• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Tokoh

6 Wasiat Mama Haur Kuning KH Saepudin Zuhri, Nomor Lima terkait dengan NU

6 Wasiat Mama Haur Kuning KH Saepudin Zuhri, Nomor Lima terkait dengan NU
Pendiri Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haur Kuning Kabupaten Tasikmalaya KH Saepudin Zuhri (Foto: NU Online Jabar/Iip D. Yahya)
Pendiri Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haur Kuning Kabupaten Tasikmalaya KH Saepudin Zuhri (Foto: NU Online Jabar/Iip D. Yahya)

Pendiri Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haur Kuning Kabupaten Tasikmalaya KH Saepudin Zuhri menitipkan NU melalui pondok pesantren. Bagi dia, nilai-nilai Ahlussunnah wal-Jamaah NU tidak akan berdiri tegak secara benar, kecuali bersandar pada nilai-nilai pendidikan di pondok pesantren. 

Tak heran kemudian, sang ajengan mewasiatkan kepada anak-cucunya untuk menjalani pendidikan di pondok pesantren dan tidak boleh berhenti mengaji, untuk kemudian mengajarkan dan mengamalkannya. Plus menegakkan NU dengan aktif di dalamnya. 

Terkait mengaji, Ajengan Saepudin mencontohkan sendiri sepanjang hidupnya. Ia mengaji sejak masa mudanya, mendatangi satu pesantren ke pesantren, berguru dari satu ajengan ke ajengan lain. Ia tergolong santri yang haus ilmu pengetahuan dengan menjadi santri kelana. Beberapa pesantren pernah menjadi jujugannya, di antaranya Pesantren Cibeuti, Cilendek, Ciharashas, Bantar Gedang, Keresek, Sayuran, Sadang, Sagaranten, dan Sirnasari.  

Sampai akhir hayatnya, sang ajengan berada di pesantren bersama santri-santrinya. 

Terkait NU, Ajengan Saepudin, sampai akhir hayatnya adalah seorang mustasyar PCNU Kabupaten Tasikmalaya. Ia berada di barisan NU untuk memperkuat Ahlussunah wal Jamaah. Tak hanya itu, NU menjadi salah satu poin dalam wasiatnya.

Menurut salah seorang putranya, KH Busyrol Karim, Ajengan Saepudin Zuhri mewasiatkan enam hal kepada anak cucu dan santri-santrinya. Wasiat itu disampaikannya saat pertemuan alumni pondok pesantren setahun sebelum ia meninggal. 

Pertama, wajib mempertahankan aqidah, syariah, akhlak Ahlussunah wal Jama'ah. 

Kedua, wajib shalat berjamaah awal waktu di masjid. 

Ketiga, ulah eureun ngaji (jangan berhenti mengaji, red).

Keempat, anak, incu (cucu) wajib dipasantrenkeun (menjalani pendidikan di pondok pesantren).

Kelima kudu jadi NU (harus menjadi NU). 

Keenam, hate ulah nyantel kana dunya, sing nyantel ka akherat (hati jangan tertaut pada urusan duniawi, tapi kepada urusan akhirat, red). 

Penulis: Abdullah Alawi


Tokoh Terbaru