Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Hikmah

Menyadari Status 'Sedang'

Menyadari Status 'Sedang'. (Ilustrasi/Istimewa)

Apabila kita pernah menerima dan mengamalkan salah satu doa yang diajarkan Rasulullah Saw yakni :
 

اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك و طاعتك


"Ya Allah, duhai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam jalur agamaMu dan ta'at terhadapMu "


Baca Juga:
6 Orang yang Jasadnya Tak Hancur Dimakan Tanah


Sesungguhnya do'a itu menginformasikan kepada kita bahwa keberadaan hamba-hamba Allah itu belum tentu stabil, bisa berubah-ubah. Kadangkala taat, kadangkala maksiat. Suatu saat mukmin, suatu saat kafir. Wal'iyadzu Billah. 


Oleh karena itu, kita ini semuanya sebenarnya dalam posisi "sedang". Kalau kita sedang tekun beribadah berarti "sedang" soleh. Karena tidak ada jaminan bagi kita untuk soleh seterusnya. Bisa saja suatu saat kita jadi doyan maksiat (nau'dzu Billah). Karena itulah kita terus meminta petunjuk setiap kali kita membaca Alfatihah, agar diri kita terus terbimbing oleh taufiq dan hidayah Allah Swt  sehingga terus terjaga kesalehannya dan mengakhiri hidup dengan husnul khatimah.


Begitu juga kalau melihat orang maksiat, janganlah membenci orangnya. Sejatinya mereka cuma "sedang" maksiat. Bisa jadi Minggu depan, bulan depan atau tahun depan ia insyaf dan bertaubat, lalu memperbaiki diri dan tekun beribadah. Bahkan bisa saja ketakwaannya melebihi kita.


Baca Juga:
36 Penerima Beasiswa Santri Berprestasi Resmi Dilepas LAZISNU PBNU


Sama perlakuannya bila kita melihat orang kafir. Janganlah lantas membencinya, menganggapnya sebagai musuh kemudian mengusirnya atau membakar tempat ibadahnya. Ini tidak dibenarkan oleh ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Sebab ia pun sesungguhnya "sedang" kafir. Sangat mungkin ia mendapat hidayah dan Taufik, sehingga masuk Islam, selanjutnya menjadi pejuang dan pembela Islam seperti sejarah keislaman Umar bin Khattab r.a dan Khalid bin Walid r.a.


Maka, janganlah merasa lebih suci dan lebih benar dari orang lain. Sebab di situlah tumbuh benih-benih kesombongan sebagaimana halnya iblis laknatullah. Dengan kesombongan tersebut akhirnya iblis menjadi makhluk yang dilaknat oleh Allah, terusir dari surga dan jauh dari Rahmat Allah. Wal'iyadzu Billah..


KH Cep Herry Syarifuddin, Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrahim Mekarsari, Bogor

Editor: Agung Gumelar

Artikel Terkait