• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Hikmah

Keistimewaan Nabi Muhammad SAW dan Umatnya

Keistimewaan Nabi Muhammad SAW dan Umatnya
Keistimewaan Nabi Muhammad SAW dan Umatnya
Keistimewaan Nabi Muhammad SAW dan Umatnya

Bandung, NU Online Jabar
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk lain yang Allah Swt ciptakan. Dan sebaik-baiknya umat adalah umat Nabi Muahmmad Saw sebagaimana kita tahu bahwa umat Muhammad adalah umat yang paling baik. Allah ta’ala berfirman:

 كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ (آل عِمْرَان: ١١٠) 

 

Artinya: “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, karena kalian menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran serta beriman kepada Allah” (QS Ali ‘Imran: 110) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 أَنْتُمْ مُتِمُّوْنَ سَبْعِيْنَ أُمَّةً أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللهِ (رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْمُعْجَمِ الْكَبِيْرِ) 

 

Artinya: “Kalian menjadi penyempurna tujuh puluh umat, kalian adalah umat terbaik dan termulia menurut Allah” (HR ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir).

 

Di antara kekhususan dan keistimewaan yang dianugerahkan kepada umat Muhammad adalah bahwa Allah menjadikan syariat Nabi Muhammad sebagai syariat yang paling ringan dan mudah.

 

Sebagai contoh, shalat dari umat-umat terdahulu haruslah dilakukan di tempat tertentu yang khusus diperuntukkan shalat walaupun tempat itu jauh dari rumah penduduk. Hal ini tentu sangat memberatkan dan menimbulkan kesulitan yang luar biasa bagi mereka. Akan tetapi penting untuk ditegaskan bahwa Allah tidak akan mewajibkan sesuatu yang tidak mampu mereka lakukan. 

 

Berbeda dengan syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap tempat di mana pun kita berada di muka bumi ini asalkan tempat itu suci, dapat kita lakukan shalat di atasnya. 


Pada syariat nabi-nabi terdahulu, seseorang yang ingin berwudhu lalu tidak menemukan air, maka shalatnya ditunda sampai ada air. Tidak ada syariat tayammum sebagai ganti dari wudhu seperti dalam syariat Nabi Muhammad.  

 

Pada sebagian syariat terdahulu, jika seseorang melakukan maksiat di malam hari, maka maksiat yang ia lakukan itu tertulis di pintu rumahnya pada siang harinya. Berbeda dengan kita sebagai umat Nabi Muhammad. Siapa pun di antara kita yang berbuat maksiat, maka tidak akan ada tanda khusus pada dirinya atau rumahnya setelah kita berbuat maksiat.

 

Sebagian umat terdahulu, kadar zakat mal yang wajib mereka bayar adalah 25 % dari harta yang mereka miliki. Sedangkan dalam syariat Nabi Muhammad, kadar zakat yang diwajibkan kepada kita dari emas dan perak hanyalah 2,5 %.  

 

Puasa dalam syariat kita, waktunya dimulai dari terbitnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari. Ini sangat ringan dibanding syariat puasa pada sebagian umat terdahulu yang berlangsung selama sehari semalam penuh tanpa makan dan minum. 

 

Sedangkan mengenai shalat, kita hanya diwajibkan melakukan lima waktu dalam sehari semalam namun masing-masing berpahala sepuluh. Pahala yang kita dapatkan dari lima shalat itu adalah lima puluh. Subhanallah! Allah tidak hanya menurunkan syariat yang ringan dan mudah kepada umat ini. Lebih dari itu Allah juga mengaruniakan pahala yang berlimpah kepada kita, umat Muhammad. 


Adapun wudhu, bukanlah kekhususan dari umat ini. Pada umat-umat terdahulu juga ada syariat wudhu. Akan tetapi ghurrah dan tahjil tidaklah Allah anugerahkan kecuali kepada umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa itu ghurrah dan tahjil? Ghurrah dan tahjil adalah tanda khusus bagi umat Nabi Muhammad pada hari kiamat kelak pada wajah, tangan dan kaki mereka, yaitu cahaya pada bagian-bagian tersebut dikarenakan mereka melebihkan basuhan wudhu pada bagian seputar wajah, bagian di atas siku-siku tangan dan bagian di atas mata kaki. Tanda itulah yang menjadikan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenali umatnya pada hari kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


إِنَّ أُمَّتِيْ يَأْتُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوْءِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ) 

 

Artinya: “Sesungguhnya umatku datang pada hari kiamat dalam keadaan putih bercahaya disebabkan bekas wudhu” (HR al-Bukhari dan Muslim). 

 

Di antara kekhususan Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau-lah orang yang pertama kali mengetuk pintu surga. Lalu malaikat penjaga pintu surga bertanya: Siapa?. Beliau menjawab: Muhammad. Kemudian malaikat mengatakan:

 

 بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ) 

 

“Khusus untukmu, aku diperintahkan untuk tidak membuka pintu ini kepada siapa pun sebelum engkau” (HR Muslim) 

 

Di antara kekhususan umat Muhammad adalah apa yang disabdakan oleh Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:


نَحْنُ الْآخِرُوْنَ السَّابِقُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ) 

 

Artinya: “Kita adalah umat yang terakhir, akan tetapi kitalah golongan yang pertama kali masuk ke dalam surga pada hari kiamat” (HR al-Bukhari).


Editor: Abdul Manap
Sumber: NU Online


Hikmah Terbaru