Ritual Keagamaan itu Untuk Apa?

Ada teman bertanya tentang kecenderungan keberagamaan masyarakat dan para juru dakwah belakangan ini. Apa ya?

Aku bilang: aku melihat via medsos, dewasa ini kecenderungan publik kaum beragama  kini lebih banyak pada bidang ibadah personal atau ibadah "mahdhah" (Murni) seperti shalat, zikir, puasa, semaan Al-Qur'an, Shalawat dan aksi-aksi spiritualitas formal lainnya. 

Keahlian para agamawan juga tinggal bidang itu atau lebih banyak di bidang itu. Mereka bicara berbagai masalah ibadah itu berikut dalil-dalil nya. Masyarakat diarahkan ke aktifitas menuju langit. Bidang ibadah sosial dan kemanusiaan tak nampak diminati, tak ramai, apalagi berkembang. 

Acara atau upacara keagamaan dan pengajian/ceramah agama atau tabligh akbar diselenggarakan di mana-mana dan dihadiri oleh banyak sekali orang, bahkan ribuan. Tiap hari di bandara Soeta penuh jamaah umroh. Pesantren Tahfiz (menghapal) Al-Qur'an, bukan memahami maknanya, berdiri di banyak daerah dan laris. 

Haul ulama dibanjiri umat dari berbagai daerah. Ziarah kubur wali sanga dan para ulama besar diikuti puluhan bus. 

Teman itu bertanya lagi : Apakah aktivitas-aktivitas keagamaan yang ramai tersebut membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia?. Apakah semua kegiatan ritual itu bisa mengubah prilaku masyarakat, terutama para pejabat pemerintahan dan pengambil kebijakan negara sehingga menjadi baik dan lebih baik, terutama dari aspek moral?. Tegasnya kegiatan ibadah ritual dan spiritual keagamaan itu untuk apa?. 

Aku tidak mudah menawarkan jawaban atasnya. Perlu penelitian.

KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU