• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Daerah

Kader PMII Bisa Jadi Apapun, Tidak Mesti Politisi

Kader PMII Bisa Jadi Apapun, Tidak Mesti Politisi
Ketua Eksternal PKC PMII Jawa Barat, Budi Burhanudin saat mengisi diskusi di NU Centre Bekasi. (NU Online Jabar/Foto: Syamsul Badri Islamy)
Ketua Eksternal PKC PMII Jawa Barat, Budi Burhanudin saat mengisi diskusi di NU Centre Bekasi. (NU Online Jabar/Foto: Syamsul Badri Islamy)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Kaderisasi di tubuh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus menyentuh dua aspek, intelektual dan emosional. Hal itu disampaikan Ketua Eksternal PKC PMII Jawa Barat Budi Burhanudin dalam diskusi bertajuk “Memperkuat Nalar Gerakan” di NU Centre, Rawalumbu, Kota Bekasi, Kamis (3/12).

Budi menyoroti pola pergerakan kelompok populis di luar NU di Kota Bekasi yang relatif mudah diterima oleh sebagian masyarakat kita justru karena kesederhanaan indoktrinasinya. Mereka misalnya memberikan solusi berbagai persoalan dengan khilafah. 

“Sederhana bisa berarti doktrinasinya sampai di pikiran massa, bisa juga berarti kedangkalan. Nah, dalam konteks kaderisasi awal seperti Mapaba, enggak usahlah peserta dikasih materi banyak-banyak sampai 10-15 materi. Cukup empat, lima, materi saja, yang penting paham,” ungkapnya.

Budi mengatakan jangan sampai panitia atau narasumber menjadikan peserta kaderisasi sebagai penoton, sedangkan mereka sibuk ngomong sendiri, kadang sampai dini hari. Pasalnya perubahan selalu butuh waktu, kecil kemungkinan kader ikut kaderisasi dua-tiga hari langsung loyal.

Budi mewanti-wanti kader PMII Kota Bekasi agar memperhatikan betul kaderisasi, terutama Mapaba, yang menjadi gerbang awal apakah calon kader akan tertarik dengan PMII atau tidak. Karenanya ia juga menyarankan pengurus agar menyentuh sisi emosional kader.

“Kader jangan diajak mikir terus, harus seimbang, intelektual iya, emosional iya. Kalau diajak mikir terus nanti kabur. Makannya untuk materi-materi lainnya yang biasa disampaikan di Mapaba dijadikan rencana tindak lanjut saja, buat kajian setiap pekan,” tegasnya.

Sesi tanya jawab dibuka. Salah satu pertanyaan menarik dari mahasiswa Jurusan Olahraga Unisma yang menyoal apakah kader PMII mesti cakap beretorika dan kritis. Sebab si penanya lebih cakap berolahraga ketimbang berolah lisan. Dengan tegas Budi menjawab tidak.

“Itu perspektif yang salah. Tidak semua kader PMII harus jadi kiai, politisi, atau aktivis. Silakan sahabat-sahabat menjadi apa pun berdasarkan latarbelakang keilmuan. Misalnya ada kader PMII jurusan pendidikan olahraga, bagus ‘kan kalau 10 tahun ke depan ada kader PMII yang jadi atlet nasional,” tukasnya.

Pewarta: Syamsul Badri Islamy
Editor: Muhyiddin


Editor:

Daerah Terbaru