termasuk diplomat dan pemimpin organisasi lintas agama, untuk berdiskusi di kantor PBNU. Baru-baru ini, Gus Yahya menerima kunjungan Duta Besar Swedia, Daniel Blockert, yang mengapresiasi sikap terbuka NU dalam mengedepankan dialog dan rekontekstualisasi ajaran Islam.


“Walaupun ini adalah organisasi keagamaan, ini adalah salah satu organisasi yang pertama-tama sangat tertarik dengan dialog, bahkan untuk dialog-dialog yang sulit,” kata Blockert.


Sementara itu, Wakil Duta Besar Argentina, Ignacio Lacunza, juga berkunjung ke PBNU pada 10 Oktober 2024, untuk belajar lebih banyak tentang inisiatif dialog terbuka yang digagas oleh NU, sebagai negara yang juga menganut berbagai kepercayaan.


“Kami ingin mengetahui pengalaman lain tentang dialog antaragama di negara lain. Kami juga mengetahui kalau Indonesia dan NU adalah contoh dari itu,” ungkap Lacunza.


Dalam waktu dekat, PBNU berencana menyelenggarakan Konferensi Humanitarian Islam (Al Islam lil Insaniyah) yang akan diikuti oleh akademisi dari Asia, Eropa, dan Amerika, dan puncaknya dijadwalkan pada 5-8 November 2024. 


Sebelumnya, Gus Yahya telah menginisiasi berbagai forum internasional, termasuk Forum Religion of Twenty (R20) di Bali dan R20 International Summit of Religious Authorities di Jakarta, serta ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference.


Forum-forum tersebut bertujuan menghadirkan tokoh dan pemimpin agama dari seluruh dunia untuk berdialog guna menyelesaikan berbagai problem masyarakat global, memperkuat posisi Gus Yahya sebagai tokoh yang berpengaruh dalam diplomasi global dan dialog antaragama.