Manuskrip Peninggalan KH R Muhammad bin Alqo Sukamiskin Bandung
Sabtu, 26 Desember 2020 | 08:00 WIB
Oleh A. Ginanjar Sya’ban
Pada hari Selasa (15/12) yang lalu, saya bersama tim Lajnah Turats Ilmi Syaikhona Kholil Bangkalan Madura (Kiyai Usman Hasan, Kiyai Ismail al-Kholili Muhammad dan Ustadz Mufti, serta Ustadz Mabda Dzikara, Abdul Majid dan Harir (tim Sanad Media) melakukan kunjungan muhibah ke Pesantren Sukamiskin, Bandung.
Pesantren Sukamiskin adalah salah satu pesantren tua sekaligus penting di Tatar Sunda. Pesantren tersebut didirikan pada tahun 1881 oleh KH R Muhammad bin Alqo (w. 1911). Dalam sejarah jaringan keilmuan ulama Jawa Barat di peralihan abad 19 dan 20 M, sosoknya tercatat sebagai salah satu pilar utama dan mahaguru ulama Sunda. Terdapat banyak ulama Sunda yang hidup pada kurun masa tersebut yang menjadi murid dari KH Rd Muhammad b. Alqo dan menjadi alumni pesantren Sukamiskin.
Dalam kunjungan itu, salah satu cicitnya memperlihatkan kepada kami naskah kuno tulis tangan (manuskrip) peninggalan sang buyut. Naskah tulisan tangan asli KH R Muhammad bin Alqo tersebut menghimpun beberapa teks dalam pelbagai bidang ilmu pengetahuan Islam, seperti tauhid dan tasawuf, termasuk di dalamnya terdapat silsilah Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah (TQN) yang diterimanya dari Syaikh Abdul Karim Banten di Makkah yang disebutnya dengan julukan “Kiyai Ageung”.
Bahasa yang terdapat dalam teks tersebut adalah bahasa Arab, bahasa Jawa aksara Arab (Pegon), serta bahasa Sunda aksara Arab (Pegon). Tidak terdapat titimangsa yang menginformasikan kapan naskah tersebut ditulis. Diperkirakan, masa penulisan naskah tersebut adalah dua dekade terakhir abad ke-19 (1880–1899) atau dekade pertama abad ke-20 M (1900–1910).
Pada halaman ke-17 dari manuskrip peninggalan tersebut, terdapat sebuah data dan informasi penting terkait nama-nama ulama Nusantara dan Timur Tengah, di Tatar Sunda khususnya. Para ulama tersebut memiliki hubungan keilmuan dengan KH R Muhammad bin Alqo. Beberapa dari ulama tersebut ada yang sudah “hilang” jejak sejarahnya, namun beberapa yang lain masih dapat terlacak keberadaannya.
Tertulis di sana:
نوقلنا حج محمد انك علقى رادين داؤد أكي تبفا. سسفا عبد الكريم جنڠننا ݢورو طريقة. كتلهنا كيائي أݢوڠ نو تسمر. مريد خطيب شمباس بن عبد الغفار موݢا٢ أسه الله أنو صفة قهار. 1 كيائي خاتم فسنترين فندي لمباڠن ݢورو نو ممت ڽاهو أكسر عراب. 2 كيائي حج أسيف صالح فسنترين چهنتف ݢاروة ݢورو قراءة قرآن. 3 كيائي مس عون سيراڠ لمباڠن ݢورو چچراكن علم صرف جڠ علم نحو جڠ ݢورو طريقة شطارية تفي دتندا سيه هنت كوڠس نروس هرتنا وقتو كر بودك كينيه عمر 12 تهون. أينا فنده كا كيائي أݢوڠ منڠ طريقة نو ڠرڠكف ڽايت قادرية جڠ نقشبندية. نو متك فنده لقوله عليه الصلاة والسلام لو كان موسى حيا ما وسعه إلا اتباع. 4 كيائي عارف فسنترين تڠه لمباڠن ݢورو بلاجر لغة تفسير جلالين تمبه كيائي إسماعيل (؟) 5 كيائي مجالام دڠدر تروݢوڠ ݢورو مچا صلوة شرط عبادة. 