• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 18 April 2024

Garut

Habib Umar Assegaf: Jika Negara Aman, Ibadah pun Akan Nyaman

Habib Umar Assegaf: Jika Negara Aman, Ibadah pun Akan Nyaman
Habib Umar Assegaf: Jika Negara Aman, Ibadah Pun Akan Nyaman
Habib Umar Assegaf: Jika Negara Aman, Ibadah Pun Akan Nyaman

Garut, NU Online Jabar
Salah satu faktor mudahnya masyarakat dalam menjalankan aktivitas keagamaannya terletak pada kondisi keamanan sebuah negara. Jika negara aman, maka ibadah yang dilakukan oleh setiap warga negara akan nyaman. Begitu pula sebaliknya, jika negara tidak aman, kesempatan warga negara untuk melaksanakan aktivitas keagamaan akan sulit terlaksana. 


Beruntung, Indonesia termasuk kategori negara yang aman. Beragam aktivitas keagamaan yang dilakukan oleh semua penganut agama di Indonesia dapat terlaksana dengan baik. Sehingga dengan demikian, kondusifitas sebuah negara menjadi modal penting bagi warga negara dalam melaksanakan kegiatan keagamaannya.


Hal di atas sebagaimana diutarakan Habib Umar Assegaf. Menurutnya, karena faktor keamananlah Indonesia menjadi role model bagi negara-negara di dunia dalam hal pelaksanaan kegiatan keagamaan.


“Kita wajib bersyukur menjadi warga negara Indonesia. Di sini, pemerintah dan ulama duduk bersama menyukseskan kegiatan-kegiatan keagamaan. Itu terbukti dengan keberadaan ponpes-ponpes yang masih eksis. Para ulama pun selalu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan pemerintah. Rasanya, belum sempurna jika dalam setiap kegiatan tidak melibatkan para ulama,” kata Habib saat mengisi tausiah pada Perayaan Maulid Nabi SAW, Haul Para Masyayikh, Reuni Akbar Alumni Ponpes Al-Huda, dan Hari Santri Nasional di Ponpes Al-Huda Tarogong-Garut, pada Ahad (23/10) lalu.


Ia mencontohkan kondisi keamanan negara di Timur Tengah yang tidak sebanding dengan harapan. Menurutnya, negara-negara Islam seperti Yaman, Afganistan, Suriah, Sudan, Somalia, Mesir, dan yang lainnya saat ini pernah dan masih dilanda krisis keamanan. Sesama warga negara, meskipun satu bahasa, satu agama, satu ras dan etnik, namun mereka saling memusuhi, membantai, dan saling memerangi. Salah satu contoh nyatanya adalah bagaimana ketika salah seorang ulama di Timur Tengah (Suriah) yakni Syekh Said Ramadhan al-Buthi yang wafat di bom ketika sedang melaksanakan kajian agama.


Habib yang juga merupakan anggota Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga mengatakan bahwa faktor sulit terciptanya keamanan di negara-negara Timur Tengah disebabkan karena telah terjadi kesalahan dalam memahami dan menafsirkan agama. Dengan begitu, pemahaman ideologi, doktrin, mind set, serta pemikiran yang keliru dalam menafsirkan teks agama akan  mudah menghancurkan tatanan kehidupan negara dan agama.


Habib mengungkapkan bahwa negara aman menjadi dambaan bagi setiap warga negara. Ia mengutip QS at-Thin ayat 1-3 


وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِۙ وَطُوْرِ سِيْنِيْنَۙ وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ


Artinya: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Dan demi gunung Sinai. Dan demi negeri (Makah) yang aman ini.” (QS at-Thin [95]: 1-3).


Menurutnya, salah satu negeri yang masuk kategori al-Balad al-Amin selain Makah adalah Indonesia.


“Kita harus bangga dan bahagia menjadi orang Indonesia, karena Allah puji negara kita secara tersirat dalam Quran surat at-Thin. Perlu diketahui, Makah menjadi negeri aman karena keberadaan dua hal, yakni Baitullah (Kabah) dan Masjid Nabawi. Sementara, Indonesia secara realitas, selain tempatnya aman, juga memiliki beragam hasil alam yang melimpah,” ungkapnya.


Menyoal negeri yang aman, lanjut Habib, Indonesia memiliki organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama. Menurutnya, NU merupakan organisasi yang tidak hanya diakui oleh negara, tetapi juga dihormati oleh negara-negara di dunia.


“Saat ini banyak negara-negara di dunia yang datang ngaji ke PBNU. Mengapa sampai demikian? Karena NU merupakan ormas yang identik dengan pola dakwah bilhikmah, santun, bijaksana, tidak menyakiti, serta tidak saling mencaci maki di antara sesama pemeluk agama,” tegasnya.


Pewarta: Rudi Sirojudin Abas
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Garut Terbaru