• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Kota Bandung

Pro-Kontra Kenaikan Biaya Haji, Inilah Hasil Bahtsul Masail LBMNU Jabar

Pro-Kontra Kenaikan Biaya Haji, Inilah Hasil Bahtsul Masail LBMNU Jabar
Pro-Kontra Kenaiakan Biaya Haji, Inilah Hasil Bahtsul Masail LBMNU Jabar (Ilustrasi: Freepik)
Pro-Kontra Kenaiakan Biaya Haji, Inilah Hasil Bahtsul Masail LBMNU Jabar (Ilustrasi: Freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Jawa Barat menyelenggarakan bahtsul masail di Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Kabupaten Sukabumi, pada Kamis (16/2/2023). Acara tersebut merupakan program bahstul masail keliling LBMNU yang digelar di lima zona se Jawa Barat.    
 

Bahtsul masail kali ini diselenggarakan di zona 4 membahas permasalahan seputar ibadah haji, salah satunya kenaiakan biaya haji yang tuai pro-kontra
 

Deskrispsi Masalah
Usulan kenaiakan biaya haji (ONH) tuai pro kontra. Salah satunya, Dalam rapat kerja daerah (Rakerda) lampung dari salah satu partai politik, Ahmad Muzani selaku sekjen terang menyoroti usulan kementrian agama Yaqut Cholil Qoumas perihal kanaikan biaya haji yang menjadi Rp. 69 Juta. Menurut beliau angka tersebut terlalu tinggi untuk rakyat.
 

“Rakyat yang sekarang membayar ONH umumnya orang-orang kecil, seperti pedagang bakso, tukang ojek, guru honorer yang mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk ditabungkan dalam ONH. Jadi kalau ONH naik menjadi 69 juta, rasanya masih terlalu tinggi” ujar Muzani, seperti yang dikutip oleh detiknews.com. 30/01/2023
 

Bahkan Muzani Juga menyampaikan jika fraksi partainya di Komisi VIII meminta untuk merundingkan kembali perihal kenaikan tersebut agar masyarakat tidak mengurungkan niatnya uantuk berhaji.
 

Selain Muzanni, ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Fadli Zon juga ikut berkomentar. Menurutnya, KPK turut menengarai penempatan dan investasi dana haji tidak optimal, sehingga perolehan nilai manfaat dana haji jauh lebih kecil dari yang seharusnya didapat.
 

“Seluruh jalur investasi dan penempatan dana haji ini mestinya diaudit terlebih dahulu, termasuk kepada BPKH untuk menegatahui posisi sustainabilitas pengelolaan dana haji kita kedepan” ujar Fadli Zon.
 

“Dengan jumlah jamaah haji yang besar jika dikelola dengan benar, mestinya akumulasi dana haji yang terkumpul bisa mendatangkan nilai manfaat yang besar untuk jamaah haji kita, bukan mendatangkan manfaat untuk pihak lain seperti yang ditengarai KPK” imbuh Fadlizon, seperti yang dikutip oleh CNN Indonesia. 
 

Sedangkan menurut menag usualan tersebut atas pertimbangan untuk memenuhi prinsip keadilan dan keberlangsungan dana haji. Beliau sampaikan jika formulasi ini telah memlalui kajian. 
 

Kebijakan formulasi tersebut, ujar Menag, diambil dalam rangka menyeimbangkan antara besaran beban jamaah dengan keberlangsungan dana nilai manfaat BPIH di masa yang akan datang. Menurut Menag pembebanan Bipih harus menjaga prinsip isthi’thoah dan likuiditas penyelenggaraan haji tahun-tahun berikutnya.
 

“itu usulan pemerinatah. Menurut kami, itu yang paling logis untuk menjaga agar yang ada di BPKH itu tidak tergerus, ya dengan komposisi seperti itu. Jadi dana manfaat itu dikurangi tinggal 30%, sementara yang 70% menjadi tanggung jawab jamaah” urai Menag.
 

“Selain untuk menjaga itu (BPKH), yang ke dua ini juga soal isthitha’ah, kemampuan menjalankan ibadah haji kan jika mampu. Kemampuan itu ya harus terukur, kami mengukurnya dengan nilai segitu” sambung Menag, seperti yang dikutip dalam halam resmi Kementria Agama Republik Indonesai.
 

