• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Nasional

Gerhana Bulan Penumbra Malam Ini, Tidak Disunnahkan Shalat Khusuf

Gerhana Bulan Penumbra Malam Ini, Tidak Disunnahkan Shalat Khusuf
Gerhana Bulan Penumbra Malam Ini, Tidak Disunnahkan Shalat Khusuf (Foto: freepik)
Gerhana Bulan Penumbra Malam Ini, Tidak Disunnahkan Shalat Khusuf (Foto: freepik)


Bandung, NU Online Jabar
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengikhbarkan bahwa malam ini Sabtu (5-6/5/2023) akan terjadi gerhana bulan penumbra (samar).


Gerhana Bulan Penumbra (P1) akan mulai terjadi pada pukul 22:14:07 WIB. Pertengahan gerhana bulan Penumbra terjadi pada pukul 00:22:52 WIB. Sementara akhir gerhana bulan Penumbra (P4) terjadi pada pukul 02:31:37 WIB. Hal ini sebagaimana dikutip dari Informasi Gerhana Bulan Penumbra 15 Syawal 1444 H / 5 – 6 Mei 2023 M di Indonesia yang dikeluarkan LF PBNU pada Kamis (4/5/2023).


Dijelaskan dalam Informasi LF PBNU, bahwa fase-fase gerhana tersebut sama untuk seluruh Indonesia. Kesamaan lainnya, fase-fase gerhana secara utuh dapat disaksikan di seluruh Indonesia tanpa terkecuali.   


"Dari data falakiyah tersebut diketahui durasi ideal Gerhana Bulan Penumbra adalah 4 jam 17 menit, yakni dari awal hingga akhir gerhana," demikian keterangan yang termaktub dalam Informasi LF PBNU itu.


Lebih lanjut, data falakiyah juga menunjukkan sepanjang tahun 2023 M akan terjadi dua peristiwa gerhana bulan. Pertama, gerhana bulan Penumbra yang terjadi pada 15 Syawal 1444 H / 5-6 Mei 2023 M dan Gerhana Bulan Sebagian pada Rabiul Akhir 1445 H / 29 Oktober 2023 M.


Meskipun gerhana, peristiwa langit malam ini tidak disunnahkan untuk shalat khusuful qamar. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Informasi Gerhana Bulan Penumbra 15 Syawal 1444 H / 5 – 6 Mei 2023 M di Indonesia yang dikeluarkan LF PBNU pada Kamis (4/5/2023).   


"Gerhana Bulan Penumbra tidak menjadi dasar penyelenggaraan shalat Gerhana Bulan. Secara fikih, Shalat Gerhana Bulan hanya digelar apabila gerhana tersebut merupakan gerhana yang kasat mata sehingga terlihat dengan jelas menggelapnya bagian Bulan," demikian sebagaimana dikutip dari informasi tersebut.   


Keterangan di atas sebagaimana dinyatakan dalam sabda Rasulullah saw dari Mughirah bin Syu’bah ra yang diriwayatkan Imam Bukhari, “Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda–tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana lantaran karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kalian menyaksikannya, maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah hingga gerhana selesai (kembali bersinar).”


Pengertian melihat dalam hadits tersebut adalah melihat dengan mata secara langsung (kasatmata) sebagaimana halnya dalam rukyatul hilal.   


Dalam kajian astronomi atau falak, hanya ada dua jenis Gerhana Bulan yang kasatmata, yaitu Gerhana Bulan Total dan Gerhana Bulan Sebagian. Sementara Gerhana Bulan Penumbra merupakan gerhana yang bersifat tak kasatmata karena samar sehingga tidak menjadi sebab bagi penyelenggaraan shalat gerhana.   


Sebagaimana diketahui, meskipun menyandang nama Gerhana Bulan, gerhana jenis ini sangat sulit dibedakan dengan ketampakan Bulan purnama biasa. Sehingga tidak diikuti dengan penyelenggaraan shalat Gerhana Bulan.    


"Ketampakan Gerhana Bulan Penumbra ini akan terjadi pada seluruh lokasi manapun di Indonesia meski tidak secara utuh. Karena gerhana sudah terjadi saat Bulan terbit dari lokasi manapun di Indonesia," demikian keterangan pada Informasi Gerhana Bulan Penumbra 15 Syawal 1444 H / 5 – 6 Mei 2023 M di Indonesia yang dikeluarkan LF PBNU.


Gerhana Bulan (al-khusuf al-qamar) ini terjadi saat Bumi, Bulan dan Matahari benar-benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga-dimensi dengan Bumi berada di antara Bulan dan Matahari.


Dalam khazanah ilmu falak, Gerhana Bulan terjadi bersamaan dengan oposisi Bulan-Matahari (istikbal) dengan Bulan menempati salah satu di antara dua titik nodalnya. Titik nodal merupakan titik potong khayali di langit dimana orbit Bulan tepat memotong ekliptika (masir asy–syams), yakni bidang edar orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari.    


"Sebagai akibat kesejajaran tersebut, maka pancaran sinar matahari yang menuju ke bundaran bulan akan terhalangi oleh bumi," demikian penjelasan Informasi LF PBNU.   


Oleh karena itu, peristiwa gerhana bulan selalu terjadi di malam hari. Hal ini lantaran ukuran bumi lebih besar dibanding bulan dan bergantung kepada geometri pemblokiran sinar matahari saat gerhana, maka bagian bumi manapun yang sedang mengalami malam hari dapat menyaksikan peristiwa gerhana bulan.    


"Meski geometri gerhana menyebabkan adanya fase awal gerhana dan fase akhir gerhana, sehingga ada kawasan yang tak mengalami seluruh fase gerhana secara utuh karena gerhana terjadi dalam proses terbit maupun terbenamnya bulan," demikian penjelasan informasi LF PBNU.


Editor: Abdul Manap
 


Nasional Terbaru