Layanan Kesehatan Haji 2025 Resmi Ditutup, PPIH Sebut Jumlah Jamaah Wafat Menurun Dibanding Tahun Lalu
Senin, 14 Juli 2025 | 16:00 WIB
Bandung, NU Online Jabar
Operasional layanan kesehatan jamaah haji Indonesia tahun 1446 H/2025 M di Arab Saudi resmi berakhir. Penutupan layanan tersebut ditandai dengan kepulangan Kloter KJT 28 ke Tanah Air pada Kamis (10/7/2025), sekaligus menandai berakhirnya operasional Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Daerah Kerja Madinah.
"Hari ini adalah penutupan KKHI Daerah Kerja Madinah. Dengan demikian, seluruh pelayanan kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi resmi berhenti beroperasi," ujar Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi Mohammad Imran dalam seremoni penutupan KKHI di Madinah seperti dikutip dari laman resmi Kemenag.
Imran menyampaikan capaian positif turut mengiringi berakhirnya layanan kesehatan haji tahun ini. Berdasarkan data Siskohatkes per 10 Juli 2025 pukul 16.00 WAS, jumlah jamaah wafat tercatat sebanyak 446 orang, lebih rendah dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 461 orang.
"Artinya, upaya preventif dan penanganan yang dilakukan selama haji menunjukkan hasil yang baik,” imbuhnya.
Selama 70 hari masa operasional, tercatat 1.710 jamaah dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Diagnosis terbanyak adalah pneumonia, diabetes melitus, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Layanan kefarmasian pun mencapai 12.396, dengan penggunaan obat tertinggi berupa tablet flu dan batuk kombinasi.
KKHI Madinah sendiri telah melayani 241 jamaah untuk rawat jalan maupun rawat inap. Tiga penyakit terbanyak yang ditangani adalah pneumonia, hipertensi, dan diabetes melitus.
Meski operasional KKHI telah berakhir, tim PPIH Bidang Kesehatan tetap akan melakukan visitasi terhadap 43 jamaah yang masih menjalani perawatan di RSAS hingga seluruh tim kembali ke Indonesia.
Tantangan dan Evaluasi
Imran mengungkapkan, pelayanan kesehatan haji tahun ini menghadapi tantangan terkait penyesuaian terhadap kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Salah satunya adalah keterbatasan izin operasional KKHI yang hanya mencakup layanan rawat jalan serta pembatasan jumlah klinik sektor.
“Informasi tentang kebijakan tersebut kurang jelas sejak awal, sehingga sempat menghambat pelaksanaan tugas. Bahkan, kami kerap mengalami inspeksi mendadak saat layanan sudah berjalan,” ungkapnya.
Meski demikian, tim KKHI Makkah, Madinah, serta pos kesehatan satelit di pemondokan tetap mampu memberikan pelayanan dengan optimal. Salah satu keberhasilan yang dicapai adalah program tanazul atau pemulangan dini jamaah karena alasan kesehatan, yang berjalan lancar tanpa hambatan.
“Saya melihat program tanazul berjalan sangat baik. Tidak ada yang berhenti di tengah jalan. Ini buah dari koordinasi yang baik antara Daker Makkah, Madinah, dan Bandara,” kata Imran.
Apresiasi dan Harapan
Imran juga menyampaikan apresiasi atas dedikasi seluruh petugas kesehatan yang telah mengabdi melayani para tamu Allah. Ia mengajak seluruh tenaga kesehatan untuk terus bersyukur dan melakukan refleksi.
“Jika dalam tugas masih ada kekurangan dalam pelayanan, mari kita perbanyak istighfar. Kita belajar dari setiap proses dan momen pelayanan ini,” ujarnya.
Sebagai bagian dari evaluasi, Imran menegaskan pentingnya membangun komunikasi yang lebih baik dengan Kementerian Kesehatan Arab Saudi untuk menghadapi musim haji berikutnya.
“Insya Allah, Agustus nanti perwakilan Kemenkes Arab Saudi akan datang ke Indonesia untuk mendalami lebih lanjut persiapan pelayanan haji 2026. Kami akan menyampaikan semua catatan dan evaluasi 2025 agar menjadi masukan yang konstruktif untuk kebijakan pelayanan kesehatan yang lebih baik,” pungkasnya.