*Berikut tabel formula BPIH yang diusulkan kemenag untuk tahun 2023 dan perbandingannya dengan BPIH 2022. Sumber: halaman resmi Kementrian Agama Republik Indonesia.

BPIH (RP)

Bipih (RP)

%

NILAI MANFAAT (RP)

%

TAHUN 2023

98.893.909,11

69.193.734,00

70

29.700.175,11

30

TAHUN 2022

98.379.021,09

39.886.009,00

40,54

58.493.012,09

59,46

 

Uraian menag tersebut di amini oleh beberapa pihak seperti yang diberitakan oleh TEMPO.CO,24/01/2023, salah satunya Eks. Anggota dewan BPKH, Muhammad Akhyar Adnan. Menurut beliau kenaikan Bipih dirasa wajar jika mempertimbangkan beberapa komponen biaya haji seperti biaya pesawat, hotel, konsumsi yang mulai naik akibat turunnya nilai tukar Riyal Arab Saudi (RSA) terhadap Dolar AS.
 

Adnan menerangkan,BPKH sudah lama membaca bahkan mengkaji sustainabilitas dana haji. Intinya, kata dia, bila tidak ada perubahan kebijakan dalam mengelola dana haji akan ada ancaman terjadinya sekema Ponzi. Skema ini pernah terjadi pada kasus First Travel yang membuat ribuan masyarakat kehilangan uang untuk berankat Umroh. 

Catatan:

  • BPIH: Kepanjangan dari Biaya Penyelenggaran Ibadah Haji; biaya keseluruhan dari bodi anggaran bianya penyenggaraan ibadah Haji.
  • Bipih: kepanjangan dari Biaya Perjalanan Ibadah Haji; sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh warga negara yang akan menunaikan ibadah haji.
  • Nilai Manfaat: dana/ keuntungan yang diperoleh dari hasil pengelolaan dan pengembangan dana haji yang dilakukan melalui penempatan dan/ atau investasi
  • BPKH: kepanjangan dari Badan Pengelola Keuangan Haji; lembaga yang melakukan pengelolaan keuangan haji
     

Pertanyaan
a)    Pengelolaan dana haji oleh BPKH yang dinilai tidak sustainabilitas (berkelanjutan), entah itu disebabkan ketidak tepatan penempatan investasi, kendala kebijakan atau faktor lainnya sehingga memberikan nilai manfaat yang tidak maksimal untuk jamaah haji, dapatkah menjadi pemebenaran legal syar’an untuk kemudian membebani jamaah haji dengan menaikkan biaya yang begitu tinggi?
 

Catatan:
Info terbaru, dana haji tetap ada kenaikan menjadi 49.8 juta rupiah, lebih rendah dari usulan awal kemenag.
 

Jawaban:

  • Status BPKH pada dasarnya adalah jihhah amah (Badan publik yang diamanahi mengelolal dana haji) sehingga di dalam setiap pentasharufan wajib berasaskan:
  • Maslahat, baik untuk calon jamaah haji di tahun 2023 atau tahun-tahun selanjutya
  • Ghibthah dzahirah, yakni investasi dan/ atau pengelolaan yang dapat dipastikan menguntungkan agar dapat meningkatkan pemberian dana manfaat (Tidak spekulatif).
  • Sesuai Undang-undang nomor 34 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan haji.
  • Dengan demikian, kebijakan mengurangi persentase dana manfaat yang berdampak pada naiknya bipih dapat dibenarkan, jika tiga asas dimaksud telah terpenuhi dalam pengelolaan dana haji.
     

Ibarot:


غياث الأمم (ص: 146)
فإن قيل ما وجه ارتباط العبادات بنظر الإمام   قلنا ما كان منها شعارا ظاهرا في الإسلام تعلق به نظر الإمام وذلك ينقسم إلى ما يرتبط باجتماع عدد كثير وجم غفير كالجمع والأعياد ومجامع الحجيج وغلى ما لا يتعلق باجتماع كالأذان وعقد الجماعات في ما عدا الجمعة من الصلوات  فأما ما يتعلق بشهود جمع كثير فلا ينبغي للإمام أن يغفل عنه فإن الناس إذا كثروا عظم الزحام وجمع المجمع أخيافا وألف أصنافا وخيف في مزدحم القوم أمور محذورة فإذا كان منهم ذو نجدة وبأس بكف عادية إن هم بها معتدون كان المجمع محروسا ودرأت هيبة الوالي ظنونا وحدوسا ولذلك أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بعد فتح مكة أبا بكر رضي الله عنه على الحجيج ثم استمرت تلك السنة في كل سنة فلم يخل حج عن إمام أو مستناب من جهة مياسير الإمام ولذلك صدر الخلفاء مياسير الأمراء أو ذوي الأولوية بإقامة الجمع فإنها تجمع الجماعات وهي إن لم تصن عرضها للفتن والآفات فهذا وجه نظر الإمام في الشعار الذي يجمع جمعا كثيرا

