• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Kota Bandung

Soroti Kasus HIV/AIDS di Bandung, Katib PBNU Tegaskan Poligami Bukan Solusi

Soroti Kasus HIV/AIDS di Bandung, Katib PBNU Tegaskan Poligami Bukan Solusi
Soroti Kasus HIV/AIDS di Bandung, Katib PBNU Tegaskan Poligami Bukan Solusi
Soroti Kasus HIV/AIDS di Bandung, Katib PBNU Tegaskan Poligami Bukan Solusi

Bandung, NU Online Jabar
Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Moqsith Ghazali turut menyoroti tingginya kasus 'human immunodeficiency virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang menghebohkan warga Bandung.

 

Kiai Moqsith menegaskan bahwa poligami bukan solusi penanganan HIV/AIDS, apalagi jika tidak memiliki ilmu mengenai kesehatan seksual reproduksi.

 

“Alih-alih mengurangi HIV, bahkan jika pelaku poligami tetap menjalankan aktivitas seksual tidak sehat, maka yang bersangkutan bisa menularkan penyakit pada istri-istrinya termasuk menularkan HIV/AIDS,” tegasnya.

 

Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU masa khidmat 2015-2021 itu, juga menanggapi pernyataan Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum yang menyebut poligami sebagai solusi untuk menekan angka penularan HIV/AIDS. 

 

Ia menilai, pernyataan Uu tidak memiliki landasan. Karena hingga kini tidak ditemukan data yang menunjukkan bahwa poligami sebagai salah satu solusi untuk menekan kasus penularan HIV/AIDS.


“Tak ada data yang menunjukkan bahwa poligami ampuh menahan laju peningkatan HIV/AIDS,” kata Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU periode 2015-2021 itu, sebagaimana diberitakan NU Online, Rabu (31/8/2022).

 

Menurut Kiai Moqsith poligami meniscayakan sejumlah syarat mulai dari kemampuan material finansial, kemudian mampu secara biologis hingga mampu secara etika moralnya untuk berbuat adil kepada istri-istrinya. 

 

"Dengan syarat itu maka tidak semua laki-laki memiliki kemampuan berpoligami, karena perlu mempertimbangkan semuanya. Terkadang adil menurut kita belum tentu adil menurut orang lain, sehingga perlu memikirkan matang-matang terkait keinginan untuk berpoligami," jelasnya.


Kiai Moqsith menuturkan bahwa poligami telah menjadi pilihan personal seseorang. Termasuk pilihan bagi kiai yang memang memilih berpoligami, namun sebagian besar para Rais Am PBNU itu tidak berpoligami.
"Kiai Sahal Mahfudh saja tetap bertahan dengan memiliki satu istri, meskipun beliau tidak dikaruniai anak secara biologis. Kita juga bisa melihat sosok-sosok panutan lainnya yang merasa cukup dengan memiliki satu istri," tandasnya.

 

Senada, dr Syifa Mustika mengatakan tidak ada bukti yang menyatakan poligami dapat menekan angka HIV/AIDS. Ia menilai hal itu justru akan menambah jumlah kasus.


"Secara medis anjuran poligami untuk mencegah HIV/AIDS jelas menyesatkan. Justru poligami malah berpotensi menambah jumlah kasus HIV/AIDS jika tidak disertai ilmu soal seksualitas," ujar dokter dari Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) itu. 

 

Diterangkannya, solusi untuk penanggulangan HIV/AIDS bisa dilakukan dengan aktif menyosialisasikan pendidikan kesehatan seksual reproduksi pada masyarakat.


“Pendidikan ini penting dikenalkan dari mulai remaja sekolah sampai kepada lingkaran sosial masyarakat, di posyandu-posyandu atau Puskesmas,” terangnya. 

 

Teranyar, Uu menyampaikan permintaan maaf terkait pernyataannya yang menyebutkan agar para suami melakukan poligami untuk menekan kasus HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga. Ia meminta maaf jika pernyataannya membuat publik gaduh. 

 

"Saya, kalau memang ada hal yang disampaikan oleh saya, tidak sependapat dengan masyarakat banyak, ya saya permohonan maaf. Tentang statement saya dalam sebuah wawancara seperti itu," kata Uu di Bandung, Rabu (31/8/2022). 

 

Sebelumnya, usulan berpoligami disampaikan Uu untuk menyikapi fenomena HIV/ AIDS yang menghebohkan masyarakat Kota Bandung. Dimana Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bandung membeberkan fakta bahwa dari 5.943 kasus positif HIV di Bandung selama periode 1991-2021, 11 persen di antaranya adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). 

 

Salah satu pemicunya adalah suami yang melakukan hubungan seks tidak menggunakan pengaman dengan pekerja seks. Selain IRT, 6,9 persen atau 414 kasus terjadi pada mahasiswa.

 

Editor: Abdul Manap


Kota Bandung Terbaru