Opini

Membedah Landasan Gerak dan Memahami Peran Strategis NU sebagai Mitra Pemerintah dalam Membangun Bangsa

Jumat, 8 Agustus 2025 | 07:11 WIB

Membedah Landasan Gerak dan Memahami Peran Strategis NU sebagai Mitra Pemerintah dalam Membangun Bangsa

Bendara Indonesia dan Nahdlatul Ulama berkibar di gelaran Hari Santri Nasional 2023 tingkat Jawa Barat di Kabupaten Tasikmalaya. (Foto: NU Online Jabar).

Dalam Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama (AD/NU) pada Bab IV Pasal 8 disebutkan bahwa pendirian NU sebagai perkumpulan sosial keagamaan Islam (jam'iyyah diniyyah Islamiyyah ijtima'iyyah) yakni untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, serta ketinggian harkat dan martabat manusia. 


Untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, sasaran utama yang jadi prioritas NU tidak dibatasi untuk warga Nahdliyin saja, melainkan untuk seluruh masyarakat yang ada di Indonesia dengan tanpa membeda-bedakan asal usulnya, entah itu pribumi maupun warga negara lain. Mengingat semua masyarakat yang ada di Indonesia dipandang oleh NU sebagai masyarakat yang perlu mendapatkan perlindungan secara menyeluruh, maka frase NU mempunyai kewajiban meninggikan harkat dan martabat manusia menjadi titik utamanya. Bagi NU, selama warga hadir membawa misi kemanusiaan, ia perlu mendapatkan perhatian, pelayanan, hingga perlindungan yang baik. 


Sementara frase tujuan NU untuk menciptakan kemajuan bangsa, kemajuan bangsa yang dimaksud di sini jelas adalah kemajuan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang dipijaknya. Kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjadi sasaran khidmat NU adalah semua sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana yang disebutkan dalam pasal selanjutnya. 


Dalam bab IV pasal 9 AD/NU disebutkan bahwa untuk mewujudkan tujuan sebagaimana pasal 8, maka NU melaksanakan usaha-usahanya dalam bidang: 1) agama; 2) pendidikan; 3) sosial; 4) ekonomi; 5) usaha-usaha di bidang lainnya. Bahkan untuk mengoptimalkan layanan kepada masyarakat secara keseluruhan, NU tidak segan untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri guna mewujudkan tatanan masyarakat yang paling baik (Khairu Ummah). 


Jika dilihat dari beberapa bidang yang menjadi garapan NU di atas, tampak bidang-bidang tersebut sama persis dengan bidang garapan pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat. Dari sini kita bisa mencermati, NU mempunyai kewajiban yang sama dengan pemerintah. Kondisi yang diambil NU seperti ini, tidak dimaksudkan sebagai pesaing pemerintah, melainkan sebagai pembantu pemerintah. 


Dalam hal ini juga, NU hadir bukan untuk men-downgrade peran pemerintah dengan bidang garapan yang sama, melainkan untuk memperkuat kedudukan dan peran pemerintah. Sebagaimana diketahui, dalam pelayanannya kepada masyarakat,  pemerintah tidak bisa berjalan sendirian, akan tetapi perlu bantuan pihak swasta. Dalam kondisi inilah sejatinya NU hadir. 


Tentu, untuk mewujudkan itu semua, NU perlu melakukan penguatan-penguatan untuk menuju ke arah sana. Baik penguatan secara internal maupun eksternal. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan NU sebagai bagian penguatan untuk mewujudkan apa-apa yang menjadi tujuan NU. Penguatan itu misalnya: 1) kaderisasi secara masif baik formal dan informal; 2) penguatan idelogi di setiap ruang kehidupan; 3) revitalisasi struktur kepengurusan di semua level tingkatan; dan 4) konsolidasi dan sinergitas menyeluruh dalam mewujudkan kemandirian organisasi. 


Selain penguatan internal, NU juga harus tetap waspada akan tantangan dan gangguan yang datang dari luar (eksternal). Di beberapa kondisi masih ada pihak yang tidak ingin NU menjadi subjek. Ada juga yang tidak ingin NU kuat dan besar. Berbagai propaganda misalnya NU hambat kemajuan dan tradisional kadang menjadi frase yang selalu digaungkan. Contoh nyata di lapangan, setiap sesuatu yang menimpa NU selalu dibesar-besarkan. 


Oleh sebab itu, kita mesti ingat apa yang telah diperingatkan KH Ali Maksum dan KH Wahab Chasbullah sebagai bagian kewaspadaan organisasi. "Waspadalah! Tidak semua yang mengaku NU hari ini menghendaki kejayaan NU" (KH Ali Maksum). "Siasat lawan untuk menjatuhkan NU yaitu dengan membuat pemimpin NU ragu akan kekuatan NU sendiri" (KH Wahab Chasbullah). 


Agar semua tujuan NU dapat terlaksana dengan baik, NU sendiri harus memiliki kader-kader NU yang kompeten dan mempunyai kecakapan luas. Kader-kader NU ini perlu memaksimalkan keterlibatnnya dalam posisi-posisi strategis di pemerintahan. Dengan keterlibatan dalam posisi strategis dalam pemerintahan, maka usaha untuk mewujudkan tujuan yang dicita-citakan akan cepat terlaksana, mengingat negara mempunyai ketersediaan anggaran. 


Dalam perjalanan organisasinya, tak jarang NU mendapatkan kepercayaan pengelolaan program pemerintah, misalnya hari ini pengelolaan tambang dan dapur makan bergizi gratis (MBG). Ini harus dipahami sebagai bentuk kontribusi NU untuk mewujudkan cita-cita yang diinginkannya. Semua yang dilakukan NU pada dasarnya untuk memastikan bahwa program yang digulirkan pemerintah akan tersampaikan dengan kepada masyarakat. Oleh karena itu keterlibatan NU dalam setiap program pemerintah menjadi sesuatu keniscayaaan. 


Terakhir, keterlibatan NU dalam setiap program yang ada pada dasarnya sebagai bagian bentuk khidmah baik kepada masyarakat maupun negara. Apalagi jika khidmahnya itu bersifat menyeluruh tanpa membeda-bedakan asal usul dan identitas, maka NU akan berwibawa. Berwibawa bukan hanya di mata masyarakat dan negara, melainkan di mata dunia internasional juga. Inilah kiranya maksud NU mempunyai tujuan untuk meninggikan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan.

Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut