• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Kota Bandung

Cara Kang Dasuk Merawat Kerukunan di Tengah Keberagaman

Cara Kang Dasuk Merawat Kerukunan di Tengah Keberagaman
Kang Daden Sukendar (Dasuk) yang pake peci, ketika di salah satu forum Forkopimda Kabupaten Sukabumi
Kang Daden Sukendar (Dasuk) yang pake peci, ketika di salah satu forum Forkopimda Kabupaten Sukabumi

Sukabumi, NU Online Jabar
Ketua Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sukabumi ajengan Daden Sukendar mempunyai sikap yang beda dalam memperlakukan golongan maupun keyakinan, disaat yang sama saat ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) getol membuat fatwa tentang sesatnya suatu golongan.


Terbukti saat adanya kasus perusakan, dan penyegelan rumah ibadah dan madrasah milik Jemaat Ahmadiyah oleh aparat di Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi yang katanya sikap arogansi itu berdasar pada fatwa MUI dan selebihnya SKB tiga menteri yang menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah sesat dan menyesatkan.


Menurut salah seorang penggerak Gusdurian Sukabumi M.Tirta Wijaya Aswara mengatakan bahwa Kang Dasuk sapaan akrab Daden Sukendar adalah orang yang komitmen dan konsisten merawat kerukunan di tengah keberagaman. Termasuk dalam menyikapi kasus Ahmadiyah


"Ia memilih untuk tetap menjaga kerukunan, hadir di forum Ahmadiyah, memberikan pelayanan terbaik, dan mungkin saja pendidikan terbaik bagaimana seharusnya hidup di tengah keberagaman. Itu kan dakwah, bukankah dakwah harus dilakukan dengan cara yang ramah bukan marah," tuturnya kepada NU Online Jabar, Sabtu (25/02).


Tirta juga berpendapat, menurutnya wajar jika sekelas Ketua FKUB bersikap merangkul karena demi menjaga kerukunan, tidak boleh ada diskriminasi.


"Indonesia memang beragam, tak heran jika kemudian hadir wadah semacam FKUB. Namanya saja FKUB, forumnya untuk kerukunan, memupuk kebersamaan diantara yang berbeda. Entah dari sisi pilihan politik, agama, bahasa serta perbedaan yang lain," tambahnya


Tirta juga menyinggung soal perbedaan keyakinan, menurutnya perbedaan itu tidak bisa diganggu gugat.


"Ahmadiyah dalam hal ini, dari sisi keyakinan, kita sudah final. Saya mempercayakan kepada para sepuh, kiai, ulama, serta pihak terkait lainnya. Tapi mohon, jangan lukai mereka dengan sikap arogansi. Jangan mentang-mentang kita ini mayoritas, merasa paling benar," tegas mantan Ketua IPNU Kota Sukabumi itu


Sebab, kata Tirta, secara prinsip Kang Daden selaku Ketua FKUB sudah menempuh upaya komunikasi yang baik dengan beberapa pihak. 


Dihubungi terpisah, Kang Daden Sukendar nama lengkapnya mengaku bahwa soal Ahmadiyah ia sempat memberikan saran langsung terhadap Bupati Sukabumi. 


"Sebelumnya, di salah satu forum rapat bersama Forkopimda, saya menyampaikan saran kepada bupati agar tidak bertindak gegabah terhadap Jemaat Ahmadiyah. Persoalan Ahmadiyah di indonesia sedang mereda jangan malah justru dihangatkan oleh kebijakan beberapa pihak di Sukabumi," ujar Kang Dasuk melalui aplikasi perpesanan pada Rabu, (22/02).


Dalam Forum tersebut, lanjut Kang Dasuk dari semua yg hadir, hanya dirinya yang menyampaikan saran. Pada akhirnya, menurut keterangan salah satu pengurus MUI yang beredar cuplikannya di radio, berkat statmennya yang berbeda, Kang Dasuk diganjar oleh banyak pihak untuk mundur dari Ketua FKUB dan diberhentikan dari pengurus MUI.


Kendati demikian, bagi Kang Dasuk tidak membuatnya bergeming, tetap dalam pendiriannya bahwa memperlakukan yang beda itu tidak perlu koar-koar apalagi harus dengan emosi.  


Selain itu, Kang Dasuk yang juga menjabat sebagai Ketua Lakpesdam PCNU Kabupaten Sukabumi itu menegaskan mengenai sikapnya dalam memperlakukan Ahmadiyah semata-mata dalam merawat keberagaman dan kerukunan dalam bingkai kemanusiaan.


"Nah, saya mengaku bahwa Ahmadiyah ini sebagai saudara kita. Sesuai dengan konsep ukhuwah. Ada ukhuwah persaudaraan, ukhuwah islamiah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyariyah, yang diajarkan oleh para Kiai di pesantren kepada kami selaku santri selama ini," tegas Direktur Lembaga Penelitian Sosial dan Agama itu


Pewarta: Amus Mustaqim
Editor: Abdul Manap
 


Kota Bandung Terbaru