• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Nasional

Dirjen Pendis: UIN Sunan Gunung Djati Bandung Harus Jadi Duta untuk Hargai Keragaman dan Perbedaan

Dirjen Pendis: UIN Sunan Gunung Djati Bandung Harus Jadi Duta untuk Hargai Keragaman dan Perbedaan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP, M.T, (Foto/NU Online Jabar)
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP, M.T, (Foto/NU Online Jabar)

Tasikmalaya, NU Online Jabar
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP, M.T, memberikan sambutan di acara Sidang Senat Terbuka dalam rangka Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Tahun Akademik 2021/2022, Senin (30/08/2021). 

Di awal sambutannya, Dirjen Pendis mengucapkan selamat kepada para mahasiswa baru yang terpilih dan berkesempatan untuk belajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Menurutnya, kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah pilihan yang tepat, karena UIN Sunan Gunung Djati Bandung merupakan Universitas Islam Negeri terbaik di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Kementerian Agama.

“Pilihan Anda tentu adalah pilihan yang sangat tepat, karena UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah UIN terbaik di lingkungan PTKIN. Dan saya ingin menyatakan bahwa PTKIN adalah masa depan Indonesia dan Indonesia masa depan”, ujarnya.

Dalam acara yang bertajuk Harmoni Keberagaman dan Kebangsaan Menuju Indonesia Emas tersebut, Dirjen Pendis juga mengingatkan akan empat misi yang diemban oleh PTKIN. Ke-empat misi tersebut harus terinternalisasi dalam seluruh denyut nadi stake holder PTKIN, tak terkecuali bagi mahasiswa baru UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Empat visi besar tersebut adalah keilmuan, keislaman, keindonesiaan, dan kemasyarakatan.

Dalam misi keilmuan, menurutnya, PTKIN harus berorientasi pada produktivitas ilmu pengetahuan, yang ditandai dengan inovasi, spirit riset, karya, dan publikasi intelektual. Demikian juga, memperluas wawasan keilmuan dengan mempelajari beragam literatur dan akses sumber informasi, sehingga tak berwawasan sempit dan ekslusif.

Dalam konteks keislaman, Dirjen Pendis juga menegaskan bahwa UIN Sunan Gunung Djati diharapkan menjadi garda terdepan dalam mempromosikan paham keislaman yang mencerahkan dan meneduhkan, serta berwawasan moderat. Berwawasan moderat artinya, memiliki sikap toleransi atas perbedaan keyakinan, mengikis segala bentuk permusuhan, dan menguatkan tali persaudaraan dalam bingkai kemanusiaan.

“UIN Sunan Gunung Djati Bandung harus menjadi duta untuk menghargai keragaman dan perbedaan,” tegasnya.

Misi ketiga dari PTKIN adalah keindonesiaan. Misi ini berkonsentrasi pada upaya mempertahankan ideologi bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk membina dan melanggengkan ideologi bangsa, yakni Pancasila, sekaligus mempertahankan dan mengawalnya dari rongrongan ideologi lain yang dapat mengancam eksistensinya. Di sisi yang lain, mengapresiasi nilai-nilai budaya lokal, dan karakter bangsa yang senantiasa menempatkan aspek keselamatan manusia sebagai prioritas, serta memegang teguh konsensus para pendiri bangsa.

Dalam konteks keislaman dan keindonesiaan, Kemenag menetapkan komitmen moderasi beragama sebagai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2020-2024. Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama. Moderasi beragama diwujudkan melalui pengejawantahan esensi ajaran agama, melindungi martabat kemanusiaan, membangun kemaslahatan umum, yang dilandasi prinsip adil, berimbang, dan mentaati konsensus kebangsaan.

Perlu dipahami bahwa yang dimoderasi itu menurut Dirjen Pendis adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama seseorang, bukan dalam pengertian agama sebagai sebuah ajaran. Sebab, dengan sendirinya agama itu sudah moderat.

“Ingat, yang kita moderasikan bukan agamanya, sebab agama itu sendiri sudah moderat. Yang kita moderasikan adalah cara pandang, sikap, dan praktik nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya.

Adapun ciri atau indikator moderasi dalam beragama, menurut Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, sekurang-kurangnya meliputi empat hal, yakni komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap tradisi.

Mengakhiri sambutannya –di depan rektor, para wakil rektor, dan seluruh civitas akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung– beliau berpesan kepada ribuan peserta PBAK yang terhubung secara virtual agar para mahasiswa terus belajar di kawah candra-dimuka UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan mengintegrasikan khazanah keislaman dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi. 

Selain itu, menurutnya, mahasiswa harus menjadi intelektual organik yang serba bisa, penggerak masyarakat, berkepribadian kritis-konstruktif, memiliki kebanggaan terhadap almamater, serta bergaul dengan banyak kalangan sehingga terbangun jejaring kehidupan yang lebih luas.

“Saya berpesan kepada saudara-saudara mahasiswa baru UIN Sunan Gunung Djati Bandung, agar tetap eksis dan menjadi yang terbaik menyambut Indonesia emas tahun 2045”, pungkasnya.

Pewarta: Herdi As’ari
Editor: Agung Gumelar 


Nasional Terbaru