• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Keislaman

Apa Itu Rebo Wekasan? Berikut Penjelasan Mengenai Rabu Terakhir di Bulan Safar

Apa Itu Rebo Wekasan? Berikut Penjelasan Mengenai Rabu Terakhir di Bulan Safar
Apa Itu Rebo Wekasan? Berikut Penjelasan Mengenai Rabu Terakhir di Bulan Safar. (Ilustrasi/NU Online Jabar)
Apa Itu Rebo Wekasan? Berikut Penjelasan Mengenai Rabu Terakhir di Bulan Safar. (Ilustrasi/NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar
Rebo Wekasan merupakan istilah yang merujuk pada salah satu hari di minggu terakhir bulan Safar yakni di hari Rabu. Istilah lain yang merujuk pada Rabu terakhir di bulan Safar ini diantaranya yakni Rebo Kasan atau Rebo Pungkasan. 

 

Mengenai Rebo Wekasan ini, banyak mitos atau keyakinan yang beredar di masyarakat bahwa pada hari tersebut dihubungkan dengan malapetaka dan bencana. Oleh karenanya, pada hari tersebut masyarakat melakukan ritual keagamaan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. 

 

Ritual keagamaan yang dilakukan pun beragam, dari mulai shalat, dzikir hingga berdoa. Amalan lainnya adalah membaca ayat-ayat Al-Quran yang dikenal dengan ayat selamat. 

 

Lalu bagaimana sebenarnya amalan-amalan tersebut dalam Islam? 

 

Melansir NU Online Jabar, dalam artikel yang berjudul ‘Asal-Usul Amalan Rebo Wekasan’ dijelaskan bahwa terdapat beberapa sumber kitab yang menyebutkan tentang amalan di hari Rabu terakhir bulan Safar atau dikenal Rebo Wekasan, diantaranya sebagai berikut: 

 

-    Kanz al-Najah wa al-Surur karya ‘Abdul Hamid Quds al-Makki (w. 1917). 
-    Mujarrabat al-Dayrabi karya al-Dayrabi (w. 1801 M).
-    Nihayat al-Zain karya Syekh Nawawi (w.1897 M).
-    Na’t al-Bidayah karya Muhammad al-Fadhil bin Mamayn (w.1910 M).
-    Al-Jawahir al-Khams karya Muhammad bin Khatir al-Din (w. 1562 M). 
-    Wasilah al-Tahlibin Ila Mahabbati rabb al-Alamin karya murid Hussamuddin (w. 1567 M) yang dikutip dalam kitab Majmu’ah Rasa’il al-Laknawi ketika menjelaskan hukum shalat-shalat tertentu, karya ‘Abd al-Hayy al-Laknawi (w. 1886), dan kitab lainnya. 

 

Kemudian bagaimana mitos atau keyakinan mengenai Rebo Wekasan sendiri dalam Islam? 

 

Masih dalam laman yang sama, dijelaskan bahwasanya sebagian orang Arab menyebut bulan Safar dengan sebutan najiz karena pada bulan ini mereka merasa ditimpa kesialan (tasya’um). Hal itu kemudian dibantah oleh Rasullah Saw sebagaimana dalam sabdanya:

 

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ 

 

“Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa.”(HR Bukhari dan Muslim) .

 

Para ulama dalam beberapa karyanya selalu menyandingkan kata Safar dengan kata al-khair dengan menyebut shafar al-khair (Safar yang baik) sebagai bentuk tafa’ul (berharap kebaikan dan optimis) sehingga menepis anggapan kekhususan kesialan, nahas, atau keburukan yang melekat dengan dzat bulan Safar. 

 

Dalam tafsir Ruhul Ma'ani misalnya disebutkan bahwa hari Rabu adalah hari dimana Nabi Yunus dilahirkan, begitu juga dengan Nabi Yusuf, dan pertolongan kepada Nabi Muhammad pada perang Ahzab juga adalah hari Rabu. Tentu banyak Hadits lain yang berkenaan hari Rabu.

 

Maka dari itu secara umum tentang waktu adalah sebagaimana Hadits Qudsi berikut:

 

 يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (رواه البخاري و مسلم) 

 

“Anak Adam menyakiti-Ku karena mencela masa atau waktu. Padahal Aku yang mengatur dan menetapkan waktu. Di tangan-Ku lah segala urusan waktu. Aku yang membolak-balikkan malam dan siang”. (HR. Bukhari dan Muslim) 

 

Berdasarkan hadits ini manusia diperintahkan untuk tidak mencaci, menghina, dan mencela waktu karena sebab Allah sang pencipta, pengatur, dan penguasa waktu. Hendaklah beriman kepada qadha dan qadar-Nya, baik ataupun buruk, manis ataupun pahit, dan senang maupun dukanya.

 

Demikian penjelasan mengenai Rebo Wekasan yang merujuk pada hari Rabu di minggu terakhir bulan Safat. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam 

 

Pewarta: Agung Gumelar


Keislaman Terbaru