• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Kuluwung

Kisah Cintaku: Disalip dari Kiri dengan Tajam

Kisah Cintaku: Disalip dari Kiri dengan Tajam
Aku suka sama seseorang, tapi temanku menyalip dari kiri dengan tajam. Ya, mungkin itu terjadi gara gara aku telat start.
Aku suka sama seseorang, tapi temanku menyalip dari kiri dengan tajam. Ya, mungkin itu terjadi gara gara aku telat start.

Oleh Ahmad Romli

Biasanya dipanggil Mang Om oleh sesama santri di kobong. Saya dilahirkan dari keluarga biasa, tiada pangkat ataupun derajat. 

Cerita ini berawal di saat remajaku datang. Aku termasuk orang yang lugu, tak pandai bicara ataupun bersosialisasi.

Masa remajaku telah hilang berlalu. Semua kulalui tanpa banyak kenangan ataupun pengalaman, tidak seperti yang lainnya.

Di saat umur 17 tahun, aku pergi belajar mencari ilmu ke pesantren. Dengan penuh keluguan, aku saat itu masih seperti anak kecil, imut alias bageur. Selang beberapa waktu, tanpa aku sadari, banyak sekali orang di sekitarku curhat tentang cinta. Padahal mereka tidak tahu kalau masalah cinta aku nilainya masih D.

Aku pernah merasakan rasa seperti itu. Namun aku selalu menyampingkannya. Bukan berarti aku tak pede dengan paras wajahku. Bukan aku tak laku ataupun takut ditolak, tapi apa daya, pertama peraturan pesantren melarang. 

Kedua, mengingat rasa itu selalu menjadi faktor dihukumnya oleh guru. Katanya hal itu faktor susah menghafal dan hafalan yang sudah ada pun gampang lupa.

Sampai sekarang, alhamdulillah aku masih bisa menahan ataupun menjaga perasaan itu. Aku sengaja melakukannya karena perasaan itu adalah godaan.

Dalam tulisan ini, saya sengaja membuat tema yang bertolak belakang dengan para remaja sekarang.

Menurut aku, masa remaja adalah masa seseorang itu berpikir dan berkarya dan layak dicontoh oleh pemuda pemudi lain.

Tapi sebelum pemikiran ini ditulis, aku pernah merasakan pengalaman yang amatlah mengiris hati.

Aku suka sama seseorang, tapi temanku menyalip dari kiri dengan tajam. Ya, mungkin itu terjadi gara gara aku telat start.

Jadi untuk para pembaca, untuk menjadi diri lebih baik, di pesantren tak mengajarkan pacaran sebelum nikah, tapi nikahlah baru pacaran.
 

Penulis adalah santri Fathul Huda Cikancung


Kuluwung Terbaru