الأحكام السلطانية (1/ 193)
هذه الولاية على الحج ضربان : أحدهما أن تكون على تسيير الحجيج . والثاني : على إقامة الحج ، فأما تسيير الحجيج فهو ولاية سياسة وزعامة وتدبير . والشروط المعتبرة في المولى : أن يكون مطاعا ذا رأي وشجاعة وهيبة وهداية . والذي عليه في حقوق هذه الولاية عشرة أشياء : أحدها جمع الناس في مسيرهم ونزولهم حتى لا يتفرقوا فيخاف النوى والتغرير . والثاني : ترتيبهم في المسير والنزول بإعطاء كل طائفة منهم مقادا حتى يعرف كل فريق منهم مقاده إذا سار ويألف مكانه إذا نزل ، فلا يتنازعون فيه ولا يضلون عنه . والثالث : يرفق بهم في السير حتى لا يعجز عنه ضعيفهم ولا يضل عنه منقطعهم ، وروي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : { الضعيف أمير الرفقة } يريد أن من ضعفت دوابه كان على القوم أن يسيروا بسيره . الرابع : أن يسلك بهم أوضح الطرق وأخصبها ، ويتجنب أجدبها وأوعرها . والخامس : أن يرتاد لهم المياه إذا انقطعت والمراعي إذا قلت . والسادس : أن يحرسهم إذا نزلوا ويحوطهم إذا رحلوا حتى لا يتخطفهم داعر ولا يطمع فيهم متلصص . والسابع : أن يمنع عنهم من يصدهم عن المسير ويدفع عنهم من يحصرهم عن الحج بقتال إن قدر عليه أو ببذل مال إن أجاب الحجيج إليه ولا يسعه أن يجبر أحدا على بذل الخفارة إن امتنع منها حتى يكون باذلا لها عفوا ومجيبا إليها طوعا ، فإن بذل المال على التمكين من الحج لا يجب 

الأحكام السلطانية (1/ 54)
وأما تسيير الحجيج من عمله فداخل في أحكام إمارته ، لأنه من جملة المعونات التي ندب لها

بغية المسترشدين (ص: 189)
(مسألة : ك) : يجب امتثال أمر الإمام في كل ما له فيه ولاية كدفع زكاة المال الظاهر ، فإن لم تكن له فيه ولاية وهو من الحقوق الواجبة أو المندوبة جاز الدفع إليه والاستقلال بصرفه في مصارفه ، وإن كان المأمور به مباحاً أو مكروهاً أو حراماً لم يجب امتثال أمره فيه كما قاله (م ر) وتردد فيه في التحفة ، ثم مال إلى الوجوب في كل ما أمر به الإمام ولو محرماً لكن ظاهراً فقط ، وما عداه إن كان فيه مصلحة عامة وجب ظاهراً وباطناً وإلا فظاهراً فقط أيضاً ، والعبرة في المندوب والمباح بعقيدة المأمور ، ومعنى قولهم ظاهراً أنه لا يأثم بعدم الامتثال ، ومعنى باطناً أنه يأثم اهـ. قلت : وقال ش ق : والحاصل أنه تجب طاعة الإمام فيما أمر به ظاهراً وباطناً مما ليس بحرام أو مكروه ، فالواجب يتأكد ، والمندوب يجب ، وكذا المباح إن كان فيه مصلحة كترك شرب التنباك إذا قلنا بكراهته لأن فيه خسة بذوي الهيئات ، وقد وقع أن السلطان أمر نائبه بأن ينادي بعدم شرب الناس له في الأسواق والقهاوي ، فخالفوه وشربوا فهم العصاة ، ويحرم شربه الآن امتثالاً لأمره ، ولو أمر الإمام بشيء ثم رجع ولو قبل التلبس به لم يسقط الوجوب اهـ.

