Opini

Tiga Jenis Santri

Rabu, 23 Oktober 2024 | 12:29 WIB

Tiga Jenis Santri

Santri. (Foto: NU Online Jabar/Abdul Manap).

Ada tiga jenis santri yang berpotensi memberi manfaat pada sesama.


Pertama, santri yang mengandalkan nasab orang tua. Biasanya menjadi Gus dan Ning. Dihormati karena orang tuanya, meski kapasitas seringnya pas-pasan dan belakangan jadi sosialita atau selebgram di medsos. Ada tidak sih santri model gini? Banyak, termasuk saya ini santri level medsos yang cuma mengandalkan nama besar orang tua. 


Kedua, nah agar para Gus dan Ning itu naik levelnya tidak cuma mengandalkan nasab, biasanya orang semakin hormat kalau dia punya karomah. Entah ahli wirid, suka ngasih ijazah hizib, atau ahli baca shalawatan dan istighosah. Plus makin seru kalau terkenal kelakuannya aneh-aneh di luar nalar. Biasanya Gus dan Ning yang model begini cepat dikenal. Bahkan banyak yang “terpaksa”ngaku-ngaku sebagai Gus biar laku dan ngetop. 


Ketiga, kalau tidak punya karomah, jangan khawatir, para Gus dan Ning bisa juga bermanfaat buat sesama dengan punya kelebihan baik berupa ilmu (jago kitab dan bintangnya bahtsul masail), pengabdian (fokus ngurusi pondok dan ngopeni santri bertahun-tahun lamanya) ataupun berkarya baik dalam bentuk posisi maupun prestasi.


Yang dahsyat itu ya Gus Dur. Beliau sebagai santri par excellence. Gus Dur punya ketiga-tiganya: nasab yang baik, karomah, dan kelebihan dalam hal keilmuan, posisi dan karya. Beliau itu solid latar belakangnya, kokoh secara inteletual dan mapan dalam hal spiritual juga. Tidak arogan, gampang membaur dan merakyat, serta tahu values dirinya sehingga tidak murahan bisa dibeli oleh kepentingan penguasa dan pengusaha. Panutan dan idola!


Buat kita para santri yang jauh dari level Gus Dur, paling tidak yuk kita berusaha mengambil 2 point dari 3 jenis di atas. Kalau nasabnya bagus, tambahi dong upgrade diri dengan point 3, misalnya. Atau kalau bukan Gus atau Ning, ya ambil juga point 2 atau 3 di atas.


Intinya, jangan cepat puas hanya karena pernah ngaji kitab kuning. Masih banyak yang harus kita pelajari dalam hidup ini. Baik kitab putih, kitab alam semesta maupun kitab kehidupan. Santri itu biar udah jadi profesor selalu mau belajar, termasuk belajar ke yayangnya dong.