• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

Kemuliaan Bulan Rajab (4): Perjalanan Isra Mi'raj

Kemuliaan Bulan Rajab (4): Perjalanan Isra Mi'raj
(Ilustrasi: NUO).
(Ilustrasi: NUO).

Pelaku utama Isra-Mi'raj adalah Rasuulullaah saw sebagai terundang, didampingi Jibril sebagai penasihat, dan Buraq sebagai kendaraan. Adapun tempat-tempat bersejarah dalam peristiwa tersebut adalah Masjidil Haram (Mekah), Masjidil Aqsha (Palestina), dan Sidratulmuntaha (alam ghaib), alam akhirat. Mengapa demikian? Sebab sepanjang perjalanan Rasul diperlihatkan pada neraka, gambaran umatnya di kehidupan akhirat, di sana ada jannatul ma'waa, dan sebagainya, sedangkan di alam dunia tidak ada yang disebutkan tadi.

 

Yang perlu diperhatikan antara lain:
 

  • Masjid adalah tempat suci, tempat manusia sepenuhnya menghambakan diri kepada Sang Rabb.
  • Rasul adalah orang suci karena Rasul orang ma'shum, terjaga dari dosa.
  • Jibril adalah makhluk suci pula, beliau digelari Ruuhul Qudus, dan malaikat terjaga dari maksiat.
  • Buraq adalah hewan suci bukan hewan najis, dan digambarkan dengan warna putih.
  • Sidratulmuntaha pun demikian tempat suci, tempat Allaah 'tajallaa' memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya kepada hamba yang paling disayangi-Nya. Begitu juga shalat fardlu adalah amalan harian umat Islam menuju kesucian diri, yang di dalamnya ada permohonan ampunan, taubat dan do'a, pujian dan sanjungan terhadap pemilik alam raya. Sementara sorga (rahmat Allaah terbesar) adalah tempat yang paling suci, dan terlarang bagi orang yang masih membawa kotoran.


Maka untuk mendapatkan sorga kelak (rahmat Allaah yang paling besar), manusia harus memiliki jiwa yang bersih, tempat yang bersih dari kotoran; baik najis maupun barang haram, kendaraan yang bersih (Islam); aqidah, syari'ah, dan hakikat (tashawwuf). Sejumlah perbekalan harus bersih pula dari sitat-sifat 'ujub, riya, takabbur, dan sum'ah (suka pamer kebaikan), dalam pengertian lain semua amal baik yang dibawa harus didasari dengan niat ikhlas, lillaahi ta'alaa, (semata-mata hanya karena Allah).


Seperti halnya Ibadah haji, selain menunaikan fardlu bagi yang mampu (istitha'ah), juga sebagai sarana menyucikan diri untuk menuju kebahagiaan di tempat yang suci, karena ibadah haji dijanjikan oleh Allaah sebagaimana sabda Rasul:


الحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ


"Haji mabrur tiada lagi pembalasan baginya kecuali surga".


Karena surga tempat suci, maka haji harus bersih dari segala dosa, kotoran yang masih nempel di dalam jiwa. Makanya jika seseorang sedang melaksanakan ibadah haji, kemudian, tekad, kata, atau perbuatan ada yang menyimpang dari ketentuan syara, Allaah langsung memberikan teguran dengan kejadian yang tak terduga.


Begitu juga nabi Adam as, dalam skenario Allah, karena mau mempersiapkan Adam sebagai Khalifah fil ardi, maka nabi Adam harus berurusan dengan Allaah karena melanggar aturan, memakan buah Khuldi, sementara di surga tidak ada tempat pembuangan sampah atau kotoran, terpaksa nabi Adam harus terusir dari sorga.


Selain niat, jiwa raga, perbekalan, dan kendaraan yang suci, maka dibutuhkan pula sosok pembimbing, guru sebagai penasihat yang suci pula. Karena itu kita harus dekat dengan guru-guru, ulama yang shalih, beserta teman bergaul yang shalih yang mau dan mampu membimbing kita ke jalan yang suci, jalan yang benar.


KH Awan, salah seorang A'wan PWNU Jawa Barat.


Hikmah Terbaru