Liwetan Berjamaah Warnai Halal Bihalal MWCNU Jatiasih di Masjid Jamie Siti Santrie
Jumat, 10 Mei 2024 | 22:05 WIB
Kota Bekasi, NU Online Jabar
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Jatiasih Kota Bekasi menggelar Halal Bihalal sekaligus Liwetan yang bertempat di Masjid Jamie Siti Santrie tepatnya di area Sekretariat MWCNU Jatiasih, Kamis (9/5/2024). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Ketua PCNU Kota Bekasi 2019-2024 KH Madani, Ketua PCNU Kota Bekasi terpilih 2024-2029 H Ayi.Nurdin, Ketua BAZNAS Kota Bekasi H Nur Akmal, Rais Syuriah MWCNU Jatiasih KH Ahmad Qurtubi, Ketua MWCNU Jatiasih H Lukman Cecep, dan ratusan warga Nahdliyin dilingkungan Jatiasih.
Ketua pelaksana kegiatan Jj Fachri Mushoddiq mengatakan bahwa hidangan yang tersedia merupakan sumbangan dari warga nahdliyin seperti beras, Lauk-pauk, hingga buah-buahan untuk Halal bihalal dan Liwetan bersama MWCNU Jatiasih.
"Warga NU ada yang menyumbang beras, lauk pauk ikan, ayam, entok, bebek, sayur asem, buah-buahan, kue-kue, sirup, yogurt, air mineral, juga rokok dan lain sebagainya untuk mensukseskan Halal bihalal ini. Tidak sedikit pula yang menyumbangkan dananya terutama para aghniya dan warga NU Jatiasih," jelasnya.
Sementara itu, Ketua MWCNU Jatiasih KH Lukman Cecep berterima kasih atas segala kekompakan dan gotong royong serta sumbangan dari semua pihak dalam menyukseskan Halal Bihalal ini.
"Hal ini menunjukkan bahwa tradisi NU al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah memiliki arti "memelihara tradisi lama yg baik dan mengambil tradisi baru yg lebih baik sejak zaman dahulu masih tetap terjaga, yaitu ketika ada kegiatan NU maka Nahdliyin siap menyumbangkan apapun yang mereka miliki,” ungkapnya.
Kiai Lukman menjelaskan, bahwa Halal Bi Halal itu digagas oleh Nahdlatul Ulama jauh sebelum kemerdekaan. Lalu dihidupkan kembali oleh Mbah Wahab Hasbullah setelah kemerdekaan.
Menurutnya, tujuan Halal bi halal adalah mendekatkan anggota keluarga yang jauh, merekatkan hati yang lepas serta menjaga hubungan tali silaturahim dan persaudaraan agar terus terjaga di antara anggota keluarga.
"Itu dalam konteks skala keluarga ya. Dalam konteks organisasi manfaatnya tentu menyatukan sudut pandang dalam bermacam dinamika yang berkembang membuat berbeda sudut pandang. Karena keutuhan dan kesatuan sudut pandang seluruh elemen organisasi adalah kekuatan dan modal suatu organisasi bisa meraih kedigdayaannya," paparnya.
Kiai Lukman juga mengatakan, makna di balik tradisi liwetan, yaitu kebersamaan dan persaudaraan. "Di mana orang menyantap nasi liwet dan lauk pauknya bersama-sama menggunakan tangan, tanpa memandang perbedaan, semuanya menyatu dan duduk bersama mengitari pelepah pisang, menikmati nasi serta lauk pauk yang berlimpah di atasnya," tandasnya.
Sebagai informasi, kegiatan tersebut juga dihadiri oleh pengurus lembaga dan banom NU dilingkungan kecamatan Jatiasih Kota Bekasi.
Terpopuler
1
Barak Militer Vs Pesantren
2
Jejak Perjuangan KH Muhammad asal Garut: Dari Membangun Pesantren hingga Menjaga NU
3
Dialog Refleksi Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Tegaskan Peran Strategis Perempuan dalam Pendidikan dan Kepemimpinan
4
Pesantren Karangmangu Bertaraf Nasional, Cetak Puluhan Khatimin dari Berbagai Daerah
5
BPBD Jabar Siap Tangani Bencana Alam di Bandung Barat, Karawang, dan Bekasi
6
IPPNU Kota Banjar Kunjungi Dinas Sosial, Bahas Kasus Sosial dan Penguatan Ketahanan Keluarga
Terkini
Lihat Semua