• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Potensi Besar Perempuan: Mengenang Masa Lalu yang Indah

Potensi Besar Perempuan: Mengenang Masa Lalu yang Indah
Ilustrasi: NUO.
Ilustrasi: NUO.

Kehidupan hari ini belum cukup kuat mendorong kita untuk melihat dengan jujur bahwa perempuan sejatinya memiliki potensi-potensi besar dan dahsyat sebagaimana potensi yang dimiliki laki-laki. 


Kaum perempuan dalam konteks seperti ini seakan-akan tidak diciptakan kecuali untuk melahirkan dan menyusui anak-anaknya. Otak mereka dianggap lebih rendah daripada otak laki-laki. Keyakinan seperti ini bukan hanya keliru besar, melainkan juga telah melenyapkan potensi besar yang berguna bagi tugas-tugas besar kemanusiaan. Dalam banyak kenyataan sosial hari ini semakin banyak perempuan yang memiliki keunggulan dari laki-laki, baik dari aspek Intel ektual/ilmu pengetahuan, ekonomi, politik dan sebagainya.


Aku masih ingat sekali, dulu Desember 2017, selama tiga hari, 01-03, aku menyaksikan "Musabaqoh Qiraatil Kutub" (MQK), atau Lomba baca kitab kuning Nasional, sekaligus menjadi juri/dewan hakim. MQK diselenggarakan di Pondok Pesantren Raudhatul Thalibin, Balekamba, Jepara, Jawa Tengah. Sebuah pesantren besar seluas 30 hektar dan terletak di perkampungan nun jauh dari pusat kota.


MQK di ikuti oleh ratusan peserta laki-laki dan perempuan dari seluruh daerah di Indonesia. Usia mereka paling tinggi 18 tahun. 


Selama mengikuti acara ini, aku terkagum-kagum. Betapa para santri itu begitu piawai membaca kitab kuning berbahasa Arab "gundul' (tanpa tanda baca). Mereka membaca dengan fasih dan benar secara gramatikal (nahwu-sharaf) serta mampu menjelaskan kandungan yang dibaca. 
Aku melihat wajah dan ekspresi mereka begitu tegar dan mampu berdebat dengan para juri, yang selain aku adalah para kiyai dan bergelar Doktor.


Nah, pada akhir musabaqah, kami para hakim sepakat memilih seorang perempuan sebagai juara pertama. Dan dia adalah santri hafizah (hafal Al Qur'an) putri seorang ibu nyai yang juga hafizah dari pesantren Al-Baqarah, Lirboyo Kediri. Dia mengalahkan peserta laki-laki. Subhanallah. 


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru