• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Jodoh Perspektif Al-Qur’an

Jodoh Perspektif Al-Qur’an
Jodoh Perspektif Al-Qur’an (foto: freepik)
Jodoh Perspektif Al-Qur’an (foto: freepik)


Menikah adalah impian dan ibadah yang sangat di nanti-nantikan. Menikah dengan pasangan yang diinginkan adalah hal yang sangat didambakan. Menikah adalah ibadah sunnah yang pahalanya seumur hidup. Jerih payah, susah senang hidup dalam berumah tangga Allah ganjar dengan pahala yang besar. 


Dalam memilih pasangan hidup untuk dinikahi tidak hanya di pandang cantik atau tampan, soleh maupun solehah, berbudi baik dan bertutur kata sopan, namun lebih dari itu, syariat telah memberi tuntunan, salah satunya melalui hadis riwayat Bukhari disebutkan bahwa kriteria pasangan ideal adalah hartawan, rupawan, keturunan mulia, dan kuat agamanya.


Di penghujung hadis itu disarankan ketika seseorang kesulitan mencari pasangan yang memiliki keempat kriteria tersebut, maka setidaknya ia memiliki kriteria yang terakhir (kuat agamanya). Niscaya ia akan beruntung. Ini tentu berlaku untuk umum, karena siapa pun pasti ingin beruntung dan mendambakan pasangan ideal.


Kendati sudah dibekali dengan empat kriteria di atas, tapi pada praktiknya seseorang kerap merasa bingung dan kesulitan menjatuhkan pilihan. Terlebih jika dihadapkan pada beberapa sosok pilihan. Namun dalam hal ini, Al-Qur’an telah memberi isyarat, siapa jodoh atau pasangan hidup seseorang. Dengan isyarat itu, seseorang akan sedikit terbantu dalam menentukan pilihannya. Beberapa isyarat yang dimaksud yaitu sebagai berikut:


Memiliki Kesamaan dan Kesepadanan
Pada dasarnya, seseorang cenderung kepada orang yang memiliki sifat dan keadaan yang sama dengannya. Demikian halnya dalam hal pasangan. Ini telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an


“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang  baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula),” (QS an-Nur [24]:26).


Kesamaan status dan kesucian dalam ayat di atas, juga merupakan isyarat terhadap aspek kesamaan lainnya, seperti kesamaan tabiat, sifat, profesi, hobi, turunan, status sosial, dan sebagainya. tak heran jika kita kerap menjumpai orang yang berjodoh dengan teman seprofesi, teman sekantor, teman satu hobi, dan lainnya.


Lebih menarik lagi, selain mengandung konsep kesamaan, sekufu, dan kesepadanan, ayat di atas juga mendorong siapa pun yang ingin mendapatkan pasangan terbaik, agar mempersiapkan diri sebagai orang yang terbaik bagi orang yang diinginkannya. Sebab, pada dasarnya Allah akan menjodohkan hamba-Nya dengan orang yang sepadan dengannya. Sebagaimana ditegaskan dalam ayat lain, “Dia menjadikan pasangan bagi kamu dari jenis (tipe) kamu sendiri,” (QS an-Nur [24]: 28)


Mendatangkan ketentraman dan kecenderungan hati
Dari satu atau beberapa kesamaan, biasanya terlahir rasa cocok, rasa suka, dan rasa tentram. Demikian pula dalam hal jodoh. Maka siapapun yang akan mencari pasangan dan menjatuhkan pilihan, maka pilihlah sosok yang mendatangkan ketentraman, kecocokan, kesenangan, pengertian, dan kasih sayang. Sebab itulah tanda-tanda yang diciptakan Allah sebagaimana dalam Al-Qur’an 


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang,” (QS ar-Rum [30]: 21).


Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahilah kepada kami isteri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS al-furqan [25]: 74)


Diterima keluarga
Pada dasarnya, pernikahan bukan saja menyatukan dua insan yang saling mencinta, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar. Karena itu, persetujuan dari masing-masing keluarga tak boleh diabaikan. Sehingga, siapa pun yang akan melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, maka bicarakanlah terlebih dahulu dengan keluarga terutama dengan kedua orang tua, termasuk dengan anak-anak jika yang menikah berstatus duda atau janda dan telah mempunyai anak yang cukup dewasa. Salah satu tujuannya untuk menghindari permasalahan di kemudian hari. Namun demikian, pilihan dan pertimbangan terkahir kembali kepada orang yang bersangkutan. Sebab, masukan yang terlalu banyak seringkali membuat seseorang bingung dan kesulitan untuk melangkah.


Sesungguhnya, penerimaan dari keluarga dalam memilih pasangan sudah diisyaratkan dalam Al-Qur’an, “Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapati izin. Dan dikatakan kepadamu, ‘Kembali (saja)lah,’ maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS asy-Syura [42]: 11)


Dilapangkan pintu rezeki
Isyarat berikutnya tentang jodoh seseorang adalah kelapangan rezeki. Ingatlah, ketika Allah menjodohkan hamba-Nya, maka Dia akan melapangkan rezekinya, “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri dari isteri-istri kamu itu, anak-anak, dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik,” (QS-an-Nahl [16]: 72). Karenanya, tidak heran jika kita mendapati rezeki orang yang melajang berbeda dengan rezeki orang yang sudah menikah. Begitu pun rezeki orang yang belum mempunyai anak berbeda dengan rezeki orang yang sudah mempunyai anak.


Bahkan, Allah telah berjanji akan memampukan dan memudahkan seseorang yang sudah menemukan jodohnya dan bermaksud menjaga kehormatan dirinya. Adapun caranya tentu terserah Allah swt. simaklah satu ayat ini, “Dan nikhakanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya,” QS an-Nur [24]: 33). Dengan kata lain, jika pilihan yang ada di hadapan seseorang adalah jodohnya, maka Allah akan memampukannya untuk menikah dengan pilihannya itu.


Editor: Abdul Manap
Sumber: NU Online
 


Hikmah Terbaru