• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 11 Mei 2024

Daerah

KH Aceng Abun: Mahalnya Ilmu Hanya Bisa Dibeli dengan Pengorbanan Ngaji

KH Aceng Abun: Mahalnya Ilmu Hanya Bisa Dibeli dengan Pengorbanan Ngaji
Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Cibalong KH Aceng Abun saat memberikan Mauidzoh Hasanah Maulid Nabi Muhammad SAW. (Foto: M Salim).
Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Cibalong KH Aceng Abun saat memberikan Mauidzoh Hasanah Maulid Nabi Muhammad SAW. (Foto: M Salim).

Garut, NU Online Jabar    
Di malam Kamis cuaca yang sedang mendung mendadak cerah setelah sebelumnya turun hujan yang begitu deras. Selain malam yang cukup cerah, rasa dingin juga menyeruak, menyelinap ke sekujur tubuh warga Nahdliyin dan santri yang ikut menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, yang diadakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Faizin Fauzan Empat di Kp. Maknupah RT 01 RW 05 Desa Sukaresmi, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut, Rabu (20/10).

Dalam pemaparannya, sesepuh Pondok Pesantren Safinatul Faizin KH Aceng Abun mengatakan bahwa ilmu itu mahal dan hanya bisa dibeli dengan pengorbanan ngaji, bukan dengan uang.

“Jadi ilmu itu sangat mahal, dan hanya bisa dibeli dengan pengorbanan ngaji, bukan dengan uang,” ujar kiai Aceng yang juga sebagai Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Cibalong.

Kiai Aceng juga mengamanatkan kepada warga semua yang hadir di acara untuk terus berusaha mencari ilmu, karena dengan ilmu kita bisa selamat. Menurutnya, sekarang lebih banyak orang yang mencari harta ketimbang ilmu, sehingga lupa bahwa mereka akan menghadapi hari akhir, terkhusus kematian yang sudah pasti akan datang kepada kita semua.

“Diakhirat kelak, manusia akan banyak dihisab karena harta yang di kumpulkannya ketimbang amal shaleh yang dilakukannya,” ungkapnya.

Kiai Aceng juga menjelaskan, kebodohan sekarang merajalela, banyak manusia yang tidak bisa ngaji tapi disebut ulama. Sedangkan ulama yang belajar dari guru-gurunya bahkan sebagian dari maqom gurunya tersebut sudah masuk pada pangkat wali, malah di kafir-kafirkan oleh mereka yang dianggap ulama.

“Terkhusus orang yang dianggap ulama dari kalangan Negara Islam Indonesia (NII) atau Islam Bai’at, selalu mengkafir-kafirkan para ajengan di daerah dan harus di syahadatin dulu oleh pimpinan mereka sehingga membuat resah masyarakat,” katanya. “Bahkan tidak sedikit, karena orang-orang bodoh tadi yang dianggap ulama karena memiliki prilaku yang tidak sopan bahkan suka culak colek kepada wanita membuat nama baik ulama dan santri hancur olehnya,” sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, kiai Aceng mengajak kita untuk terus bertobat, karena satu-satunya cara agar kita bisa selamat yaitu bertobat agar di hapus dari segala dosa. Ditambah dengan memohon kepada Allah Swt agar kita dikuatkan untuk bisa membawa iman saat mati nanti.

Diceritakan sebelumnya, KH Aceng Abun berangkat dari rumahnya dengan menggunakan kendaraan roda dua yang sudah terlihat lusuh. Bukan tanpa sebab ia menggunakan kendaraan tersebut, karena ia malu dengan sebutan orang lain terhadapnya sebagai kiayi yang mempunyai pesantren dan luhur akan ilmunya.

Kedatangan kiai Aceng di tempat acara membuat orang tidak mengenali dirinya, selain berangkat menggunakan kendaraan yang lusuh, ia juga mengenakan pakaian yang nyeleneh, sangat jarang di pakai oleh kiayi pada umumnya, yaitu menggunakan selana jeans, sendal jepit, jaket hitam dan memakai helm.

Kiai yang berusia 66 tahun tersebut selain karena malu dengan sebutannya sebagai kiyai, ia menceritakan bahwa karena tidak sempat memberi pesan kepada putranya sehingga mobil yang biasa digunakan olehnya untuk bepergian tidak ada yang mengendarai, sehingga untuk menjaga perasaan Nahdliyin Sukaresmi ia berangkat dengan kendaraan roda dua dan sampai dilokasi kegiatan pukul 21.40.

Di usianya yang cukup sepuh tersebut, tidak membuat semangatnya patah arang untuk mengabdikan dirinya dalam menjaga islam melalui ilmu yang disebarkan olehnya.

Ia pun bersyukur karena masih diberi Kesehatan untuk bisa hadir dalam kegiatan tersebut, padahal dua minggu sebelumnya ia dalam kondisi sakit. Ia menyatakan bahwa kehadirannya tersebut itung-itung syukuran terhadap nikmat sehat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Pewarta: Muhammad Salim
Editor: Abdul Manap


Daerah Terbaru