• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Ubudiyah

Amalan Sholat Istikharah dan Isyarat Petunjuk dari Al-Qur’an

Amalan Sholat Istikharah dan Isyarat Petunjuk dari Al-Qur’an
Amalan Sholat Istikharah dan Isyarat Petunjuk dari Al-Qur’an (Ilustrasi: freepik)
Amalan Sholat Istikharah dan Isyarat Petunjuk dari Al-Qur’an (Ilustrasi: freepik)

Sholat istikharah adalah sholat sunnah yang dikerjakan oleh umat muslim ketika dihadapkan pada sebuah masalah atau kebingungan yang mengharuskan memilih satu perkara dari dua pilihan atau lebih. Dengan mengerjakan sholat sunnah tersebut berharap Allah memberikan petunjuk terbaik, pilihan terbaik dari pilihan-pilihan yang ada.


Semisal dalam menentukan pasangan hidup, memilih tujuan kuliah dan lain sebagainya alangkah lebih baiknya kita meminta petunjuk dulu kepada Allah dengan cara sholat istikharah agar pilihan kita sesuai apa yang kita benar dan di ridhoi oleh Allah swt.


Melansir NU Online, dasar anjuran shalat istikharah adalah, sebagaimana dikutip Imam an-Nawawi dalam Al-Adzkar, sebuah hadits riwayat Imam al-Bukhari, Jabir bin Abdillah berkata:
 

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ    


Artinya, “Rasulullah saw mengajari kami (para sahabat) untuk salat istikharah ketika menghadapi setiap persoalan, sebagaimana beliau mengajari kami semua surat dari Al-Quran. Beliau bersabda, ‘Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat sunnah dua rakaat ...”’ (HR Imam al-Bukhari). (An-Nawawi, al-Azdkar, 1997: 137) 


Waktu dan Tatacara Sholat Istikharah
Waktu pelaksanaan sholat istikharah tidak ada patokan waktu, namun baiknya dikerjakan pada malam hari atau sepertiga malam, Karena itu merupakan waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa. Sholat istikharah dikerjakan sebanyak dua rakaat, diawali dengan niat


  أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى  


Ushallî sunnatal istikhârati rak’ataini lillâhi ta’âlâ.    

Artinya, “Aku berniat shalat sunnah istikharah dua rakaat karena Allah ta’ala.” 


Untuk bacaannya, sebagaimana dijelaskan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumiddin, pada rakaat pertama membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun; sementara pada rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlash. 


Kemudian, selesai salam membaca doa berikut:


اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ وَعَـاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَبَارِكْ لِي فِيهِ ثُمَّ يَسِّرْهُ لِي وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ أَيْنَـــمَا كَانَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ  


Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidina muḫamamdin, Alḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhumma innî astakhîruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa lâ aqdiru, wa ta’lamu wa lâ a’lamu, wa anta ‘allâmul ghuyûb. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hâdzal amra khairun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi faqdurhu lî wa bârik lî fîhi tsumma yassirhu lî. Wa in kunta ta’lamu anna hâdzal amra syarrun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi fashrifnî ‘anhu washrfhu ‘annî waqdur liyal khaira haitsu kâna ainamâ kânû innaka ‘alâ kulli syai-in qadîr. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidina muḫamamdin, walḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. 


Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.    Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, diniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apa pun keadaannya. Sesungguhnya engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.” 


Selesai membaca doa, kita sebutkan permohonan kita. Doa ini bersumber dari salah satu hadits Nabi yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dari hadits Jabir bin ‘Abdillah. Penulis menambahkan shalawat, salam, dan hamdalah pada akhir dan awal doa sebagaimana anjuran Imam an-Nawawi. (Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, juz I, halman 206). 
 

Petunjuk dan isyarat setelah melaksanakan sholat istikharah
Petunjuk yang Allah berikan kepada hambanya yang meminta arahan melalui sholat istikharah tidaklah menentu, dan banyak isyarat yang akan kita jumpai. Petunjuk tersebut bisa datang melalui mimpi, ketenangan hati, tanda-tanda dalam kehidupan sehari-hari ataupun yang lainnya.
Petunjuk tersebut akan Allah beri jika permintaan kita adalah baik dihadapan Allah Swt dan Allah akan memudahkan jalan dan memberi akhir yang baik. Sebaliknya, jika menurut Allah tidak baik maka kita akan dipersulit melakukannya.


Isyarat petujuk dengan Al-Qur’an 
Melansir NU Online Habib Muhammad Muthohar mengungkapkan bahwa sebagian ulama ahli hikmah memiliki amalan istikharah yang dilakukan dengan memakai Al-Qur’an. Hal ini diungkapkan dalam sebuah video yang diunggah oleh Youtube NU Online pada Ahad (24/9/2023).  


Amalan yang diijazahkan oleh Habib Muhammad ini diawali dengan amaliah shalat istikharah 2 rakaat. Setelah shalat, memanjatkan doa istikharah yang diajarkan Rasulullah dalam riwayat Imam Bukhari.


"Setelah itu, buka Al-Qur’an. Langsung buka sebukanya. Kemudian dilihat banyak huruf kha’ atau syin. Kha’ itu khair (baik), syin itu Syar (buruk). Kalau kha’ nya 20, Syin nya 10, berarti itu baik. Lanjutkan, monggo. Silakan,” jelasnya.   


Namun jika ditemukan dalam halaman Al-Qur’an yang dibuka tersebut banyak ditemukan huruf Syin, maka ia menyarankan untuk tidak dilanjutkan apa yang diistikharahi tersebut.    


“Ini saya ijazahkan, monggo diamalkan,” katanya. 


Ijazah ini didasarkan pada fakta bahwa para ulama tidak pernah meninggalkan Al-Qur’an. Sampai-sampai para ulama memiliki amalan wirid yang berasal dari Al-Qur’an. Amalan-amalan wirid ini dinamakan dzikir yang diambil dari ayat Al-Qur’an yakni surat Al-Hijr ayat 9 yang artinya: 


“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”
 


Ubudiyah Terbaru