• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Cianjur

Rais ‘Aam PBNU: NU Organisasi Keagamaan Terbesar se-Dunia bahkan Akhirat

Rais ‘Aam PBNU: NU Organisasi Keagamaan Terbesar se-Dunia bahkan Akhirat
Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan Mauidzoh Hasanah di acara Pelantikan PCNU Cianjur
Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan Mauidzoh Hasanah di acara Pelantikan PCNU Cianjur

Cianjur, NU Online Jabar
Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkapkan NU adalah organisasi terbesar di dunia, tidak hanya di dunia, menurutnya NU juga terbesar di akhirat.

 

“NU adalah organisasi keagamaan yang terbesar, terbesar sedunia, bahkan bukan hanya sedunia, tapi sampai akhirat, gak ada sebuah masyarakat yang besar muslimnya seperti Indonesia, “ ujar Kiai Miftach saat menyampaikan Mauidzoh Hasanah dalam acara Pelantikan dan Muskercab PCNU Kabupaten Cianjur di Pondok Pesantren Al-Itishom Choblong, Selasa (9/8).

 

Umat muslim di dunia lanjutnya, ketika dijumlahkan, jumlahnya akan kalah besar dengan umat muslim di Indonesia.

 

“Apalagi ditambah dengan umat-umat terdahulu, maka pas kalau Nahdlatul Ulama organisasi terbesar di dunia dan akhirat. Apalagi dalam AD/ART kita enggak pernah menyatakan anggota NU yang meninggal dunia di coret dari keanggotaannya,” katanya disambut tawa dan tepuk tangan para hadirin.

 

Kiai Miftach bertanya kepada para hadirin, kenapa jamiyah yang lahir katakan lebih muda dari organisasi yang lebih tua begitu cepat melambung, dan begitu cepat bisa diterima oleh masyarakat di nusantara ini, sehingga menjadi organisasi keagamaan yang terbesar, tanyanya.

 

“Karena Nahdlatul Ulama amaliyahnya menyatu dengan budaya masyarakat di nusantara ini, kultur dan tradisi masyarakat Indonesia ini sebagai amalan yang baik menurut adatnya, nah amalan yang baik menurut adatnya itu kita sisipkan nilai-nilai keislaman, sehingga amalan NU dengan tradisi adat masyarakat bersatu sebagai sarana ibadah,” tuturnya.

 

Islam diajarkan NU itu Islam yang berwajah manis, islam yang merangkul bukan memukul, islam yang mengaja bukan mengejek, islam yang ramah bukan marah, islam yang membina bukan menghina, apalagi membinasakan,” imbuhnya.

 

Menurut Kiai Miftach, NU adalah jamiyah diniyah ijtimaiyah, yang saat kelahirannya terinspirasi karena melihat nurullah mau dipadamkan oleh orang-orang yang berpaham ekstrims

 

“Ada gerakan-gerakan, upaya-upaya untuk memadamkan nur allah. Dengan mudahnya orang melemparkan kata bid’ah, kata kufur, kata syirik, terhadap amaliyah-amaliyah yang dilakukan oleh mayoritas umat islam di Indonesia ini, yang dalam hal ini Nahdlatul Ulama,” terangnya.

 

Dari kekhawatiran itu, kata Kiai Miftach berkumpulah para ulama untuk merundingkan dan mempertahankan nur allah agar tetap bersinar.

 

“Dari situ, akhirnya syaikhona kholil mengutus santri kepercayaannya yaitu tongkat, tasbih dan beberapa ayat dari Surat Toha mulai ayat 17 agar santri kesayangannya, Mbah Hasyim Asy’ari segera mempersiapkan dan melahirkan jamiyah Nahdlatul Ulama,” tegasnya

 

“Jadi kelahirannya itu ternilai sebuah perjuangan, sebuah pengorbanan, ternilai untuk mempertahankan kebenaran. Dan disitupun dikumpulkan ulama-ulama pesantren agar satu visi satu misi, satu langkah untuk melakukan ma’ruf nahi munkar,” pungkasnya.

 

Pewarta: Abdul Manap


Cianjur Terbaru