• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Hikmah

Tahun Baru Islam: Perbaiki Niat dan Orientasi Hidup

Tahun Baru Islam: Perbaiki Niat dan Orientasi Hidup
Tahun Baru Islam: Perbaiki Niat dan Orientasi Hidup (Ilustrasi: freepik)
Tahun Baru Islam: Perbaiki Niat dan Orientasi Hidup (Ilustrasi: freepik)

Semua benda langit beredar pada orbitnya, adanya pergantian siang dan malam adalah bukti bahwa peradaban akan terus berubah. 


وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ


“Peredaran benda langit, terutama bumi, bulan, dan matahari ini digunakan oleh manusia sebagai penanda waktu, penanda hari, penanda bulan, dan penanda tahun.”


Pergerakan dan perubahan waktu memberikan pengajaran bagi manusia agar senantiasa beradaptasi dengan perkembangan zaman, dan memperbaiki kualitas hidup. Pergantian tahun hijriyah atau islam oleh sebagian kalangan dijadikan momentum untuk tajdîdun niyat, memperbaharui niat hidup, memperbaiki diri, lalu membuat perencanaan-perencanaan, berharap tahun ini lebih baik dari tahun kemarin dan berusaha semua target itu bisa tercapai.


Tidak ada salahnya membuat perencanaan-perencanaan duniawi, agar hidup lebih terarah, dan mempunyai kefokusan cita-cita apa yang akan digapai. Namun terkait hal itu dalam agama islam telah diingatkan agar mengarahkan semua aktivitas hidup kita untuk kepentingan ukhrawi. Maka segala aktivitas dunia kita niatkanlah dengan ibadah, orientasikan segala kegiatan semata ikhlas karena Allah Swt


Para ulama sebagaimana dalam kitab Ta’limul Muta’allim yang diajarkan kepada santri di pesantren mengingatkan


كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الدّنْياَ وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِيَّة مِن أَعْمَالِ الآخِرَة، كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَة أعْمالِ الأخرة ثُمَّ يَصِيْر مِن أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِيَّة

 

“Banyak sekali amal duniawi kita yang seakan-akan merupakan amal dunia semata, seperti makan dan minum, bekerja dan beraktivitas sehari hari yang seakan-akan merupakan amalan duniawi namun menjadi amalan ukhrawi dengan niat yang baik, niat melakukan sesuatu perbuatan karena Allah.”


Sebaliknya, banyak sekali amalan kita yang seakan-akan amalan akhirat, namun dengan niat yang tidak tepat, semua itu menjadi amalan duniawi belaka. Shalat kita, zakat kita, wakaf kita untuk pembangunan masjid dan pesantren, haji kita, santunan kita terhadap fakir miskin dan anak yatim yang seakan-akan merupakan amalan akhirat bisa jadi merupakan amalan duniawi semata, hanya gara-gara kita salah dalam menata niat kita. Kita melakukan shalat, zakat, haji, santunan yatim hanya untuk orientasi duniawi, agar dipuji orang, disegani orang dihormati orang. Kita sering salah dalam menata niat ibadah kita.


Niat adalah urusan hati.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Umar bin Khattab radliyallahu ‘anh:


إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

 

“Sesungguhnya segala amalan itu tergantung kepada niatnya; dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.


Dalam kajian fiqih, niat didefinisikan dengan “menyengaja sesuatu dengan disertai perbuatannya”. Niat kita ada bersamaan dengan permulaan kegiatan kita.


Ketika melakukan shalat, sama-sama kita mengerjakan shalat empat rakaat, tapi niatlah yang membedakan antara shalat dzuhur, ashar, dan shalat isya’. Sama-sama shalat dua rakaat, niatlah yang membedakan antara shalat subuh dengan shalat sunnah tahiyatul masjid, dan seterusnya.


Niat inilah juga yang akan mengubah aktivitas duniawi kita menjadi aktivitas akhirat. Makan kita, minum kita, jalan kita, kerja kita, semua aktivitas kita yang berupa aktivitas duniawi akan menjadi aktivitas akhirat apabila kita niatkan semuanya dalam rangka untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Keberangkatan kita ke kantor atau ke pasar, ke tempat kerja masing-masing akan bernilai ibadah apabila kita niatkan untuk mencari nafkah guna menghidupi keluarga dalam rangka menjalankan perintah Allah subhanahu wata’ala.


Refleksi Hidup
Kalaupun kita ingin melakukan refleksi atas semua yang sudah kita lakukan maka sebenarnya refleksi yang tepat kita lakukan, bukan setiap tahun, tapi setiap hari sebelum tidur. Setelah kita mengambil air wudlu, kita melakukan shalat isya’, kita jauhkan hanphone dari tempat tidur kita, lalu kita berdoa sembari kita merefleksikan apa yang selama sehari ini sudah kita perbuat. Sebelum tidur, kita meminta ampun kepada Allah atas semua kesalahan yang kita perbuat dan berkomitmen untuk memperbaiki diri di esok hari.


Keesokan harinya, setelah kita bangun tidur, sebelum kita memegang hanphone, kita berdoa, mengambil air wudhu, shalat shubuh, kemudian berzikir seraya berdoa, dan menata niat kita. Kita berangkat kerja dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim. Kita mulai aktivitas kerja kita dengan niat mencari nafkah, guna memenuhi perintah Allah, guna ibadah kepada Allah. Semua aktivitas kita di tempat kerja, di lembaga pendidikan, di rumah tangga atau dimanapun, kita niatkan semuanya untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.


Inilah hakikat tajdînun niyat. Dengan menata niat, kita juga akan tertuntun untuk senantiasa takwa kepada Allah. Kita tidak akan terjerumus dalam tindakan-tindakan curang, menipu, atau tindakan lain yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.


Dengan menata niat, semua aktivitas kita akan dibimbing oleh Allah; akan sesuai dengan apa yang dikehendaki olehnya.
 

Sumber: NU Online


Hikmah Terbaru