Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Opini

Kita Kehilangan Mbah Dim dan Mengenang Karamahnya 

KH Dimyati Rois. (Ilustrasi: NUJO/M Iqbal).

إنا لله وإنا إليه راجعون


Kita turut berduka, "kehilangan", KH. Dimyati Rois (mBah Dim), lahir di Bulakamba, Brebes, 5 Juni 1945 dan wafat di RS. Tlogorejo pada dini hari pukul 01:13 WIB Jum'at, 10/06/2022. 


Beliau seorang tokoh bangsa, kyai sepuh kharismatik yang hidup dalam kesederhaan, ceramahnya tentang sejarah, agama dan kebangsaan sangatlah menarik, bahasanya lugas dan mudah dipahami, seorang komunikator yang piawai. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren al-Fadlu wal Fadlilah, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, dengan segudang santri dan alumni yang bermanfaat di tengah masyarakat sudah sangat banyak. Perjuangan dan khidmahnya yang tulus untuk NU tidak ada yang mengingkari.


Baca Juga:
Biografi KH Syaerozie Bin KH Abdurrohim, Muassis Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin (1)


Mbah Dim tercatat dalam sejarah telah dua kali menjadi anggota Ahlul Halli wal-'Aqdi, yakni pada Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur (1-5 Agustus 2015) dan Muktamar ke-34 NU di Lampung 2021, dan beliau juga salah seorang Mustasyar PBNU. 


Prediksi dan firasat mBah Dim di dunia politik terkenal sangat akurat. Sekedar contoh, KH. Chalwani Berjan, Purworejo, Jawa Tengah, yang sanad Kitab Jam'ul Jawami'-nya melalui Mbah Dim saat menjadi santri di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, suatu saat pernah "sowan" bertamu menemui Mbah Dim Kaliwungu untuk meminta doa restu ingin menjadi anggota DPD-RI, Mbah Dim memegang dan menepuk-nepuk telapak kaki kiri Kiai Chalwani sambil berkata:


"Sampeyan kethok gambare (Gambarmu terlihat)".


Baca Juga:
Tidak Sembarangan, KH Ahmad Syujai Cianjur Masuk NU Diminta Tiga Habib Satu Ulama


Ternyata terbukti benar, KH. Chalwani Berjan setelah melalui proses yang agak alot akhirnya dilantik menjadi anggota DPD-RI periode 2004-2009. 


Kedalaman ilmu agama, wawasan kebangsaan yang luas, kecintaan yang amat kepada bangsa Indonesia, kesederhanaan hidup, ketulusan, kesabaran, kepemimpinan, kesalehan, dan semua keutamaan dari seorang warasat al-anbiya' seperti KH. Dimyati Rois (mBah Dim) sudah seharusnya kita teladani.


Semoga semua amalan dan jasa-jasa baik beliau diterima oleh Allah SWT. Lahu al-Fatihah...


KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriah PBNU 2010-2021

Editor: M. Rizqy Fauzi

Artikel Terkait