Cianjur

GP Ansor Cianjur Minta Pemda Lebih Serius dalam Kajian Mitigasi Bencana

Senin, 9 Desember 2024 | 17:34 WIB

GP Ansor Cianjur Minta Pemda Lebih Serius dalam Kajian Mitigasi Bencana

Ketua GP Ansor Cianjur Ariful Holiq Zaelani saat wawancara terkait Bencana di Cianjur Selatan. (Foto: NU Online Jabar/Wandi Ruswannur).

Cianjur, NU Online Jabar
Teranyar jumlah pengungsi akibat bencana hidrometeorologi di Kabupaten Cianjur, terus meningkat. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, hingga kini tercatat sebanyak 888 jiwa terpaksa mengungsi. Saat ini para pengungsi tersebar di 11 kecamatan, yaitu Pagelaran, Tanggeung, Pasirkuda, Cibinong, Agrabinta, Leles, Takokak, Kadupandak, Sindangbarang, Sukanagara, dan Pagelaran. Mereka merupakan penyintas dari bencana banjir, tanah amblas, longsor, dan pergeseran tanah yang terjadi sejak Rabu (04/12/2024).


Menanggapi hal tersebut, GP Ansor Cianjur mendorong kepada pemerintah daerah untuk lebih serius dalam melakukan studi mengenai mitigasi bencana di wilayah Cianjur mengingat ancaman bencana alam yang semakin meningkat, seperti banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya. 


"Dengan mitigasi bencana kita bisa melakukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengurangi atau mencegah dampak buruk dari bencana alam tersebut," kata Ketua GP Ansor Cianjur, Ariful Holiq Zaelani kepada NU Online Jabar, Senin, (09/12/2024).


Menurutnya bahwa salah satu penyebab utama meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana di Cianjur adalah adanya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh deforestasi, pembukaan lahan secara tidak terkendali, serta kegiatan penambangan yang merusak ekosistem alami. 


"Ketika hutan-hutan yang berfungsi sebagai penahan air dan pengatur aliran sungai hilang, maka potensi terjadinya bencana seperti banjir, pergerakan tanah, dan longsor pun semakin besar," ucap pria yang juga merupakan pengasuh Pondok Pesantren Almusri Banu Mansur Bojong Picung ini.


Pihaknya juga menekankan pentingnya pemerintah daerah untuk melakukan mitigasi bencana secara komprehensif, dimulai dari hulu hingga hilir. Mitigasi yang dimaksud tidak hanya sekadar pembangunan infrastruktur pengendalian bencana, seperti bendungan atau penguat tebing, tetapi juga perlu melibatkan perbaikan pengelolaan lingkungan, termasuk rehabilitasi hutan dan penghijauan daerah-daerah yang rawan bencana. 


"Selain itu, upaya mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab pemda saja, tetapi juga harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sehingga tercipta kesadaran kolektif untuk menjaga dan melestarikan alam," imbuhnya menuturkan dengan jelas dan lugas.


Lebih jauh GP Ansor Cianjur mengajak masyarakat untuk tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga aktif dalam menjaga kelestarian alam dengan cara melakukan penghijauan, mengurangi pembakaran lahan, dan meminimalkan kegiatan yang dapat merusak lingkungan di tempat masing-masing. 


"Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan edukasi tentang pentingnya menjaga alam dan risiko bencana harus dilakukan secara masif dan berkelanjutan, agar masyarakat dapat memahami dan mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi di tingkat lokal," ungkapnya. 


Dalam hal ini, kata Aang Arif sapaan akrabnya, peran serta tokoh agama dan pemuda sangat penting untuk menyebarluaskan pesan-pesan lingkungan kepada masyarakat luas. Pemerintah daerah juga harus memperhatikan kajian ilmiah dan data terkait pola bencana yang terjadi selama ini, agar kebijakan yang diambil benar-benar sesuai dengan kondisi lapangan dan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi upaya pengurangan risiko bencana. 


"Dengan adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen terkait, diharapkan bencana alam yang sering terjadi di Cianjur dapat diminimalisir, serta kelestarian alam dapat terjaga dengan baik demi masa depan yang lebih aman untuk anak cucu kita kelak," tandasnya menutup penyampaian.