الفقه الإسلامي وأدلته (4/ 392)
القاعدة الثالثة ـ ترتب ضرر أعظم من المصلحة: إذا استعمل الإنسان حقه بقصد تحقيق المصلحة المشروعة منه، ولكن ترتب على فعله ضرر يصيب غيره أعظم من المصلحة المقصودة منه، أو يساويها، منع من ذلك سداً للذرائع، سواء أكان الضرر الواقع عاماً يصيب الجماعة، أو خاصاً بشخص أو أشخاص. والدليل على المنع قول الرسول صلّى الله عليه وسلم : «لا ضرر ولا ضرار»  وعلى هذا فإن استعمال الحق يكون تعسفاً إذا ترتب عليه ضرر عام، وهو دائماً أشد من الضرر الخاص، أو ترتب عليه ضرر خاص أكثر من مصلحة صاحب الحق أو أشد من ضرر صاحب الحق أو مساو لضرر المستحق. أما إذا كان الضرر أقل أو متوهماً فلا يكون استعمال الحق تعسفاً. من أمثلة الضرر العام بالأمة أو بالجماعة: الاحتكار: وهو شراء ما يحتاجه الناس وادخاره لبيعه وقت غلاء الأسعار وحاجة الناس إليه. وهو ممنوع للحديث النبوي: «الجالب مرزوق والمحتكر ملعون» «لا يحتكر إلا خاطئ ».

تحفة المحتاج في شرح المنهاج (26/ 119)

أما الهبة للجهة العامة فإن الغزالي جزم في الوجيز في باب اللقيط بالصحة وتوقف فيه الرافعي لكونه غير معين يعني وتعين المتهب شرط كالمشتري ، ثم قال ويجوز أن يقول الجهة العامة بمنزلة المسجد حتى يجوز تمليكها بالهبة كما يجوز الوقف عليها وحينئذ فيقبلها القاضي ا هـ وقضية إلحاق الهبة بالوقف في الصحة إذا كانت لجهة عامة أنه لا يشترط القبول ويستثنى أيضا المرأة إذا وهبت ليلتها من ضرتها فلا يشترط قبولها على الصحيح في الروضة في بابه ا هـ كلام التكملة

تحفة المحتاج في شرح المنهاج (27/ 315)
وإذا أوصى لجهة عامة ، فالشرط أن لا تكون معصية كعمارة كنيسة .
الشرح
( قول المتن كعمارة كنيسة ) قد يستشكل التمثيل بعمارة الكنيسة للجهة العامة إلا أن يجعل تنظيرا ، أو يقال أراد بالجهة العامة ما ليس شخصا معينا بدليل المقابلة أو يقال هي جهة عامة باعتبار المنتفع بها فإنه غير معين .( تنبيه ) يتبادر أن حقيقة الكنيسة ما هي للتعبد وقضية ذلك حملها على ذلك عند الإطلاق حتى لو أوصى لكنائس بلد كذا وجهلنا حالها هل هي للتعبد أو لا حكم ببطلان الوصية ، فإن تبين أنها ليست للتعبد تبينت صحتها ا هـ سم

المنهاج بهامش مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج (10/ 180)
ولا يتصرف الناظر إلا على وجه النظر والاحتياط ؛ لأنه ينظر في مصالح الغير فأشبه ولي اليتيم . ووظيفته العمارة والإجارة وتحصيل الغلة وقسمتها فإن فوض إليه بعض هذه الأمور لم يتعده .

حاشية الجمل (13/ 11)
ولي صبي أب  فأبوه فوصي فقاض ويتصرف بمصلحة  ولو نسيئة وبعرض وأخذ شفعة ويشهد في بيعه نسيئة ويرتهن ويبني عقاره بطين وآجر ولا يبيعه إلا لحاجة أو غبطة ظاهرة


شرح
( قوله : ولا يبيعه ) أي عقاره أي الذي للقنية لا غيره كما يؤخذ من صنيعه ا هـ وأفتى القفال بجواز بيع ضيعة يتيم خربت وخراجها يستأصل ماله ، ولو بدرهم ؛ لأن المصلحة فيه ا هـ .شرح م ر ومثله ما عمت به البلوى في مصرنا من أن ما خرب من الأوقاف لا يعمر فيجوز إجارة أرضه لمن يعمرها بأجرة وإن قلت الأجرة التي يأخذها وطالت مدة الإجارة حيث لم يوجد من يستأجر بزيادة عليها ثم بعد ذلك على الناظر صرفه في مصارفه الموقوف عليها ا هـ .ع ش عليه ( قوله أو غبطة ظاهرة ) ( تنبيه ) المصلحة أعم من الغبطة إذ الغبطة بيع بزيادة على القيمة لها وقع والمصلحة لا تستلزم ذلك لصدقها بنحو شراء ما يتوقع فيه الربح وبيع ما يتوقع فيه الخسران وسيأتي ذلك في كلام الشارح في باب الشركة ا هـ

