• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Khutbah

KHUTBAH JUMAT

Khutbah Jumat: Memberi Tanpa Merendahkan

Khutbah Jumat: Memberi Tanpa Merendahkan
Khutbah Jumat: Memberi Tanpa Merendahkan
Khutbah Jumat: Memberi Tanpa Merendahkan

Khutbah I

ألحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِِ كُلِّهِ ، أشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ وَ أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وأصْحَابِهِ أجْمَعِيْنَ ، أمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْاللهَ حَقَّ تُقََاتِهِ وَلاَ تَمْوْتَُّن إلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَِ ، وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كْتَابِهِ الْكَرِيْمِ : وَلَوْ أنَّ أهْلَ القُرَى أمَنُوْا وَاتَّقُوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالاَرْضَ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ


Hadirin Jamaah yang Berbahagia 
Siang ini marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan beraneka karunia kepada kita sekalian. Anugerah berupa keimanan dan keislaman. Sebab, kedua hal ini inilah yang menjadikan kita mampu mensyukuri nikmat dengan penuh hikmat.


Beberapa waktu lalu, baru saja kita mendapat musibah dari saudara-saudara kita yang berada di Cianjur dan sekitarnya yang terkena dampak dari gempa bumi. Akan tetapi, kita tetap harus patut bersyukur, karena dari bencana tersebut kita bisa merasakan bagaimana rasa tolong menolong masih sangat kuat berada disekeliling kita, sehingga hal tersebut mengajarkan kita untuk saling membantu, saling menjaga, dan turut serta melestarikan apa yang telah diwariskan dan diajarkan oleh para pendahulu kita, yakni memperkuat persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.


Sudah barang tentu, kenyataan ini menuntut kita untuk mengoreksi kembali kepedulian kita. Sudahkah selama ini kita memiliki kepedulian terhadap orang-orang disekitar kita? Jika sudah, maka pertanyaan selanjutnya adalah, cukupkah kepedulian kita selama ini untuk membantu meringankan beban hidup mereka? Jika sudah cukup, maka pertanyaan selanjutnya adalah, apakah selama ini kita dapat meringankan beban mereka dengan ikhlas? Sampai di sini, hanya diri kita sendirilah yang dapat menjawabnya.


Jika kita mengaku beriman dengan sebenarnya, maka kita pasti akan mengaca pada diri kita sendiri, sudahkan kita memiliki kepedulian tanpa menyengsarakan?


Betapa pun, jika keikhlasan hanya dapat kita rasakan sendiri, maka sebuah sikap tentu dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Pertanyaannya adalah, apakah selama ini kita dapat memberikan sedekah dengan cara-cara yang ”elegan”? Apakah cara kita memberikan sedekah tidak mengurangi harga diri mereka? Apakah setelah menerima sedekah, mereka masih memiliki sisa harga diri di hadapan kita?


Jika jawabnya adalah tidak, maka mestinya kita instrospeksi diri, benarkah Allah memerintahkan kita untuk besedekah, berzakat atau menolong orang hanyalah untuk membuatnya kehilangan jati diri? Ramadhan kemarin benar-benar perenungan nyata.


Mungkin beberapa cuplikan ayat berikut ini dapat membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.


إنْ تُبْدُوْا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا اْلفُقَرَاءُ فََهُوََ خَيْرٌ لَكُمْ


”Jika kamu menampakkan sedekah, maka ini juga baik. Namun jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan adalah lebih baik bagimu. (QS. Al-Baqarah, 2:271).


Ayat ini menunjukkan bahwa bersedekah tanpa membuat publikasi justru lebih baik daripada kita bersedekah dengan mengundang para wartawan. Meskipun seandainya sedekah yang kita berikan memang benar-benar dibutuhkan oleh mereka.


