• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Kuluwung

Serba-Serbi Jamaah Haji di Tanah Suci; Rai Gedhek

Serba-Serbi Jamaah Haji di Tanah Suci; Rai Gedhek
Serba Serbi Jamaah Haji di Tanah Suci; Rai Gedhek
Serba Serbi Jamaah Haji di Tanah Suci; Rai Gedhek

Di depan WC 3 Masjidl Haram, seorang jamaah haji memberi tahu bahwa ada rekan lansia serombonganya yang tak sanggup lagi jalan usai melaksanakan tawaf dan sa'i. Butuh kursi roda untuk menuju terminal Ajyad lalu pulang ke hotelnya di Misfalah. Masalahnya, karena keterbatasan jumlah, tak setiap saat kita bertemu petugas yang bawa kursi roda kosong.


Jalan paling cepat, sewa ke orang Arab. Mereka di bawah naungan lembaga resmi, tapi soal harga tetaplah "liar" karena memang gak ada price list yang pasti.

Segera saya carikan sewaan.


"Kam riyalan?"


"Ila ain?"


"Mahaththah Ajyad."


"Mi'ah."


Si penyewa bilang harga sewa ke terminal Ajyad (atau Jiad) 100 riyal. Saya langsung tawar dengan gaya rai gedhèk:


'isyrîn (20 riyal)."


Setelah negosiasi cukup alot akhirnya deal: 20 riyal dengan syarat saya yang mendorong ke terminal. Deal. Karena hanya bawa uang rupiah, akhirnya dikasihlah rupiah sebesar 100 ribu. Si penyewa setuju setelah tahu jumlah tersebut lebih besar dari 20 riyal.


Problem muncul ketika jamaah yang hendak didorong itu ternyata belum begitu jelas posisinya dimana. Harus mencari dulu. Setelah berjalan beberapa saat, si penyewa kursi roda rupanya keberatan.


"Daur... daur.." Muter2, kira-kira begitu keluhnya. Ia merasa rugi karena jarak ke terminal Ajyad mesti ditambah dengan jarak mencari jamaah yang akan menumpang. Sewa pun gagal di tengah jalan. Lalu kami putuskan untuk menemukan "pasien" asal Jepara itu dulu sebelum sewa kursi roda.


Alhamdulillah. Ketemu di dekat gerbang Al Nabi. Sewa kursi roda dengan harga 20 riyal lagi ternyata susah. Setelah diskusi alot dan gonta-ganti calon penyewa beberapa kali, akhirnya mentok di harga 50 riyal alias Rp200 ribu. Deal. Yang dorong pun dia sendiri, bukan saya.


Sewa kursi roda memang jadi lahan bisnis bagi sebagian orang Saudi. Tarif yang biasa dipatok 250SAR-400SAR (Rp1 s.d 1,6 juta) untuk layanan tawaf dan sa'i. Jika ada 20 ribu jamaah haji yang sewa kursi roda dari Syib Amir untuk umrah dengan harga rata-rata 250SAR saja, berarti ada uang Rp20 M yg beredar.


Kadang "rai gedhèk" (bermuka tebal) juga ada manfaatnya. Ya kan.... Hidup rai gedhèk!


Sebenarnya saya terinterupsi di sela bantu kebutuhan kursi roda itu. Ada jamaah yang terpisah rombongan sehingga belum menunaikan umrah wajib. Mereka adalah sejumlah ibu-ibu tua yang sedang ngadem sambil duduk selonjoran di depan WC 4 (WC khusus perempuan) karena kelelahan. Sudah ada satu ibu yang menemani, dan berharap saya menggantikan posisinya menemani jamaah tertinggal tersebut.


Sayang, saya gak bisa melakukan itu dan minta maaf karena harus menuntaskan urusan bapak-bapak lansia yang gak kuat jalan menuju pulang itu terlebih dahulu. Setelah sekitar setengah jam menuntaskan urusan kursi roda, saya coba kembali di depan WC 4. Ternyata mereka semua yang butuh bantuan itu sudah tak ada di sama.


Semoga memang sudah dapat solusi dari petugas lain. Wallahu a'lam.


Penulis: Mahbib Khoiron


Kuluwung Terbaru