Kerakusan Pemimpin Jadi Sumber Kehancuran Bangsa
Kamis, 7 September 2023 | 11:00 WIB
M. Rizqy Fauzi
Penulis
Al-Qur'an begitu banyak mengungkapkan sejarah manusia sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Sebagian kisah para nabi itu dikemukakan berulang-ulang. Dan yang menarik, dalam banyak ayat, sering kali Tuhan mengakhirinya dengan kalimat: "apakah kamu tidak berpikir, tidak merenungkan, tidak memperhatikan atau tidak mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu?"
Tampak dengan jelas bahwa betapa Tuhan ingin mengajarkan kepada manusia tentang pentingnya berpikir, memikirkan dan merenungkan sejarah kehidupan manusia, lalu mengambilnya sebagai pelajaran yang berharga.
Baca Juga
Pemimpin Teladan
Sejarah dengan begitu menjadi salah satu basis dan sumber pengetahuan manusia yang sangat penting. Sejarah adalah panggung paling representatif untuk memperlihatkan bagaimana manusia mengaktualisasikan dan mengekspresikan dirinya. Dan sejarah manusia selalu menampilkan wajah-wajah manusia yang paradoks: baik dan buruk, baik dan jahat. Ada yang saleh, ada yang jahat dan adalah yang ambivalen, ambigu dan munafik.
Satu dari sekian sejarah manusia yang ditampilkan al-Qur'an adalah kehancuran bangsa-bangsa, karena membiarkan para penguasa hidup mewah, mengkorupsi uang rakyat dan menindas rakyat. Al-Qur'an menyatakan:
واذا أردنا أن نهلك قرية امرنا مترفيها ففسقوا فيها فحق عليها القول فدمرنها تدميرا (١٦)
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan (melanggar hukum) di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlaku terhadapnya keputusan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan (hancurkan) (negeri itu)." (QS. al-Israa' [17]: 16)
Pernyataan al-Qur'an tersebut seharusnya menjadi pelajaran bagi kita hari ini bahwa kita memang harus mengangkat pemimpin yang jujur dan adil agar selamat dari kehancuran dan tidak boleh memilih pemimpin yang zhalim. Ibnu Rusyd mengatakan,
ان الحاكم الظالم هو الذى يحكم الشعب من اجل نفسه لا من اجل الشعب
Anna al-hakim azh-zhalim huwa alladzi yahkum ays-sya'ab min ajli nafsihi la min ajli asy-sya'ab
(Pemimpin yang zhalim adalah orang yang memimpin bangsanya dalam rangka mencari keuntungan dan kesenangan bagi dirinya sendiri dan bukan demi kepentingan bangsanya).
Baca Juga
Laknat Malaikat
Tulisan ini sudah dimuat dalam buku ku : "Spiritualitas Kemanusiaan, Perspektif Islam Pesantren".
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Resmi Dilantik, Lasqi Majalengka Siap Gairahkan Seni Qasidah dari Desa hingga Nasional
2
Hasil Drawing Piala AFF U-23 2025, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Malaysia
3
Sebanyak 73 Peserta Berkumpul di Gedung SMP Ma'arif NU Nurul Hikmah Ikuti Makesta II IPNU-IPPNU Cipaku
4
Khutbah Idul Adha Basa Sunda: Kurban Janten Wujud Kapatuhan sarta Tarekah Keur Ngadeketkeun Diri ka Alloh
5
Seluruh Jamaah Indonesia Telah Tiba di Tanah Suci, Masuki Masa Persiapan Jelang Puncak Haji
6
Gelaran Khatmil Qur'an Jadi Cara SMP Fauzaniyyah Garut Warnai Syukuran Kelulusan Santri dan Siswa
Terkini
Lihat Semua