Nasional

Banyak Lansia Masih Kuat, Menag Minta Arab Saudi Tak Batasi Usia Jamaah Haji

Kamis, 27 Februari 2025 | 08:00 WIB

Banyak Lansia Masih Kuat, Menag Minta Arab Saudi Tak Batasi Usia Jamaah Haji

Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar dan Menteri Kesehatan Arab Saudi, Fahad Abdulrahman Al-Jalajel (Foto: Kemenag)

Bandung, NU Online Jabar
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar meminta pemerintah Arab Saudi agar tidak menjadikan faktor usia sebagai batasan utama dalam menentukan kelayakan jamaah haji. Ia menegaskan bahwa istitha’ah (kemampuan) seharusnya diukur dari kondisi kesehatan, bukan umur.


Permintaan ini disampaikan Menag saat bertemu dengan Menteri Kesehatan Arab Saudi, Fahad Abdulrahman Al-Jalajel, di Rumah Dinas Duta Besar Arab Saudi di Jakarta, Senin (24/2/2025).


"Kami minta supaya kriteria yang dijadikan pokok nanti bisa haji itu adalah istitha'ah dari segi kesehatan, bukan dari segi umur," ujar Menag seperti dikutip dari laman resmi Kemenag.


Menag menjelaskan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang berusia lanjut masih memiliki fisik prima dan mampu menjalankan ibadah haji dengan baik. Sebaliknya, ada pula yang usianya lebih muda tetapi kesehatannya tidak mendukung.


"Di Indonesia ada orang lebih dari 90 tahun masih sangat kuat. Ada juga yang kurang dari 90 tahun tapi sudah lemah. Maka itu saya memohon kepada Menteri Kesehatan Saudi Arabia bahwa yang dijadikan patokan nanti itu adalah kemampuan dari segi fisik, bukan dari ukuran umur," imbuhnya.


Selain itu, Menag meminta pemerintah Arab Saudi memberikan waktu satu tahun bagi Indonesia untuk melakukan sosialisasi jika ada perubahan aturan terkait batasan usia jamaah haji. Menurutnya, persiapan ini penting agar calon jamaah dapat memahami aturan baru dan menyesuaikan diri.


"Kalau ada perubahan umur, misalnya penetapan usia tertentu, mohon diberi waktu kami satu tahun untuk melakukan sosialisasi. Karena kalau mendadak, nanti kami agak kesulitan melakukan sosialisasi," pintanya.


Dalam pertemuan itu, Menag juga mengajukan permohonan agar jumlah petugas haji Indonesia ditambah menjadi 4.000 orang, seperti tahun sebelumnya. Kehadiran petugas ini dinilai penting untuk memastikan pelayanan optimal bagi jamaah haji asal Indonesia.


"Kami memohon agar pendampingan atau petugas haji kami ditambah. Bukan hanya 2.000, tetapi dijadikan 4.000, sama seperti tahun lalu. Alasannya, lebih mudah kami bisa melayani masyarakat kami sendiri karena kami bisa mengerti bahasa lokal mereka, bahasa daerah mereka," jelasnya.


Ia menambahkan, keberadaan petugas haji Indonesia juga akan membantu meringankan tugas pemerintah Arab Saudi dalam mengelola jamaah. Dengan memahami karakteristik jamaah Indonesia, petugas bisa bertindak lebih cepat dan tepat dalam menangani berbagai kebutuhan di lapangan.


"Jadi sebetulnya keberadaan petugas kami di sana itu juga untuk membantu pemerintah Saudi Arabia, supaya tidak merepotkan para petugas Saudi Arabia. Karena kami lebih tahu problem-nya masyarakat kami daripada mungkin petugas Saudi Arabia," ungkapnya.


Menag Nasaruddin Umar berharap permintaan dari Indonesia dapat dipertimbangkan oleh pemerintah Arab Saudi demi kelancaran dan kenyamanan ibadah haji bagi jamaah, khususnya dari Indonesia.


Pertemuan ini juga dihadiri oleh Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Faisal bin Abdullah Al-Amudi, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag, Muhammad Zain, serta Tenaga Ahli Menteri Agama, Bunyamin Yafid.