• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Ubudiyah

Mengenal Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an: Panduan Memahami Al-Qur’an

Mengenal Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an: Panduan Memahami Al-Qur’an
Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an (Ilustrasi: AM)
Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an (Ilustrasi: AM)

Dalam perjalanan sejarah Islam, salah satu aspek yang tidak boleh dilewatkan oleh umat Islam adalah mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, dikenal sebagai Ulumul Qur’an. Al-Qur’an, sebagai sumber petunjuk utama bagi umat Islam, memerlukan pemahaman yang mendalam untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran-Nya. Dalam upaya memahami firman Allah swt dengan benar, Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an hadir sebagai panduan luas, detail, dan mudah dipahami.
 

Melansir NU Online, Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an merupakan salah satu karya penting dari Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Ditulis pada ujung abad kedelapan hijriah, pada masa di mana kodifikasi khusus tentang Al-Qur’an menjadi sangat penting, kitab ini tetap relevan dan dicari banyak orang hingga saat ini.
 

Imam Jalaluddin As-Suyuthi, seorang ulama terkemuka pada abad kesembilan, lahir di kota Asyuth, Mesir, pada tahun 849 Hijriyah. Wafat pada tahun 911, beliau meninggalkan warisan ilmu yang tak terbantahkan. Selain menjadi ulama dan panutan pada zamannya, Imam As-Suyuthi juga dikenal sebagai mujaddid Islam, pembaharu Islam pada abad tersebut. Keilmuannya yang mendalam melibatkan semua bidang ilmu syariat, dan ia dikenal sebagai penulis yang produktif dengan lebih dari 600 kitab dalam Namanya. (As-Suyuthi, Muqaddimah Nuzulur Rahmah, [1987], halaman 10).


Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an tidak hanya menjadi sumber pembelajaran bagi generasi masa lalu, tetapi juga tetap menjadi pedoman berharga bagi umat Islam yang ingin memahami Al-Qur’an dengan lebih mendalam. Dengan risalah ilmu-ilmu Al-Qur’an yang terkandung di dalamnya, kitab ini mengukir sejarahnya sendiri sebagai panduan yang penuh hikmah bagi mereka yang haus akan pengetahuan tentang wahyu Allah swt.
 

Sebagaimana disebutkan dalam mukaddimah kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, alasan penulisan kitab ini adalah bermula dari kesadaran Imam As-Suyuthi perihal pentingnya mempelajari ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an, dan tidak ditemukannya suatu kodifikasi khusus dari para ulama sebelumnya yang membahas tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, bahkan ia sendiri heran karena sebelumnya tidak ada ulama yang memperhatikan ilmu yang satu ini. Sebagaimana yang telah ia sebutkan dalam mukadimahnya,
 

   لقد كنت في زمان الطلب أتعجب من المتقدمين، اذ لم يدونوا كتابا في أنواع علوم القران
 

Artinya, “Sungguh aku (Imam As-Suyuthi) sempat heran di waktu mencari ilmu kepada para ulama terdahulu, yang tidak menulis suatu kodifikasi tentang macam-macam ilmu Al-Qur’an.” (Lihat, halaman 15).   
 

Sebelum Imam As-Suyuthi, terdapat Imam Al-Bulqini yang berhasil menulis beberapa rumus-rumus ilmu-ilmu Al-Qur’an yang memuat 40 bab pokok. Hanya saja, kitab yang ditulis oleh Al-Bulqini tidak cukup luas untuk dijadikan referensi tentang ilmu Al-Qur’an pada masa itu. Akhirnya Imam As-Suyuthi bertekad kuat untuk menuliskan sebuah kitab khusus yang membahas tentang Al-Qur’an dengan lebih luas dan detail.     
 

Sekilas tentang Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an 
Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an merupakan salah satu kodifikasi atau kitab yang menjelaskan tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Dengan mempelajari kitab ini, makan akan memudahkan bagi para pelajar dan santri untuk lebih mengerti cara baca firman Allah swt dengan mudah dan gampang, serta bisa membantu untuk lebih luas memahami isi dan kandungan yang ada di dalamnya. Karenanya, kitab ini sangat penting untuk dijadikan materi pelajaran, baik di madrasah maupun pesantren.   
 

Luasnya kitab yang ditulis oleh Imam As-Suyuthi ini bisa dilihat dari banyaknya pembahasan yang ia tulis di dalamnya, yaitu mencakup 80 pembahasan pokok, tidak termasuk cabang-cabang dari masing-masing pembahasan yang 80. Karenanya, kitab ini sangat membantu bagi para pembaca untuk mengenal Al-Qur’an lebih lanjut.   
 

Pada pembahasan pertama, Imam As-Suyuthi menjelaskan definisi surah Makiyah dan Madaniyah. Dalam pembahasan ini, ia menyebutkan bahwa tempat diturunkannya ayat Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, (1) Makiyah; (2) Madaniyah; (3) sebagian Makiyah dan sebagian yang lain Madaniyah; dan (4) selain Makkiyah dan Madaniyah.   
 

Makiyah adalah surat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebelum hijrah dari Makkah ke Madinah. Sedangkan Madaniyah adalah surat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi setelah hijrah, baik diturunkan di Makkah maupun di Madinah.   
 

Setelah pembahasan tentang ayat Al-Qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengannya selesai, Imam As-Suyuthi melanjutkan pada pokok pembahasan berikutnya, yaitu waqaf dan ibtida. Waqaf dan ibtida adalah menghentikan suara atau bacaan sebentar untuk bernafas, kemudian mengambil nafas untuk melanjutkan bacaan kembali. Dua tema ini menjadi penentu kapan harus berhenti membaca Al-Qur’an, dan kapan harus dilanjutkan kembali.   
 

Tidak lupa Imam As-Suyuthi juga menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan Al-Qur’an dibanding yang lainnya. Pada pembahasan ini, ia mengutip banyak hadits Nabi Muhammad saw perihal keutamaannya, salah satunya adalah:
 

   الْبَيْتُ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ يَكْثُرُ خَيْرُهُ وَالْبَيْتُ الَّذِي لاَ يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ يَقِلُّ خَيْرُهُ   
 

Artinya, “Sungguh rumah yang dibacakan Al-Qur’an di dalamnya akan banyak kebaikannya, dan rumah yang tidak dibacakan Al-Qur’an di dalamnya akan sedikit kebaikannya.” (HR Anas bin Malik).   
 

Di pembahasan akhir kitab, Imam As-Suyuthi membahas tentang gharaib atau hal-hal asing dalam Al-Qur’an. Dalam pembahasan ini, ia menjelaskan makna dan kandungan di balik adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang jarang diketahui oleh banyak orang dan jarang dijelaskan oleh para ulama secara umum. Ia juga menjelaskan cara baca Al-Qur’an dengan metode yang jarang digunakan oleh para ulama pada umumnya.


Ubudiyah Terbaru