Gus Reza: Halaqah Nawaning Nusantara Buka Cakrawala Khidmah Perempuan Pesantren
Bandung, NU Online Jabar
Terselenggaranya acara halaqah nasional Nawaning Nusantara berawal dari para Nawaning (sebutan untuk sekumpulan Ning dzurriyah pesantren) yang memiliki semangat luar biasa. Halaqah ini harus menjadi gerbang utama untuk membuka cakrawala kesempatan khidmah para Nawaning kepada umat.
Demikian diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren Al Mahrusiyah, Gus Reza dalam kegiatan Halaqah Nasional Nawaning Nusantara yang digelar Divisi Pengembangan Pesantren PW-RMI Jawa Timur, Sabtu (27/08) di Hotel Grand Mercure Surabaya, Jl Ahmad Yani No.70 Surabaya.
“Khidmah yang tidak ada diskriminasi, pembagian status dan dilakukan dengan gaya yang sopan dengan balutan akhlaqul karimah. Semua komponen berhak untuk berkhidmat kepada umat, bangsa dan negara termasuk di dalamnya adalah para Nawaning yang sangat berpotensi untuk mengisi dan memberikan kemaslahatan itu,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu elemen penting untuk sebuah peradaban adalah perlunya kontribusi dari para Ibu Nyai, Nawaning, dan para cendekiawan hawa. Para Nawaning dapat menjadi pengayom yang menyelesaikan berbagai problematika yang muncul di tengah masyarakat.
“Kiprah perjuangan para ulama perempuan dahulu menjadi cerminan bahwa khidmah Nawaning dapat diterapkan dalam berbagai sektor baik pendidikan, kancah politik, dan lain-lain. Dan juga membuktikan pada masyarakat bagaimana konsep khidmah yang sesungguhnya itu tidak keluar dari syari’at, sopan dan mengedepankan akhlaqul karimah,” tutur Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa halaqah yang diadakan di Hotel Grand Mercure Surabaya itu adalah cikal bakal harokah para Nawaning dalam berkhidmat.
“Semangat dan percaya diri Nawaning ini akan melahirkan ide-ide dan program yang luar biasa sesuai dengan kaidah when you have confidence, you have a lot of fun, when you have fun you can do amazing things,” pungkasnya
Ia berharap para Ibu Nyai dan Nawaning dapat menjadi madrasah pertama (ula) dan paling utama (aula) tidak hanya untuk para putra-putrinya, santri-santrinya melainkan juga untuk umat, dan masyarakat sekitarnya.
Pewarta: Widiaturrahmi
Editor: Agung Gumelar