6 كيائي رادين حج إرشاد أرجاسري ݢورو فرائض جڠ سݢال أسها فݢاويان جڠ ايتوڠن جڠ علم معراج. 8 أچيڠ ازراعي ݢاروة. وقت دفسنترين بورڠ سرابيا ݢورو علم فقه علم نحو ݢدي٢ علم مدح نبي. 9 مس كيائي أبي الحسن فسنترين بورڠ سرابيا ݢورو علم تصوف كيا حكم منهاج العابدين جڠ ݢورو فقه اقناع. 10 كيائي صبر فسنترين سفنجڠ سدرجا ݢورو علم عروض جڠ فقه ݢدى كيا فتح الوهاب اقناع نحو دئي. 11 كيائي من حج (منهاجي) فسنترين ببدن سدرجا ݢورو عقائد جڠ حكم دئي. 12 كيائي حسب الله مدورا فسنترين جوانا ݢورو ڠجادكن سݢل علم٢ الة ڽاهو مسألة بنرن. 13 كيائي حسن مصطفى ݢاروة وقت دمكة ݢورو ڠؤسحكن علم سݢل نو بس كاسبوة جبا فرائض. 14 شيخ حسب الله بن سليمان مكة ݢورو ڠصحكن علم الة دئي تبركا (؟) سئتك زمان. والله أعلم
(Nukilna Haji Muhammad anak Alqo, Raden Daud aki ti bapa. Sasapa Abdul Karim jenengana guru tarekat, katelahna Kiyai Agung nu teu samar, murid Khatib Sambas bin Abdul Ghaffar, muga-muga asih Allah anu sifat Qahhar. [1] Kiyai Khotim pasantren Pendeuy Limbangan, guru nu mimiti nyaho aksaraArab. [2] Kiyai Haji Asep Abdul Ghoffar pasantren Cihantap Garut guru qiro’at Qur’an. [3] Kiyai Mas Aon Serang Limbangan guru cacarakan elmu shorof jeung elmu nahwu jeung guru tarekat Syathariah tepi ditandasiah [?] henteu kungsi naros hartina waktu keur budak keneh umur 12 taun. Ayeuna pindah ka Kiyai Ageng meunang tarekat nu ngarangkep nyaeta Qadiriah jeung Naqsyabandiah. Nu matak pindah “li qaulihi ‘alaihi sholat wa salam” [….]. [4] Kiyai Arif pasantren Tengah Limbangan guru belajar logat Tafsir Jalalain tambah Kiyai Ismail. [5] Kiyai Mujalam Dangdeur Tarogong guru maca Sholawat sarta ibadah. [6] Kiyai Raden Irsyad Arjasari guru Faroidh jeung sagala usaha pagawean jeung itungan jeung elmu Mi’roj. [8] Aceng Adzra’i Garut waktu di Pasantren Bureng Surabaya guru elmu fikih elmu nahwu gede-gede elmu madah Nabi. [9] Mas Kiyai Abil Hasan pasantren Bureng Surabaya guru elmu Tasawuf kaya Hikam, Minhajul Abidin jeung guru fikih Iqna'. [10] Kiyai Shobar pasantren Sepanjang Sidarja [Sidoarjo] guru elmu Arudh jeung fikih gede kaya Fathul Wahhab, Iqna' jeung nahwu deui. [11] Kiyai Minhaji pasantren Babadan Sidarja [Sidoarjo] guru Aqo'id jeung Hikam deui. [12] Kiyai Hasbullah Madura pasantren Juwana guru ngajadikeun sagala elmu-elmu alat nyaho masalah beneran. [13] Kiyai Hasan Musthapa Garut di Makkah, guru ngausahakeun elmu sagala nu geus kasebut jaba Faroidh. [14] Syaikh Hasbullah bin Sulaiman Makkah, guru ngesahkeun elmu alat deui tabarrukan [?] saeutik zaman. Wallahu A'lam)
Sesuai dengan yang tertera pada teks berbahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) di atas, penulis menyebut empat belas (14) orang ulama yang menjadi gurunya dari pelbagai wilayah, mulai dari Sunda, Jawa, Madura, hingga Arab di Makkah. Masa pembelajarannya kepada ulama-ulama tersebut bisa diperkirakan pada rentang tahun 1850–1880-an, sebelum kemudian beliau mendirikan Pesantren Sukamiskin di Bandung pada tahun 1881.
