• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 6 Mei 2024

Garut

Mustasyar PCNU Garut Ceritakan Kisah Orang yang Masuk Surga karena Berpuasa Lillahita'ala

Mustasyar PCNU Garut Ceritakan Kisah Orang yang Masuk Surga karena Berpuasa Lillahita'ala
Mustasyar PCNU Garut KH Aceng Aam Umar 'Alam. (Foto: NU Online Jabar/Muhammad Salim)
Mustasyar PCNU Garut KH Aceng Aam Umar 'Alam. (Foto: NU Online Jabar/Muhammad Salim)

Garut, NU Online Jabar
Setiap Muslim yang beriman pastinya berharap agar kelak di akhirat bisa masuk surga. Namun, untuk menjadi calon penghuni surga, tantangan yang didapatkan begitu sulit.


Mustasyar PCNU Garut KH Aceng Aam Umar 'Alam menceritakan kisah orang  masuk surga karena sebab berpuasa diiringi dengan niat lillahita'ala. Kisah tersebut disampaikan saat mengisi tausiah sekaligus istighotsah dalam kegiatan pengajian bulanan sekaligus menyambut bulan suci Ramadhan. 


Aceng Aam sapaan akrabnya, menceritakan di akhirat kelak ada orang yang masuk surga tanpa melewati hisaban (perhitungan amal) dan jembatan sirathal mustaqim, sehingga membuat heran malaikat Ridwan yang menjaga pintu surga.


"...Apakah tadi kamu melewati hisaban?" tanya malaikat Ridwan. 


"Tidak!" Jawab ahli surga.


Malaikat kembali menanyakan.


"Apakah tadi kamu melewati (jembatan) sirathal mustaqim?" tanya kembali.


"Tidak!" jawabnya kembali.


"Terus amalan apa yang membuatmu sampai ke sini?" malaikat Ridwan kembali bertanya.


"Saya bisa sampai ke sini karena berpuasa di bulan Ramadhan." jawab ahli surga tersebut.


Dari percakapan tersebut, Aceng Aam sampaikan bahwa amal ibadah puasa sangat besar. Namun, tidak ditentukan bentuk dan jumlahnya karena hanya Allah Swt yang mengetahuinya, dan hanya Allah yang akan memberikan pahala orang yang berpuasa karena-Nya. 


Hal yang membatalkan pahala puasa

Selain itu, Aceng Aam pun menjelaskan lima hal yang membatalkan pahala puasa. Ia pun mengharapkan agar jamaah pengajian bisa menghindari hal tersebut agar puasa yang dilaksanakan bisa sesuai dengan harapan.


"Ada lima hal yang bisa membatalkan (pahala.red) puasa," ujar Aceng Aam yang juga merupakan sesepuh Pondok Pesantren Fauzan, Sukaresmi, Garut.


Adapun lima hal yang membatalkan pahala tersebut menurutnya yaitu yang pertama berbohong. Kedua yaitu mengumpat atau ghibah. Ia analogikan bahwa jika membicarakan kejelekan orang lain tanpa sepengatahuan orang yang dijelekkan sudah tidak boleh, apalagi dihadapannya langsung.


"Ibarat sedang shalat kemudian kentut, kalau membicarakan kejelekan orang dihadapannya langsung sama dengan sedang shalat kababaian," ungkapnya.


Kemudian yang ketiga yaitu namimah atau menyampaikan kejelekan orang lain dari orang yang membicarakan kejelekan orang tersebut. Selanjutnya yang kelima menurut Aceng Aam yaitu melihat lawan jenis dengan diiringi syahwat. 


Namun demikian, kondisi seperti sekarang sangat sulit dihindari, maka akan menjadi pahala jika diiringi dengan istighfar saat melihat lawan jenis tersebut sambil menghindari penglihatan kepada lawan jenis tersebut. 


Terakhir yang kelima yaitu menjadi saksi palsu atau menyatakan sumpah palsu. Seperti halnya membenarkan pernyataan seseorang yang sejatinya tidak sesuai dengan kenyataan yaitu mengumpat atau ghibah. 


Ia analogikan bahwa jika membicarakan kejelekan orang lain tanpa sepengatahuan orang yang dijelekkan sudah tidak boleh, apalagi dihadapannya langsung.


"Ibarat sedang shalat kemudian kentut, kalau membicarakan kejelekan orang dihadapannya langsung sama dengan sedang shalat kababaian," ungkapnya.


Kemudian yang ketiga yaitu namimah atau menyampaikan kejelekan orang lain dari orang yang membicarakan kejelekan orang tersebut. Selanjutnya yang kelima menurut Aceng Aam yaitu melihat lawan jenis dengan diiringi syahwat. 


Namun demikian, kondisi seperti sekarang sangat sulit dihindari, maka akan menjadi pahala jika diiringi dengan istighfar saat melihat lawan jenis tersebut sambil menghindari penglihatan kepada lawan jenis tersebut. 


Terakhir yang kelima yaitu menjadi saksi palsu atau menyatakan sumpah palsu. Seperti halnya membenarkan pernyataan seseorang yang sejatinya tidak sesuai dengan kenyataan.


Pewarta: Muhammad Salim


Garut Terbaru