• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Nasional

Besok Malam akan Terjadi Gerhana Bulan, Umat Muslim di Sunnahkan Shalat Khusuf

Besok Malam akan Terjadi Gerhana Bulan, Umat Muslim di Sunnahkan Shalat Khusuf
Gerhana Bulan sebagian (Ilustrasi: freepik)
Gerhana Bulan sebagian (Ilustrasi: freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Besok Malam Ahad Pon 14 Rabi’ul Akhir 1445 H yang bertepatan dengan 29 Oktober 2023 M, akan terjadi Gerhana Bulan sebagian. 


Pada saat terjadinya Gerhana Bulan umat islam disunnahkan untuk melaksanakan shalat sunnah khusuful qamar. Shalat sunah dua rakaat ini terbilang sunah muakkad.


   و) القسم الثاني من النفل ذي السبب المتقدم وهو ما تسن فيه الجماعة صلاة (الكسوفين) أي صلاة كسوف الشمس وصلاة خسوف القمر وهي سنة مؤكدة 


Artinya, “Jenis kedua adalah shalat sunah karena suatu sebab terdahulu, yaitu shalat sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah yaitu shalat dua gerhana, shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan. Ini adalah shalat sunah yang sangat dianjurkan,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, Bandung, Al-Maarif, tanpa keterangan tahun, halaman 109).


Gerhana bulan sebagian atau separuh yang akan terjadi pada Ahad malam tersebut terjadi saat Bulan berada di titik nodal kala istikbal, tetapi tidak seluruh cakram bulan memasuki kerucut bayangan inti (umbra) Bumi di puncak gerhana. 


"Pada konfigurasi ini cahaya Matahari yang terblokir Bumi juga akan membentuk dua bayangan, yaitu umbra dan penumbra. Pada puncak gerhana, ketampakan Bulan seakan-akan berubah menjadi perbani (separo) atau sabit tebal, yang bergantung kepada geometri gerhana pada saat itu," jelas Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Ma'rufin Sudibyo dalam keterangan tertulisnya dilansir NU Online, Jumat (27/10/2023). 


Dijelaskan, bahwa Gerhana Bulan (al-khusuf al-qamar) terjadi saat Bumi, Bulan, dan Matahari benar-benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga dimensi dengan Bumi berada di antara Bulan dan Matahari.


"Dalam khazanah ilmu falak, Gerhana Bulan terjadi bersamaan dengan oposisi Bulan dan Matahari (istikbal) dengan Bulan menempati salah satu di antara dua titik nodalnya," lanjutnya. 


Titik nodal merupakan titik potong khayali di langit dimana orbit Bulan tepat memotong ekliptika (masir asy-syams), yakni bidang edar orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari.  Sebagai akibat kesejajaran tersebut, maka pancaran sinar Matahari yang menuju ke bundaran Bulan akan terhalangi oleh Bumi. Karenanya, peristiwa Gerhana Bulan selalu terjadi di malam
hari. 


"Karena ukuran Bumi lebih besar dibanding Bulan dan bergantung kepada geometri pemblokiran sinar Matahari saat gerhana, maka bagian Bumi manapun yang sedang mengalami malam hari dapat menyaksikan peristiwa Gerhana Bulan," katanya. 


Hanya saja, geometri gerhana menyebabkan adanya fase awal gerhana dan fase akhir gerhana, sehingga ada kawasan yang tak mengalami seluruh fase gerhana secara utuh karena gerhana terjadi dalam proses terbit maupun terbenamnya Bulan.


Adapun fase Gerhana Bulan tahun 1445 H menggunakan sistem hisab haqiqy bittahqiq (kontemporer) Ahad Pon tanggal 14 Rabi’ul Akhir 1445 H yang bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2023 M adalah sebagai berikut:    

  1. Awal fase sebagian (U1) = 02:35:22 WIB 
  2. Puncak fase sebagian = 03:14:04 WIB 
  3. Akhir fase sebagian (U4) = 03:52:46 WIB 


Artinya, masa gerhana terjadi selama 1 jam 17 menit. Fase-fase gerhana tersebut sama untuk seluruh Indonesia, yakni gerhana secara lokal dimulai pada saat kontak awal umbra dan berakhir pada kontak akhir umbra atau saat Matahari terbit (Bulan terbenam). "Sehingga nyaris tidak ada perbedaan antara satu lokasi dengan lokasi lainnya," pungkasnya.


Nasional Terbaru