• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Kota Bandung

Dekan FDK UIN Bandung: Beragama Secara Sadar agar Islam Hadir sebagai Rahmat Seluruh Alam

Dekan FDK UIN Bandung: Beragama Secara Sadar agar Islam Hadir sebagai Rahmat Seluruh Alam
Dekan FDK UIN Bandung: Implementasi Agama yang Tidak Dibangun dengan Kesadaran Jadi Pemantik Lahirnya Sebuah Bencana
Dekan FDK UIN Bandung: Implementasi Agama yang Tidak Dibangun dengan Kesadaran Jadi Pemantik Lahirnya Sebuah Bencana

Kota Bandung, NU Online Jabar
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung H Enjang AS menjelaskan pentingnya beragama secara sadar agar Islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal tersebut diungkapkan saat memberikan sambutan dalam kegiatan Workshop Moderasi Beragama Fakultas yang bertempat di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung pada Kamis (30/11/2023).


Ia menilai, kita hidup ditengah-tengah masyarakat bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan pemeluk agama yang berbeda, serta hidup bersama-sama dengan seluruh masyarakat bangsa itu tidak ada sekat-sekat yang harus menjadi pemilah.


"Kita sadar betul, kebhinekaan tidak bisa dijalin hanya dengan mengedepankan harapan dan keinginan individu atau kelompok. Kebhinekaan akan tetap bisa mempersatukan bangsa ini hanya dengan cara hidup berdampingan tanpa pandang apapun agama yang dianutnya," tegas pria yang juga merupakan salah seorang pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat.


Itulah sebabnya, tambah H Enjang AS, kita memandang penting adanya moderasi beragama.


"Jika berbicara agama, sering kali agama pada event-event tertentu menjadi pemantik terjadinya perpecahan pada sebuah bangsa, dan itu biasanya apa yang diyakini secara individual diungkapkan dalam bentuk lisan kemudian menjadi perilaku-perilaku yang tidak bersahabat. Implementasi agama yang tidak dibangun dengan berbagai kesadaran, akhirnya agama menjadi pemantik lahirnya sebuah bencana," paparnya.


Karenanya, sambung H Enjang AS, sebagai bagian dari masyarakat bangsa yang terdidik sangat diharapkan untuk beragama secara moderat. "Jadi, jangan mempersoalkan perbedaan, tetapi bagaimana mempersatukan perbedaan-perbedaan itu agar menjadi sebuah ritme kehidupan yang dinamis," tuturnya. 


"Bukankah sebuah simponi terdengar indah apabila terdiri dari notasi yang berbeda? Lantunan sebuah lagu, apapun lagunya, akan terasa merdu jika memang notasinya berbeda. Tetapi, yang paling penting agar terjadi merdu terdengarnya, simponi itu mensinergikan perbedaan-perbedaan notasi yang dipertahankan itu," ungkapnya.


Menurutnya, kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi sangat indah jika perbedaan-perbedaan tersebut bisa disinergikan menjadi sebuah dinamika yang nyaman oleh seluruh lapisan masyarakat. Ia berharap, kegiatan ini memberikan sebuah wawasan terkait moderasi beragama, sehingga bisa menjadi modal dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.


"S​​​​​​ebagai pejuang dan pemuda pilihan sebagai masyarakat yang terpelajar, bagaimana memadukan perbedaan-perbedaan itu baik didalam ungkapan maupun perbuatan sehingga hal tersebut tidak menjadi sebuah persoalan tetapi dipandang sebagai sebuah tantangan untuk menjadikan nyanyain kehidupan masyarakat bangsa yang diikat dengan kebhinekaan," pungkas pria yang juga sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Komunikasi UIN SGD Bandung tersebut.


Sebagai informasi, kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi H Asep Sodikin, Peneliti Senior Lembaga Pertiwi Bangsa (LPB) Jakarta Wawan Gunawan sebagai Narasumber, serta dosen hingga puluhan mahasiswa Fakultas Dakwan dan Komunikasi UIN SGD Bandung.


Editor:

Kota Bandung Terbaru