• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Daerah

Camat Juntinyuat Indramayu Provokasi Warganya untuk Membenci GP Ansor?  

Camat Juntinyuat Indramayu Provokasi Warganya untuk Membenci GP Ansor?  
Camat merupakan petugas negara yang digaji negara pula, untuk mengayomi masyarakatnya, bukan membuat resah (Ilsutrasi: Murianews.com)
Camat merupakan petugas negara yang digaji negara pula, untuk mengayomi masyarakatnya, bukan membuat resah (Ilsutrasi: Murianews.com)

Indramayu, NU Online Jabar 
Telepon seluler Ketua GP Ansor Kabupaten Indramayu, Edi Fauzi, Ahad (30/8) mendapat kiriman screenshot (tangkapan layar) dari beberapa nomor kontak. Tangkapan layar itu berasal dari sebuah grup WatshAap bernama Junti Shubuh Berjamaah. Sebuah grup publik dengan anggota jamaah yang beragam.

Ketika Edi Fauzi memperhatikannya, ternyata tangkapan layar itu bukan tentang ajakan berjamaah subuh, melainkan tentang video GP Ansor yang bershalawat di gereja. 

Edi kemudian fokus pada pengirim video tersebut. Ternyata kiriman dari tokoh publik di kecamatannya. Ya, video itu dari seorang camat Juntinyuat pada pukul 10.09. Sang camat melengkapi kiriman videonya di grup itu dengan tanda tanya (???) tiga kali. 

Selang 15 menit kemudian, salah seorang anggota di grup itu, tertera bernama Dudu Abdullah, mengomentari kiriman sang camat demikian:

“Wah, ini mah bukan toleransi atuh pak camat, tapi pelecehan terhadap agama Islam, mereka sudah merendahkan Islam karena apa yang sudah dilakukannya bukan pada tempatnya.” 

Camat yang hidupnya digaji oleh negara tersebut mengomentari Dudu Abdullah dengan singkat. 

“Hiks iya yalur,” komentarnya.  

Edi Fauzi mengatakan, jika diteliti dari kiriman videonya, Pak Camat Juntinyuat ada beberapa kemungkinan. Pertama, sepertinya Pak Camat tidak mengerti aktivitas Gerakan Pemuda Ansor. Karena itulah dia membubuhkan tanda tanya (???) kali. 

“Pertanyaannya adalah, kalau ia tak mengerti tentang hal itu, kenapa tidak bertanya kepada GP Ansor. Dia seperti bertanya tentang roti ke pabrik kerupuk. Sebagai pejabat yang berpendidikan kan semestinya ia paham tentang logika sederhana ini,” katanya. 

Kemungkinan kedua, kata Edi, Pak Camat mencari pembenaran dari alam bawah sadar pikiran dan ideologinya. Ia sudah punya penilaian tersendiri terhadap GP Ansor, tapi ia ingin penilaian itu keluar dari pihak lain. Maka muncullah komentar dari seorang warga yang kemudian dibenarkannya itu. 

Dengan demikian, Pak Camat setuju dengan pernyataan Dudu Abdullah yang secara eksplisit telah mendiskreditkan GP Ansor.

Edi mengaku heran, seorang camat bukan membantu warga untuk belajar memahami terhadap organisasi yang sah berdiri di Indonesia. Malah, ia melakukan provokasi kepada warganya. 

“Saya tidak tahu bagaimana camat seperti itu dalam tata hukum negara Indonesia,” tanyanya. “Dan berapa banyak camat seperti itu,” lanjutnya.

Sebagai seorang abdi negara, GP Ansor mengajak Pak Camat untuk sama-sama menjaga persatuan, bukan memanas-manasi warga. Kalaupun ada yang berpendapat seperti itu, Pak Camat seharusnya menjadi mediator untuk bermusyawarah secara terbuka. Bila perlu membahasnya dari sisi hukum Islam. 

“GP Ansor adalah anak dari organisasi para ulama, Nahdlatul Ulama. Mau berapa ulama untuk membahas tentang video itu? Kami siap. Mau berapa kitab yang dikupas untuk membahas video itu? Kami siap. Mau berapa lama dan dimana membahasnya? Kami siap,” tegasnya.

Pewarta: Iing Rohimin
Editor: Abdullah Alawi 


Daerah Terbaru