Di masa-masa awal pengembaraan intelektualnya, KH R Muhammad bin Alqo banyak belajar di beberapa “ajengan” (kiyai) dan pesantren di Garut. Delapan orang guru pertamanya adalah para kiyai Garut, yaitu Kiyai Khotim (Pesantren Peundeuy, Limbangan), Kiyai Asep Abdul Ghaffar (Pesantren Cihantap), Kiyai Mas Aon (Pesantren Serang, Limbangan), Kiyai Arif dan Kiyai Ismail (Pesantren Tengah, Limbangan), Kiyai Mujalam (Pesantren Dangdeur, Tarogong), dan Kiyai Raden Irsyad (Pesantren Arjasari, Bandung).
Guru lainnya yang disebut adalah Aceng Adzra’i Garut, yang ia jumpai mengajar di Pesantren Bureng, Surabaya (Jawa Timur). Merujuk pada sebutan “Aceng” di depan nama Adzra’i Garut, maka bisa dipastikan usianya masih muda. Sosok ini yang di kemudian hari dikenal dengan nama Kiyai Adzra’i atau Ajengan Bojong (Garut), ayah dari Kiyai Umar Basri pendiri pesantren Fauzan (Garut) dan guru dari Kiyai Ahmad Syathibi Gentur (Cianjur). Dalam kitab biografi Kiyai Syathibi Gentur, disebut jika Kiyai Adzra’i Bojong ini adalah murid dari Syaikh Ibrahim al-Baijuri, Grand Syaikh al-Azhar Mesir yang wafat tahun 1860.
Nama-nama guru lainnya adalah para ulama dari Jawa Timur, meliputi Mas Kiyai Abil Hasan (Pesantren Bureng, Surabaya), Kiyai Shobar (Pasantren Sepanjang, Sidoarjo), Kiyai Minhaji (Pesantren Babadan, Sidoarjo) dan Kiyai Hasbullah Madura (Pasantren Juwana?).
Selepas itu, ia menyebut tiga orang guru utamanya di Makkah, yaitu Kiyai Hasan Mustapa Garut (w. 1930), Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkî (w. 1917), dan Syaikh Abdul Karim Banten. Kepada Syaikh Abdul Karim Banten inilah ia berbaiat Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah (TQN).
Snouck Hurgronje dalam bukunya “Makka” (1888), menyebut tiga sosok ulama ini sebagai para guru yang memiliki pengaruh besar bagi para pelajar asal Sunda di Makkah. Sosok Hasan Mustapa setelah kepulangannya dari Makkah (1885) lebih dikenal sebagai sosok sastrawan besar Sunda dan bangsawan lokal (menak) yang dekat dengan pemerintahan kolonial Belanda.
Dalam buku “Sejarah Pesantren: Jejak, Penyebaran dan Jaringannya di Wilayah Priangan (1800–1945)” karya Dr. Ading Kusdiana (2014: 192), disebutkan juga jika KH. Rd. Muhammad b. Alqo pernah belajar kepada Syaikh Muhammad Kholil dari Bangkalan, Madura (w. 1925).
Wallahu A’lam
Penulis adalah filolog dan dosen UNUSIA
Sumber: FB A. Ginanjar Sya'ban (25/12/2020)
Terpopuler
1
Saat Kata Menjadi Senjata: Renungan Komunikasi atas Ucapan Gus Miftah
2
Susunan Kepanitiaan Kongres JATMAN 2024: Ali Masykur Musa Ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana
3
Kerja Sama NU dan ATR/BPN Percepat Sertifikasi Tanah Wakaf di Jawa Barat
4
Sungai Cikaso Meluap Akibat Tingginya Intensitas Hujan, Ratusan Rumah Terendam hingga Sejumlah Kendaraan Terbawa Arus
5
Khutbah Jumat: Cemas Amal Ibadah Tidak Diterima
6
NU Depok Peduli Kembali Bergerak, Siapkan Bantuan untuk Korban Bencana Alam
Terkini
Lihat Semua