حاشية الجمل (13/ 7)
( أو غبطة ظاهرة ) بأن يرغب فيه بأكثر من ثمن مثله ، وهو يجد مثله ببعض ذلك الثمن أو خيرا منه بكله قال ابن الرفعة ، وما عدا العقار وآنية القنية أي ما عدا مال التجارة لا يباع أيضا إلا لحاجة أو غبطة لكن يجوز لحاجة يسيرة وربح قليل لائق بخلافهما .

روضة الطالبين (7/ 79)
 فصل يجب على الولي حفظ مال الصبي وصونه  عن أسباب التلف وعليه استنماؤه قدر ما لا تأكل النفقة والمؤن المال إن أمكن ذلك ولا تلزمه المبالغة في الإستنماء وطلب النهاية وإذا طلب متاعه بأكثر من ثمنه لزمه بيعه ولو كان شىء يباع بأقل من ثمنه وللطفل مال لزمه شراؤه إذا لم يرغب فيه لنفسه هكذا أطلقه الإمام والغزالي في الطرفين ويجب أن يتقيد ذلك بشرط الغبطة بل بالأموال المعدة للتجارة أما ما يحتاج إلى عينه فلا سبيل إلى بيعه وإن ظهر طالب بالزيادة وكذا العقار الذي يحصل منه كفايته وكذا في طرف الشراء قد يؤخذ الشىء رخيصا لكنه عرضة للتلف ولا يتيسر بيعه لقلة الراغبين فيه فيصير كلا على مالكه قلت هذا الذي قاله الرافعي هو الصواب ولا يغتر بما خالفه والله أعلم

الفتاوى الفقهية الكبرى (3/ 336)
ومن ثم قال الشيخ في التنبيه ولا يتصرف الناظر إلا على وجه النظر والاحتياط وصرح التاج السبكي بأنه يجب على كل متصرف عن الغير أن يتصرف بالمصلحة فإن كان في شيء مصلحة ومفسدة واستويا لم يتصرف ويشهد له نص الشافعي رضي الله تعالى عنه وكلام ابن الرفعة وغيره في وجوب أخذ الولي بالشفعة لمحجوره إن كان في الأخذ مصلحة وتركه إذا عدمت في الأخذ والترك معا واستدلوا بقوله سبحانه وتعالى ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتي هي أحسن وعند استواء المصلحة والمفسدة لم توجد الأحسنية فامتنع القربان.

قواعد الأحكام في مصالح الأنام (2/ 75)
فصل: في تصرف الولاة ونوابهم يتصرف الولاة ونوابهم بما ذكرنا من التصرفات بما هو الأصلح للمولى عليه درءا للضرر والفساد، وجلبا للنفع والرشاد، ولا يقتصر أحدهم على الصلاح مع القدرة على الأصلح إلا أن يؤدي إلى مشقة شديدة، ولا يتخيرون في التصرف حسب تخيرهم في حقوق أنفسهم مثل أن يبيعوا درهما بدرهم، أو مكيلة زبيب بمثلها لقول الله تعالى: {وَلا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ}، وإن كان هذا في حقوق اليتامى فأولى أن يثبت في حقوق عامة المسلمين فيما يتصرف فيه الأئمة من الأموال العامة؛ لأن اعتناء الشرع بالمصالح العامة أوفر وأكثر من اعتنائه بالمصالح الخاصة، وكل تصرف جر فسادا أو دفع صلاحا فهو منهي عنه كإضاعة المال بغير فائدة، وإضرار الأمزجة لغير عائدة، والأكل على الشبع منهي عنه؛ لما فيه من إتلاف الأموال، وإفساد الأمزجة، وقد يؤدي إلى تفويت الأرواح، ولو وقعت مثل قصة الخضر عليه السلام في زماننا هذا لجاز تعييب المال حفظا لأصله ولأوجبت الولاية ذلك في حق المولى عليه حفظا للأكثر بتفويت الأقل فإن الشرع يحصل الأصلح بتفويت المصالح، كما يدرأ الأفسد بارتكاب المفاسد، وما لا فساد فيه ولا صلاح فلا يتصرف فيه الولاة على المولى عليه إذا أمكن الانفكاك عنه.

