• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Daerah

Di Sini Tawasul Dikaji Secara Ilmiah dan Dialektis

Di Sini Tawasul Dikaji Secara Ilmiah dan Dialektis
KH Mulyadi Efensi di depan Kajian Forum Silaturahmi Shalat Subuh Gabungan (NU Online Jabar/Foto: Syamsul Badri Islamy)
KH Mulyadi Efensi di depan Kajian Forum Silaturahmi Shalat Subuh Gabungan (NU Online Jabar/Foto: Syamsul Badri Islamy)

Kota Bekasi, NU Online Jabar
Para ustadz itu duduk melingkar di masjid Pondok Pesantren Fathimiyah, Jatisampurna, Kota Bekasi, dengan kitab di tangan kanan dan kopi di tangan kiri. Pengajian malam itu berlangsung dialektis, antara pengajar sekaligus fasilitator KH Mulyadi Efendi dan para ustadz lainnya.

Mereka mengkaji kitab Mafahim Yajib ‘an Tusahhah karya Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Maliki. Kajian yang diinisiasi Forum Silaturahmi Shalat Subuh Gabungan (FS3G) itu berlangsung sebulan sekali dan diikuti tokoh agama lintas organisasi dan latar belakang keilmuan dari tiga kecamatan.

Beberapa topik yang diangkat dalam kajian semalam, Senin (30/11), adalah apakah boleh bertawasul kepada Nabi Muhammad setelah beliau wafat dan apakah boleh bertawasul kepada selain Nabi Muhammad, dengan pendekatan hadits-hadits di Mafahim Yajib ‘an Tusahhah sebagai sumber utama.

“Namun silakan para ustadz yang memiliki data dari sumber yang lain, sebutkan kitabnya, difoto lalu dibagi ke grup, agar bisa manjadi bahan kajian kita,” ujar KH. Mulyadi Efendi, Pimpinan Pondok Pesantren Fathimiyah yang sekaligus Wakil Rais Syuriah PCNU Kota Bekasi itu.

Kiai Mulyadi mengutip beberapa hadits untuk menjawab persoalan tawasul, seperti hadits dari Uthman ibn Hunaif yang menceritakan suatu ketika ada seorang tunanetra datang kepada Rasulullah dan minta didoakan agar ia sembuh. Kemudian Nabi menyuruhnya berwudlu, shalat, dan berdoa.

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku menghadap-Mu dengan perantara Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penuh rahmat. Ya Allah turunkanlah syafaat-Mu kepadanya (Muhammad) ke dalam diriku,” ujar si tunanetra, yang termaktub di halaman 137-139.

Dalil lain yang disebutkan Kiai Mulyadi dalam kajian tersebut menunjukkan bahwa tawasul kepada orang yang mencintai dan dicintai Allah adalah boleh. Namun demikian forum tersebut “sepakat untuk tidak sepakat”. Artinya, apabila ada yang berbeda pendapat, tak ada masalah.

“Yang penting tidak saling menyalahkan dan kita berdialog berdasarkan sumber yang otoritatif. Sebab Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Maliki sendiri berpesan agar tidak mengkafirkan orang yang mengkafirkanmu karena kita bertawasul sedangkan menurut mereka itu salah,” jelasnya.

Pewarta: Syamsul Badri Islamy
Editor: Muhyiddin

 


Editor:

Daerah Terbaru