Hadirin Sekalian yang Berbahagia
Kalau kita lihat zaman dahulu, Nabiyullah Sulaiman As yang merupakan seorang raja yang kaya raya bahkan pernah kedatangan tamu yang ingin memberikan sedekah. Lebih tepatnya untuk saat ini adalah upeti atau mungkin suap. Karena si pemberi sedang memiliki kebutuhan dengan sang Nabi Sulaiman. Ini artinya sang pemberi sedekah berada dalam posisi yang lebih rendah sementara sang penerima sedekah berada dalam posisi yang lebih tinggi.


Namun demikian, sikap dan cara penyampaian dapat menjadikan sang penerima, yang semula lebih tinggi dapat mengalami penurunan derajat. Firman Allah tentang cerita Nabi Sulaiman ini diabadikan oleh al-Qur’an dalam surat al-Naml ayat 36.


فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانُ قََالَ أَتُمِدُّوْنَنِ بِمَالٍ فَمَا أتَنِ أللهُ خَيْرٌ مِمَّا أتَاكُمْ بَلْ أنْتُمْ لِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُوْنَ


Ketika serombongan utusan yang disertai berbagai macam hadiah telah sampai kepada Nabi Sulaiman, maka Sulaiman berkata, ”Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.”


Pertanyaan Nabi Sulaiman semacam ini tentu saja membuat kecut perasaan para utusan tersebut. Utusan dari negeri seberang ini tersadar, seolah mereka dibuat malu karena dianggap mencoba menghinakan sekelompok kaum yang diperintah oleh seorang raja kaya dan bijak dengan rasa syukur yang teramat tinggi di hadapan Allah.


Dengan demikian upaya peremehan kepada Nabi Sulaiman beserta seluruh rakyat negerinya oleh para pembesar dari negara lain pun gagal total.


Kisah ini, sungguh memberikan ilustrasi perenungan yang teramat dalam kepada kita. Betapa semestinya kita tidak mudah dihinakan oleh mereka yang datang dengan membawa segepok sedekah yang belum tentu bermanfaat secara produktif kepada kita. Dan betapa semestinya jika kita memberi sedekah, janganlah sampai merendahkan orang-orang yang akan menerima sedekah kita.


Karena yakinlah, bahwa sedekah kita sama sekali tidak berarti dibandingkan karunia yang diberikan kepada kita oleh Allah. Seberapa pun berbagi, tidaklah perlu berpamer-pamer, apatah lagi sampai merasa bangga di hadapan Allah. Karena di sinilah terdapat jebakan syetan kepada para hamba.


Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah SWT
Karena itulah, pada kesempaytan yang berbahagia ini, mari kita bersama-sama menginstropeksi diri kita masing-masing. Semoga setiap kesalahan yang pernah kita lakukan pada bulan-bulan lalu dapat kita tinggalkan dan semoga segenap kebaikan yang kita tingkatkan pada bulan Ramadhan kemarin dapat kita pertahankan. Dengan demikian maka kita sedang menaiki tangga insan kamil, tangga menuju kesempurnaan kemanusiaan di hadapan Allah SWT.


Sekalipun ini bukan dalam momentum Ramadhan, namun kita harus senantiasa mampu mengekang hawa nafsu yang membawa kita menuju kehinaan dalam hidup. Sebagaimana firman Allah :


وَمَا أُبَرِّئْ نَفْسِيْ إنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوْءِ


Aku tiada melepaskan Nafsuku, karena nafsu menyuruh pada keburukan. (QS. Yusuf : 53)


Jika nafsu dapat kita kendalikan, maka mestinya kita pun akan senantiasa menjadi manusia yang pemurah dan pemaaf. Sehingga kita dapat saling memaafkan di antara sesama anak manusia, di antara sesama umat Islam dan di antara sesama saudara dan tetangga. Semoga Allah akan mengampuni dosa-dosa kita sekalian, dosa-dosa yang terdahulu maupun dosa-dosa yang akan datang. Sehingga negeri ini dapat menjadi negeri dambaan yang senantiasa diberkahi Allah, kampung-kampung dan kota-kota dapat menjadi baldatun toyyobatun wa robbun ghofuur.


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.


عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Sumber: NU Online


Khutbah Terbaru