أسنى المطالب في شرح روض الطالب (3/ 90)
فرع للإمام صرف مال الفيء في غير مصرفه ويعطي مستحقيه من غيره إذا رأى المصلحة فيه لأنه الولي عليه بخلاف الزكاة لا يجوز له أن يعطي مستحقيها إلا من نفس ما حصل في يده من الماشية والثمرة وغيرها قاله الصيمري
 

b)    Melihat lonjakan biaya haji yang begitu tinggi, apa hukum menarik kembali dana setoran awal bagi masyarakat yang sudah terlanjur mendaftar haji?
 

Jawaban:

Diperinci:

  • Jika penarikan dilakukan sebelum ada pangilan pemberangkatan maka boleh secara mutlak, baik ia dalam keadaan mampu melunasi bipih atau tidak.
  • jika penarikan dilakukan setelah ada panggilan pemberangkatan dan ia mampu melunasi bipih serta memenuhi kriteria istitha’ah lainnya maka tetap diperbolehkan, hanya saja orang tersebut memiliki tanggungan selama masa hidupnya (Istiqrar fi dzimmatihi) untuk menunaikan ibadah haji. Sehingga menurut pendapat yang paling shahih (al Ashah) dapat dikategorikan maksiat jika sampai akhir hayatnya tidak menunaikan tanggungan hajinya.
     

Catatan:
Kadar biaya atau dana yang menjadi tolak ukur kemampuan (Istita’ah) adalah jumlah dana real cost (BPIH)

Ibarot:


حاشيتا قليوبي - وعميرة (5/ 481)
تنبيه : يعتبر في الاستطاعة امتدادها من وقت خروج أهل بلده للحج إلى عودهم إليه فمن أعسر في جزء من ذلك لم يلزمه حج في تلك السنة ، ولا عبرة بيساره قبل ذلك الوقت ولا بعده
 

حاشية الشرقاوي (1\518)
ولو كان يقدر على في الحضر ان يكتسب في يوم ما يكفيه له و للحج لم يلزمه الكسسب مطلقا طال السفر او قصر لأن تحصيل سبب الوجوب لايجب و يفرق بينه و بين من يقدر على الكسب في السفر بان ذلك يعد مستطيعا في السفر قبل الشروع فيه ولو قبل تحصيل الكسب و هذا لا يعد مستطيعا الا بعد تحصيل الكسب لان الفرض انه لا يقدر على تحصيل الكسب في السفر فلا يجب عليه تحصيله لما مر افاده الرملي

المجموع شرح المهذب (7/ 88)
قال أصحابنا إمكان السير بحيث يدرك الحج شرط لوجوبه فإذا وجد الزاد والراحلة وغيرهما من الشروط المعتبرة وتكاملت وبقي بعد تكاملها زمن يمكن فيه الحج وجب فإن أخره عن تلك السنة جاز لأنه على التراخي لكنه يستقر في ذمته فإن لم يبق بعد استكمال الشرائط زمن يمكن فيه الحج لم يجب عليه ولا يستقر عليه هكذا قاله الأصحاب قالوا والمراد أن يبقى زمنيمكن فيه الحج إذا سار السير المعهود فإذا احتاج إلى أن يقطع في يوم أو بعض الايام كثر من مرحلة لم يجب الحج

طريقة الحصول على غاية الوصول (1/ 104)
( أَنَّ مَنْ أَخَّرَ ) الواجب المذكور ( مَعَ ظَنِّ خِلاَفِهِ ) أى عدم فوته فبان خلاف ظنه ومات مثلا فىالوقت قبل الفعل ( لَمْ يَعْصِ ) لأن التأخير جائز له والفوت ليس باختياره وقيل يعصى وجواز التأخير مشروط بسلامة العاقبة هذا ان لم يكن عزم على الفعل وان عصى بتركه العزم والا فلايعصى قطعا قاله الآمدى ( بِخِلاَفِ مَا ) أى الواجب الذى (وَقْتُهُ الْعُمْرُ كَحَجٍّ ) فإن من أخره بعد ان أمكنه فعله مع ظن عدم فوته كان ظن سلامته من الموت الى مضى وقت يمكنه فعله فيه ومات قبل فعله يعصى على الأصح  والا لم يتحقق الوجوب وقيل لايعصى لجواز التأخير له وعصيانه فىالحج من آخر سنى الإمكان على الأصح لجواز التأخير اليها وقيل من أولها لاستقرار الوجوب حينئذ وقيل غير مستند الىسنة بعينها.

مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج (5/ 418)
( ولو ) وجد دون الأجرة ورضي به أجير لزمه الاستئجار لأنه مستطيع ، والمنة فيه ليست كالمنة في المال ، فلو لم يجد أجرة و ( بذل ) بالمعجمة أي أعطى له ( ولده أو أجنبي مالا للأجرة لم يجب قبوله في الأصح ) لما في قبول المال من المنة ، والثاني : يجب كبذل الطاعة ، والخلاف في الأجنبي مرتب على الخلاف في الابن ، وأولى بأن لا يجب قاله في البيان ، والأب كالابن في أصح احتمالين للإمام ، والاحتمال الآخر أنه كالأجنبي ، وعلى الأول لو كان الولد المطيع عاجزا عن الحج أيضا وقدر على أن يستأجر له من يحج وبذل له ذلك وجب الحج على المبذول له كما نقله في الكفاية عن البندنيجي وجماعة ، وفي المجموع عن تصحيح المتولي لو استأجر المطيع إنسانا للحج عن المطاع المعضوب ، فالمذهب لزومه إن كان المطيع ولدا لتمكنه . فإن كان المطيع أجنبيا ففيه وجهان ا هـ . ومقتضى كلام الشيخ أبي حامد لزومه ، وكلام البغوي عدم لزومه ، وهو الظاهر كما اعتمده الأذرعي ، وكلام المصنف يقتضيه ، وكالولد في هذا الوالد ( ولو بذل الولد ) وإن سفل ذكرا كان أو أنثى ( الطاعة ) في النسك بنفسه ( وجب قبوله ) وهو الإذن له في ذلك ؛ لأن المنة في ذلك ليست كالمنة في المال لحصول الاستطاعة ، فإن امتنع لم يأذن الحاكم عنه على الأصح ، لأن الحج مبني على التراخي.
 

إعانة الطالبين (2/ 281)
إن الاستطاعة نوعان أحدهما استطاعة مباشرة وهذه يقال لها استطاعة بالبدن والمال ولها أحد عشر شرطا يؤخذ غالبها من كلام المصنف رحمه الله تعالى  الأول وجود مؤن السفر ذهابا وإيابا  الثاني وجود الراحلة مع وجود شق محمل لمن لا يقدر على الراحلة الثالث أمن الطريق  الرابع وجود الماء والزاد في المواضع التي يعتاد حملهما منها بثمن مثله  الخامس خروج زوج أو محرم مع المرأة  السادس أن يثبت على الراحلة بلا مشقة شديدة  السابع وجود ما مر من الزاد وغيره وقت خروج الناس من بلده  الثامن أن يبقى بعد الاستطاعة زمن يمكنه الوصول فيه إلى مكة باليسر المعتاد التاسع أن يجد رفقة حيث لم يأمن وحده  العاشر أن يجد ما مر.
 

c) Bila usulan Menag disetujui, apakah kondisi biaya haji yang melambung tinggi dapat menggugurkan Istitho’ah calon jamaah haji?

Jawaban:
    Bisa, jika calon jamaah haji tidak mampu melunasi

Ibarot:
    Idem

d) Bisakah disebut istitha’ah apabila jamaah haji yang karena subsidi BPKH bisa menunaikan ibadah haji?

Jawaban:
    Bisa 
Ibarot:
    Idem 
 

Berikut Mushohih dan Perumus pada Bahtsul Masail tersebut

Mushohih 
Drs KH A Aziz Masthuro
Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA
Dr. KH. Abu Bakar Sidik, M. Ag
KH. Ahmad Yazid Fattah
K. Ghufroni Masyhuda S. Pd. I
K. Khozinatul Asror


Perumus
KH. Zainal Mufid S. Sos
KH. Nanang Umar Faruq
K. Mubasysyarum Bih SH
K. Afif Yahya SH
KH. Muthiullah Hib, Lc
K. Abdul Hamid S. Pd


Editor: Abdul Manap


Kota Bandung Terbaru